Bab 19 : Aneh

14.7K 1K 26
                                    

"Ayo pulang" aku memandang Atha dengan bingung. Barusan itu, dia ngomong sama aku kan. Bukan cuma aku, kami bertiga malah saling tatap, sebenarnya ada apa dengannya. Jangan bilang waktu di taman tadi Atha kesambet hantu lagi.

"Kenapa masih ada kelas" bukannya langsung menjawab aku malah kembali memandangnya. Tiba-tiba bulu kuduk ku merinding.

"Enggak, tapi aku kan bawa motor" Atha itu gimana sih, jelas-jelas aku berangkat naik motor. Tapi saat ini dia malah ngajak aku pulang bareng.

"Aku juga tahu, kamu jalan duluan nanti aku ngikuti dari belakang" jangan pernah berharap terlalu tinggi, Atha tetaplah Atha. Sudah mau ngajak pulang pun harusnya aku sudah bersyukur. Jiwa perempuan tetaplah jiwa perempuan, mereka berharap mendapatkan hal romantis dari pasangannya termasuk aku.

Kami berjalan bersama menuju parkiran, jalan bersama dalam konteks yang berbeda. Aku dan kedua sahabat jalan di depan dan Atha mengikuti di belakang.

"Din, kami duluan ya" setibanya diparkiran, kedua sahabat langsung berjalan menuju motor mereka. Entah aku yang lelet atau mereka yang terburu-buru, sekarang hanya tinggal aku sendiri. Karena setelah pamit mereka langsung pergi.

Aku tidak tahu definisi pulang bareng menurut Atha, karena dari arah parkiran pun tempat kami berbeda dan jauh. Parkiran mobil Atha ada di depan fakultas sedangkan parkiran motor ada di samping kanan.

Lebih baik aku segera pulang saja, masa bodo dengan Atha. Ditengah perjalanan aku melewati bazar makanan. Tidak salahkan kalau aku berhenti sebentar dan melihat-lihat. Segera ku parkiran motor di area tersebut.

Melihat banyaknya makanan yang berjajar, jiwa ngimil ku sekarang sedang meronta. Tanpa menunggu lama, aku segera membeli berbagai makanan yang sedari tadi terus memanggil ku.

Kedua tangan ku sudah penuh dengan kantung kresek yang berisi makanan. Saat ini aku sedang mencari tempat duduk yang kosong. Setelah aku mendapatkannya, tanpa menunggu lama aku segera memakannya.

"Belum kenyang" lagi suara Atha kembali mengagetkan ku. Mungkin memang sudah menjadi hobinya mengagetkan orang lain.

Atha duduk disamping kiri ku, Aku hanya cengengesan di depannya. Aku kira, Atha tidak benar-benar mengikuti ku. Tahu kayak gini mending tadi langsung pulang saja.

"Mau" aku menawari Atha makan yang ku beli, tidak enak kan jika kita makan sendiri dan ada orang lain duduk disamping kita.

"Tidak, habiskan saja" setelah mendapatkan jawaban darinya, aku kembali menghabiskan makanan tersebut.

"Nih" Atha memberi ku sebotol minuman, aku yakin hobi ke dua Atha adalah memberi ku minuman. Tanpa menunggu lama aku langsung mengambilnya dan segera meminumnya.

Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk aku memakan semua makan tersebut.

"Sudah kenyang, mau beli apa lagi" aku hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Atha. Rasanya perut ku sudah penuh sesak.

"Ya, sudah ayo pulang" aku berdiri dan siap berjalan disampingnya. Tiba-tiba satu tangan ku digenggam oleh Atha. Dan kami jalan bergandengan.

"Lain kali, makanlah secukupnya jangan berlebihan" satu tangan Atha mengelus kepala ku. Ada apa dengan Atha, mengapa dia mendadak berubah seperti ini.



Bersambung

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang