Bab 13 : Ban Bocor

14.8K 1.1K 21
                                    

Sepulang dari kampus kedua sahabatku mengajak pergi nonton. Kami pergi menggunakan kendaraan masing-masing. Aku bimbang antara harus mengabari Atha atau tidak. Tetapi dewi jahat ku berkata tidak usah mengabari Atha. Dia saja tidak pernah mengajariku. Akhirnya aku kembali memasukan ponsel kedalam tas. Terserah dengan Atha dia saja tidak pernah memikirkan ku.

"Woi mikirin apa sih " tangan Rena memukul pundakku setelah itu Rena merangkul bahuku.

"Iya nih dari tadi kamu bengong aja. Kayak lagi mikirin sesuatu atau kamu belum bilang Atha kita pergi nonton"

Aku hanya dapat menghela nafas mendengar pertanyaan Ica. Ica yang kelawat peka selalu mengerti apa yang aku rasakan.

"Kayaknya elo emang lagi mikirin Atha, cepat telpon" Rena ikut-ikutan menyuruhku menghubungi Atha.

Aku tidak menggubris perkataan mereka. Segera saja membeli tiket dan masuk kedalam bioskop. Menonton film membuatku melupakan Atha.

Selesai menonton film perut ku terasa sangat lapar. Kami mampir disalah satu makanan cepat saji. Karena sangat lapar tidak sampai sepuluh menit makanan di meja telah kandas.

" Gila Lo lapar apa doyan "

"Aku laper banget tahu, cepet kamu makan" ucapku pada Rena

"Din, coba lihat yang lagi duduk dipojok sana. Kak Atha bukan sih" tunjuk Ica kearah pojok dekat jendela.

"Iya Din, serius itu mirip kak Atha" timpal Rena

Aku alihkan pandangan ku kearah yang meraka tunjukan. Benar itu pasti Atha, bajunya sama seperti saat kami sarapan tadi pagi. Tapi dia tidak duduk sendiri di depannya ada Raya.

"Gila, mereka pegangan tangan. Bukan maksud gue kak Raya yang pegang tangan Kak Atha. Din, elo mesti labrak mereka" ujarnya

"Biarkan saja, cepet Ren habisin makanan kamu" ucap ku.

"Din, menurut kamu kenapa kak Atha enggak coba melepas genggaman kak Rena"

"Bukan maksud aku apa-apa Din " lanjut Ica sambil mengangkat kedua jarinya.

"Kalau elo enggak mau gue aja yang labrak mereka Din"

Segera aku membawa Rena dan Ica pergi. Aku bukannya tidak sakit hati melihat mereka tapi. Aku hanya tidak mau menjadi tontonan semua orang.

"Kamu yakin mau pulang sendiri, aku bonceng aja gimana? " Ica sepertinya mengkhawatirkan keadaan ku.

"Terus motor kamu gimana, aku baik-baik saja kok. nanti sesampainya dirumah aku langsung kasih kabar sama kalian"

Setelah berpamitan aku pergi terlebih dulu meninggalkan mereka. Untuk masalah Atha biarkan saja yang punya dosa juga dia. Kenapa tidak bisa menjaga perasaan istrinya.

Sepertinya ada yang tidak beres dengan motor. Akhirnya ku berhentikan dipinggir jalan. Ternyata benar ban belakangnya gembos. Sungguh sial hariku hari ini. Terpaksa aku mendorong motor mencari bengkel yang buka. Selain panas matahari yang menyengat motor ini pun terasa sangat berat.

Sebuah mobil berhenti didepan ku. Rasanya aku ingin memarahi si pemilik mobil yang parkir sembarangan. Saking kesalnya rasanya ingin aku menangis. Seseorang menarik tubuhku lalu membawa ke pelukannya.

"Saya sudah disini" aku tahu pemilik suara ini.

"Tha kenapa siapa yang kamu peluk" suara seseorang seperti menahan tangis membuatku pelepasan pelukannya.

"Bisa kamu pulang dengan taksi " ucap Atha kepada Raya

"Tapi" sebelum Raya menyelesaikan ucapannya Atha segera menyela.

"Istriku membutuhkan ku" hanya itu yang dia katakan Raya memberhentikan taksi lalu pergi meninggalkan kami tanpa pamit.

Aku melihat Atha menelpon seseorang. Lalu dia menyuruhku masuk kedalam mobil. Setelah pagawai bengkel membawa motor ku Atha masuk kedalam mobil dan menjalankannya.

"Kenapa tidak telpon" tanya Atha

"Takut menggangu kamu" aku hanya takut menggangunya. Aku kira bisa melewatinya sendiri tanpa bantuan Atha.

"Jangan ulangi" aku tidak mengerti dengan maksud perkataan Atha.

"Lain kali aku akan mengeceknya terlebih dulu sebelum pergi. Jangan khawatir aku tidak akan merepotkan mu" jawabku

"Tidak bukan begitu, jika terjadi sesuatu telpon saya segera. Jika kamu pergi kabari saya" lanjut Atha.

"Iya" hanya kata itu yang keluar dari mulut ku.

Bolehkan kali ini aku berharap Atha khawatir dengan keadaan ku. Aku tidak akan melupakan pelukan hangatnya hari ini.


Bersambung

Why Atha (Lengkap)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora