CHAPTER XVIII : One's Place, That Particular Unknown Tree
▪︎▪︎▪︎
"It's cold hard road, when you wake up. And I don't think that I have a strength, to let you go. The tears in your eyes on your calm hard face, makes me wish that I never brought you to this place."
—Kim Daniel
Japan, November 4th.
▪︎▪︎▪︎
Yeonjun menepuk - nepuk kepalanya, rasa sakit berdenyut - denyut dirasakannya di bagian kepala belakang. Seperti sedang tersengat sesuatu yang menimbulkan efek tajam mendalam di dalam tempurung otaknya.
Mungkin karena kurang tidur tadi malam, akibat terbangun karena mimpi melihat Soobin yang sedang menangis memanggil namanya—entah apa alasannya—dan membuat cowok berambut biru itu spontan segera memaksa dirinya bangun. Lalu tergerak untuk menelepon si manis cepat-cepat.
Jujur, Yeonjun seperti sedang diperingati oleh sinyal batin tak kasat mata agar segera menelepon Soobin tadi malam. Dan benar saja, saat ia menelepon, sambungan telepon berisi suara kosong di ujung sana sedikit dibauri oleh lirihan tangis kecil dari cowok manis itu. Membuat Yeonjun ikut merasa sakit sedikit, ketika dirasakannya tangisan Soobin yang hampir tak terdengar—karena cowok itu terdengar menahannya—malah bergaung seperti suara gema bertalu - talu di gendang telinganya.
"Jam lima sore kata Dokter Jung ya, Dek. Ini Mami abis dapet konfirmasi dari orangnya" suara Mami menginterupsi kegiatan Yeonjun yang sibuk memijit pelipis.
Tanpa menjawab, Yeonjun mengangguk. Dia bergegas meraih sebotol obat di atas meja belajarnya, diambilnya sebutir pill berwarna putih. Diteguknya obat hariannya jika kambuh itu dengan segelas air.
Wooseok yang melihat gerak - gerik aneh anaknya, langsung kembali bertanya. "Kenapa? Kepala kamu sakit—DEK?! ITU KAMU MIMISAN!"
Diraihnya bahu Yeonjun, disibaknya rambut di atas dahi anaknya. Raut wajah Wooseok terlihat sangat khawatir memandangi pias wajah Yeonjun yang sedikit pucat pagi ini. Jantungnya mulai berdebar tak karuan, saat dilihatnya sedikit darah keluar dari hidung Yeonjun—anak bontot kesayangannya.
"Iya nggak apa apa, Mi. Udah biasa kok, gapapa ini juga paling didiemin bentar langsung berhenti" geleng cowok berambut biru itu, tangannya menarik banyak - banyak tissue dan menyumpalkannya ke hidung.
Darah segar berceceran dari hidung mancung Yeonjun. Warna putih bersih tissue sudah berganti menjadi merah cerah penuh, ia masih saja bersikeras mengelap darah yang tak berhenti mengucur.
Membuat Wooseok langsung menarik anaknya ke sisi ranjang, dibimbingnya Yeonjun duduk. "Apanya yang nggak apa apa? Ini nggak berhenti Jun, darahnya! Coba nunduk! Mami ambil dulu esnya, kamu tahan sebentar!"
Yeonjun yang masih didera rasa pening, cuma bisa diam. Nggak membantah sama sekali.
Di kepalanya cuma ada rasa pusing luar biasa. Rasanya seperti dipaku oleh martil tak kasat mata berkali - kali bagian belakang kepalanya. Sudah pernah ia rasakan sakit seperti ini, setidaknya sekali dalam dua bulan. Namun entah kenapa rasanya kali ini, rasa sakit itu datangnya semakin sering frekuensinya. Terlalu cepat pula, sebab biasanya penyakitnya akan kambuh jika mendekati tanggal tiga puluh.
ESTÁS LEYENDO
Let Go || K.Yj • C.Sb • K.Dn || YeonBin
FanfictionSuatu ketika Choi Soobin harus bertemu dengan Yeonjun yang selalu membawa kabar buruk didalamnya. Di bulan Oktober yang lumayan tenang itu, siapa sangka Soobin akan selalu mengingat saat pertama kali Yeonjun datang dan membuat seluruh dunianya jungk...
