prologue🌻

95.6K 11.5K 1.4K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Happy Reading!



Lembayung senja kini berhasil membawa memori beberapa tahun lalu untuk kembali ayah ingat. Fisiknya yang tak se-tegap dulu, kini melangkah mendekat pada rumah kayu dekat pohon mangga. Ia duduk termenung sendiri sembari menatap kosong pada langit jingga yang mulai muncul. 


Indah.


Satu kata yang dapat ayah simpulkan saat melihatnya.


Dulu, tepat sekali pukul lima sore.
Ayah bertengkar hebat dengan ibu, sampai Fano dan Hilal yang sedang asik bermain di depan rumah, terpaksa harus mendengar ucapan-ucapan tidak pantas keluar dari mulut ibu. Wanita paruh baya itu tiba-tiba saja keluar dengan raut wajahnya yang terlihat begitu marah. Berbanding terbalik dengan ayah, ayah sebisa mungkin menahan tangis di depan anak-anak, dia lantas menghampiri Hilal dan Fano yang masih setia menatap kepergian sang ibu tanpa bisa melakukan apapun.


“Urusin anak kamu sendiri! Jangan pernah hubungi saya lagi!”


Hanya itu ucapan terakhir yang dapat ayah ingat. Sampai detik ini, detik dimana hidupnya mulai terasa berat, ayah ternyata masih mampu membesarkan ke dua putra nya dengan hasil keringat dan kerja kerasnya selama ini.


Ayah bangga. Ia bersyukur, walaupun kadang ia hampir menyerah dengan keadaan yang memaksanya untuk berhenti. Namun, itu semua tidak akan pernah mungkin terjadi. Ayah masih punya tanggung jawab, ayah masih harus membesarkan dan merawat ke dua putra nya yang kini sudah beranjak dewasa.

Bayu terus berhembus kencang, menerpa paras rupawan milik ayah yang masih terlihat sama seperti dulu. Kendati beberapa kerutan di wajahnya mulai terlihat, namun itu semua tak sedikitpun mengurangi ketampanan nya. Terbukti dari putra sulungnya,–Alfano Abhicandra yang memiliki wajah hampir sama seperti ayah. Bahkan beberapa tetangga sering bilang jika Fano jiplakan dari wajah ayah.


Dan itu juga yang selalu menjadi pertanyaan. Dimana banyak orang yang mengira jika si bungsu bukan anak kandung dari Ayah.
Tapi siapa sangka jika itu memang benar, Hilal bukan darah daging ayah.


Maka dari itu sekarang ayah masih duduk menunggu kedatangan Fano yang sedari tadi masih membersihkan tubuhnya selepas pulang sekolah. Ayah ingin segera memberitahu pada si sulung rahasia terbesar selama hidupnya, karena memang ini waktu yang tepat untuk Fano tahu tentang siapa Hilal, dan kenapa kehadirannya bisa membuat sang ibu sampai pergi dari rumah,–meninggalkan semuanya.

Dari ayah, untuk abang ✔ Where stories live. Discover now