Bab 25 : Manis

14.3K 970 18
                                    

Hari ini kami berangkat bersama menuju kampus. Jika biasanya aku akan mengendarai sepeda motor kesayangan ku, Hari ini jelas tidak akan berlaku. Sedari tadi Atha terus saja mengingatkan ku agar aku berangkat bersamanya.

"Tunggu aku jangan berangkat sendiri" baru saja beberapa menit dia berkata seperti itu. Tidak cukupkah dia hanya mengatakan sekali saja. Bangun tidur dia berbicara seperti itu, sesudah makan juga. Lah ini, saat kami berjalan menuju garasi pun dia tetap berkata seperti itu. Mau kesel tapi kok sikap Atha, manis.

"Jangan lupa pasang seatbelt nya kalau enggak bisa sini aku yang pasangin." Aku melihat dia dengan tatap horor dia beneran sakit atau enggak sih. Ini kan bukan pertama kalinya aku naik mobilnya. Dia ini lagi mood perhatian atau cari perhatian sih sebenarnya.

"Enggak perlu aku bisa sendiri" sabar Din, bukannya ini yang kamu mau, Atha pendiam kamu kami enggak suka. Eh, sekalinya Atha perhatian kamu juga takut. Mulai sekarang kamu harus banyak bersyukur. Sedari tadi aku terus saja berbicara sendiri. Bukan berbicara seperti biasanya. Aku hanya dapat berbicara dalam hati saja. Bisa gawat nanti kalau Atha atau apa yang aku rasakan saat ini.

"Hari Minggu nanti mau jalan-jalan kemana" setelah dia berbicara aku langsung memandang kearahnya.

"Bukannya ini baru hari Senin ?" Baru saja hari Minggu terlewat dan Atha sudah menanyakan hari Minggu berikutnya. Sungguh luar biasa.

"Ya enggak apa-apa dong, lebih baik kita rencanakan dari sekarang. Kan jika kamu mau jalan-jalan keluar kota aku harus mempersiapkannya juga. Jadi mau kemana ?" Aku masih dalam pos memandang wajah Atha. Ini beneran dia kan.

"Tapi bukannya lebih enak jika spontan saja, kalau direncanakan bagaiman jika tidak berjalan dengan kemauan kita." Ya memang, aku sedikit takut jika merencanakan sesuatu. Dari yang sudah ku alami dulu saat aku dan teman sekelas ku berencana pergi liburan ke Bogor, semuanya gagal hanya H-1 kami berangkat padahal kamu sudah merencanakan hal tersebut dari satu bulan sebelumnya.

"Memang, manusia hanya bisa merencanakan saja. Baik terjadi atau tidaknya itu kehendak dari yang maha kuasa. Kamu hanya takut kecewa, bukan tidak mau berencana. Ingat kamu harus percaya sama Alloh SWT. Jika besok kita bisa berangkat itu adalah jalan Alloh SWT. Dan jika besok kita tidak bisa berangkat itu memang sudah jalan yang terbaik bagi kita. Aku mendengarkan Atha dengan penuh rasa haru. Benar menurutnya aku hanya takut kecewa semua tidak sesuai dengan yang aku rencanakan.

"Paham kan, sayang" Atha memegang sebelah tangan ku dengan erat. Jantung ku mulai berpacu dengan cepat. Aku tidak perduli apakah Atha akan mendengarnya atau tidak. Karena memang seperti itulah yang aku rasakan saat ini.





Bersambung

Why Atha (Lengkap)Onde histórias criam vida. Descubra agora