Bab 17 : Apa

14.7K 1K 17
                                    

Kejadian semalam masih membekas dalam ingatan ku. Bahkan hingga sampai di kampus pun aku masih membayangkannya. Karidor kampus masih sepi, belum banyak mahasiswa yang datang karena waktu masih pagi.

Tidak ada yang spesial dipagi hari tadi, Atha berangkat lebih pagi juga. Entahlah, kejadian semalam seperti tidak ada pengaruhnya. Padahal, kemarin aku sudah merasa lebih dekat dengannya. Tapi ternyata hari ini dia berubah kembali menjadi Atha yang dingin. Dari apa aku memikirkan sesuatu yang membuat ku sedih lebih baik aku memikirkan sesuatu yang membuat senang saja.

Masih banyak waktu, sebelum jam pelajaran di mulai. Lebih baik aku duduk di taman lebih dulu. Menghirup udara pagi yang segar, untuk menambah asupan tenanga untuk hari ini.

Saat tiba di taman aku melihat seseorang yang begitu familiar. Bahkan dari warna bajunya saja aku tahu siapa dia. Baju yang sama yang digunakannya dari rumah.

Apa yang sedang dilakukan Atha, hampir saja kaki ku melangkah menuju kearahnya. Tapi, tidak jadi setelah aku melihat sosok lain yang duduk disampingnya.

Rasa penasaran terus menghatui ku, dengan langkah hati-hati. Aku mencoba mendekati mereka. Menguping sedikit bukankah hal wajar.

Jarak kami semakin dekat, entah kenapa jantungku berdetak dengan kencang.

"Tidak bisa,aku sudah memiliki istri" entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku hanya mendengar kata itu dari mulut Atha.

Bolehkah aku berkhayal, saat ini Raya sedang mengungkapkan perasaannya dan Atha menolaknya.

"Sedang apa" suara dari Atha mengagetkan ku, saking seriusnya berkhayal aku tidak sadar hingga berhenti dihadapan mereka. Saat ini baik Atha ataupun Raya mereka sedang memperhatikan ku. Sungguh bodoh kau Dina. Mau ditaruh dimana muka mu setelah ketahuan menguping.

"Mau ke kelas, duluan ya" untunglah otak cerdas ku ini bekerja dengan cepat.

"Tunggu" panggilan dari Atha menghentikan langkah ku. Aku segera berbalik melihat kerahnya.

"Bukannya kelas mu kearah sana" Atha menunjukkan kearah yang berlawanan. Benar juga, ternyata aku salah arah. Ini ternyata arah kantin. Aku segera berlari meninggalkan mereka, masa bodo dengan pembicaraan mereka. Aku sudah tidak ingin tahu lagi. Dua kali, aku sangat malu dihadapan mereka. Aku benar-benar seperti orang bodoh.

Bersambung

Why Atha (Lengkap)Where stories live. Discover now