38. Tawaran

6.1K 1.1K 197
                                    


Hai! Ada yang kangen?

Biasa aja dong jangan tereak-tereak ampe guling-guling apalagi gigit bantal dan lompat² gaje wkwkwkw..

Itu yang joget² stop coy! Kek orang gila lu 😂

Akhirnya aku bisa update Yeyy!! 🤣

Notes: Update karena aku Ulang tahun ke-18 hari ini. Ucapannya mana?🙃

Jangan lupa Vote dan Coment ya! 🙃

Btw.. Chapter ini cuman sedikit, dikarenakan aku Update saat tugas lagi numpuk.

Jadi aku gak bisa ngetik banyak² soalnya tugas masih ngantri hiks.. 😭

So kalau kalian masih komen "Kok sedikit sih kak?"



AKU LEMPAR KALIAN PAKE ELPIJI 5 KG BIAR MAMPOS!

Harry mengerjapkan kedua matanya perlahan, meringis pelan kala merasakan sedikit nyeri di kepalanya yang membuat ia refleks mengusap dan memijat pelan keningnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harry mengerjapkan kedua matanya perlahan, meringis pelan kala merasakan sedikit nyeri di kepalanya yang membuat ia refleks mengusap dan memijat pelan keningnya.

Ketika kedua matanya terbuka lebar, Harry ragu jika ia telah benar-benar sadar dan membuka matanya. Sebab yang ia lihat hanyalah kegelapan, atau bisa dibilang ia tidak bisa melihat apa pun. Satu-satunya yang membuat Harry yakin jika ia benar-benar sadar adalah, rasa dingin dan lembab di tubuhnya, terlebih lagi di bagian belakang punggungnya. Rasanya, ia seperti tengah terbaring di atas genangan air yang tidak dalam, namun cukup untuk membuat pakaian belakangnya menjadi basah kuyup.

"Tempat ini terasa familiar" Katanya dengan bergumam pelan, seraya bangkit dari berbaring dan mengambil posisi duduk. Kedua matanya yang awas dan jeli, melirik ke sekitar, mencari tanda-tanda adanya cahaya atau sesuatu selain kegelapan yang bisa ia lihat.

Namun kemana pun ia memandang, yang dapat ia lihat hanyalah hitam kegelapan.

"Apa aku memimpikan tempat itu lagi?" Lanjutnya, masih bergumam dengan kening sedikit mengerut.









"Ini bukan mimpi"












Kali ini pun, meskipun telah sering kali mendengar suara berat, dingin, dan mencekam tersebut dalam mimpi yang setiap malam selalu menerpanya, Harry tidak bisa untuk tidak terkejut atau terbiasa ketika ia mendengar suara tersebut. Suara dari satu-satunya sosok atau mahluk yang menempati tempat gelap dan lembab ini selain dirinya.

"Itu kau kan?" Harry bertanya, tapi lebih seperti sebuah pernyataan. Seraya mendongakkan wajahnya ke depan, seakan-akan tengah menatap sesuatu di antara hitam dan gelapnya sekitar.

"Kalau bukan aku siapa lagi? Master?" Jawab Mahluk itu. Kini wujudnya telah terlihat dengan sangat jelas di hadapan Harry, tepat setelah Harry mendongakkan wajah dan berniat melihatnya. Rupanya, Harry telah menguasai dengan cepat dan tepat cara untuk melihat sosok di hadapannya itu. Yaitu dengan berniat sungguh-sungguh dalam hatinya.

Lord Slytherin ll DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang