Bab 4 : Hari Pertama

17.1K 1.2K 13
                                    

Hari pertama menjadi nyonya Atha sungguh biasa saja. Malah terkesan seperti masih sendiri apa bedanya dengan aku dulu yang belum menikah. Setelah selesai resepsi kami langsung pergi kerumah yang baru di beli Atha. Menurut Ibu Atha membeli  dengan uangnya sendiri.

Setelah sampai dirumah dia menyuruhku untuk masuk kekamar sebelah kiri. Kami tidur secara terpisah orang tua kami pun tidak mempertanyakan. Semua orang biasa saja tetapi tidak dengan aku. Pernikahan seperti apa yang aku jalani ini. Kenapa Ayah ku menerima saja ketika anak dan menantunya tidur terpisah. Begitu pun dengan Ibu yang menyuruhku segera masuk dan istirahat seolah semua berjalan dengan normal.

Apakah mungkin ada perjanjian dibalik pernikahan kami.Tapi untuk apa dia menyuruhku percaya kepadanya. Sebenarnya situasi macam apa ini.

Karena memikirkan hal tersebut rasa mengantuk ku menghilang besoknya aku bangun kesiangan. Aku turun menuju dapur keadaan rumah terasa sepi. Tapi kemana dia aku tidak melihat nya dimana pun. Apa dia setega itu meninggalkan istrinya di hari pertama pernikahan.

Aku mendengar suara pintu terbuka kekesalan ku pergi entah kemana. Kenapa aku merasa takut sekarang bukannya tadi aku sampai berani mengintip kamarnya. Setelah orang nya datang keberanian ku pun hilang.

Aku segera menuangkan nasi uduk kedalam piring. Kuberikan satu untuknya tidak lupa dengan air putih. Tetapi bodohnya aku kenapa tidak bertanya terlebih dulu. Bisa aja dia lebih suka meminum air hangat ketika sarapan.

Kami makan dengan diam hanya suara dentingan sendok yang terdengar. Dia berdiri membawa piringnya menuju watafel.

"Biar aku saja yang mencuci taro saja di sana" aku bergegas menyusulnya. Dia pergi tanpa mengucapkan apapun. Apa yang kuharap kan darinya. Bukanya mencuri piring adalah tugas istri. Jangan berharap mendapatkan ucapan terimakasih. Tapi setidaknya dia menjawab walau singkat atau menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kalau seperti terus aku seperti hidup sendiri.

Dia sedang menonton televisi aku mendekati dan duduk disampingnya.

"Maaf tadi pagi aku bangun kesiangan"

Tidak ada jawaban darinya seperti biasa. Seolah dia tidak mendengar suaraku. Padahal aku merasa sangat bersalah kepadanya dia sudah pergi mencari sarapan sedangkan aku masih enak tertidur. Apa rasanya bersalah ku tidak ada artinya.

"Aku janji besok bangun pagi. Akhirnya dia melihat kepada ku hanya sebentar setelah dia kembali fokus menonton berita.

"Besok pergi kekampus" apakah pendengaran ku bermasalah dihari kedua pernikahan aku harus pergi ke kampus. Kejam sekali dia biasanya pengantin baru diajak honeymoon aku malah disuruh ke kampus.

Beginikah rasanya menikah dengan orang pintar.


Bersambung

Why Atha (Lengkap)Where stories live. Discover now