Bab 14 : Rumor

15.2K 1.1K 21
                                    

Kejadian kemarin membuat mood ku baik hari ini. Dengan semangat aku pergi mengendari motor metic ku. Semalam pegawai bengkel mengantarkanya kerumah. Sudah banyak mahasiswa yang tiba di kampus. Memang, hari ini aku datang agak siang.

Semua orang menghentikan aktivitasnya lalu memandang kearah ku. Aku yang merasa masa bodo dengan mereka. Aku segera duduk di kursi, menunggu kedatangan kedua sahabatku. Di antara kami bertiga biasanya aku selalu menjadi yang terakhir datang. Hari ini, mungkin mereka janjian datang lebih siang dari pada aku.

Rena dan Ica datang secara bersamaan. Sayang, belum sempat bercerita dosen sudah datang. Sepanjang pelajaran, aku mencoba fokus mendengarkan sang dosen. Namun sayang, tidak ada satu pun yang dapat ku mengerti.

"Kepala gue rasanya mau pecah lihat angka-angka itu" keluh Rena kepada ku. Untunglah, bukan aku saja yang merasa seperti itu.

"Mending kita ke kantin" Belum sempat mengiyakan permintaan Rena, Ica sudah mengajak kami ke kantin. Tapi memang benar kenyataannya, jika otak terlalu di porsir isi perut pun ikut terkuras.

Kami bertiga pergi ke kantin mencari tempat paling pojok. Aku merasa semua orang sedang memperhatikan ku. Mungkinkah, kali ini aku memakai baju yang salah. Rasanya warna baju ku tidak begitu mencolok. Atau jangan-jangan, di belakang punggung ku ada tulisan seperti dalam drama.

"Kalian ngerasa enggak sih dari tadi mereka perhatiin kita terus" Aku memandang kedua sahabat ku dengan penasaran.

"Aku kira cuma perasaan kamu saja" jawaban dari Ica membuat ku menghembuskan nafas lega. Syukurlah, tidak ada yang aneh dalam tubuh ku.

"Gue rasa gara-gara ini deh Din" Rena menunjukan sebuah obrolan dari grup chat kepada kami.

Di sana menampilkan sebuah video, Saat Raya menggenggam tangan Atha. Bukankah itu kejadian hari kemarin ?. Sudah sangat jelas itu kejadian kemarin, karena aku pun ikut masuk dalam video tersebut.

Dalam video itu, aku duduk sembari  menatap Atha dan Raya yang sedang berpegangan. Tapi, bagaimana bisa. Entah, ada tujuan apa si perekam melakukan ini. Dan satu lagi, ada sebuah gambar yang menampilkan seolah-olah Atha sedang mencium Raya. Apakah benar Atha melakukan ini.

Yang menjadi perhatian ku sekarang adalah isi obrolan mereka yang menyangkut harga diri ku. Di sana tertulis, aku adalah istri yang tidak dianggap dan tidak diharapkan. Hampir, seluruh obrolan mereka menyalahkan kehadiran ku diantara Atha dan Raya. Ada juga yang merasa puas bahkan hingga menyebut ku sebagai pelakor. Ada juga yang menyebutkan bahwa tidak dianggapnya aku, adalah sebuah hukuman.

Sebenarnya, siapakah yang pelakor. Aku sebagai istri sah nya Atha atau Raya yang hanya sebatas sahabat bagi Atha. Atau sekarang zaman sudah berubah, yang menjadi pelakor dipuja dan yang menjadi istri disalahkan. Sungguh kejam dunia ini.


Bersambung

Why Atha (Lengkap)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora