Bagian ketujuh belas🌻; Bertahan untuk Ibu.

27.5K 5.4K 663
                                    

karena aku baru bisa update lagi, aku kasih yang panjang nih, hehe hampir 3000 kata loh:(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

karena aku baru bisa update lagi,
aku kasih yang panjang nih, hehe hampir 3000 kata loh:(

Happy Reading!

Setelah semalaman hampir gila memikirkan berbagai cara untuk membebaskan Fano dari dalam kamar mandi, akhirnya pagi-pagi sekali Natta memutuskan untuk membukakan pintu kamar mandi itu meski dia tahu apa yang akan dia dapatkan setelah ini. Jujur, tidak apa-apa, Natta sudah terlalu sering mendapatkan siksaan fisik dari Bima, jadi separah apapun konsekuensi yang akan dia dapat, Natta akan menerimanya.

Langkah kaki Natta kini membawanya kedalam kamar utama yang ditempati oleh Bima dan Ibu. Pemuda itu sempat terkejut ketika mendapati ibu tengah berbaring di atas ubin dingin tanpa ada sehelai kain pun yang dijadikan alas. Tangan Natta terkepal kuat, ia berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan segera menghampiri ibu.

"Ibu.." tangannya terulur dengan lembut, mengusap pelan bahu Ibu.

"Ibu kenapa tidur di bawah?"

belum sempat menjawab, ibu alun-alun mengubah posisinya menjadi duduk dengan bantuan Natta.
"Fano.. Fano gimana, Natta? Dia udah keluar?" bukannya menjawab, ibu malah menanyakan keadaan Fano yang justru sedang Natta khawatirkan juga.

Natta hanya menggeleng kecil,
"Natta lagi nyari kuncinya, bu." maniknya mengarah pada lebam yang ada di tulang pipi ibu, padahal semalam luka itu belum ada.

"Ini dipukul lagi?" Natta mengusap kecil lebam itu, tatapannya terlihat begitu sendu, Natta sudah tidak kuat lagi tinggal disini.

“Maafin Natta, bu..”

Ibu menggeleng kecil sembari pamerkan senyum,
“Ngga, sayang.. Bukan salah kamu.
Semalam ayah lagi dibawah pengaruh alkohol, jadi susah mengendalikan emosinya.” kemudian mengusap lembut kepala Natta.

“Tunggu ya, ibu bantu cari kunci itu dulu.” alun-alun ibu mulai beranjak, “Kalau ngga salah semalam ayah simpan di dalam laci.”

Sembari terus mencari, tak hentinya sesekali ibu melirik ke arah Bima yang masih tertidur pulas. Takut jika tiba-tiba Bima bangun dan mengacaukan semuanya. Tak butuh waktu lama akhirnya kunci itu kini sudah berada di tangan ibu, segera tanpa basa-basi langsung ibu berikan pada Natta. Karena sungguh, ibu benar-benar khawatir dengan keadaan Fano di dalam sana, ibu takut kalau sesaknya bisa saja kambuh.

“Tolong bawa Fano keluar, ya? Pastikan kalau dia baik-baik aja.” pinta ibu sembari memberikan benda itu pada tangan Natta.

Pemuda itu mengangguk singkat,
“Iya, ibu jangan khawatir.” lantas segera melangkahkan kakinya keluar menuju kamar mandi.

Sembari berusaha membukakan pintunya, Natta sesekali memanggil nama Fano dengan volume yang sangat kecil,–jaga-jaga takut Bima bangun dan mengacaukan semuanya.

Dari ayah, untuk abang ✔ Where stories live. Discover now