Bagian ke-empat🌻; Makasih untuk pengorbanan ayah selama ini.

39.9K 7.7K 1.9K
                                    

ayo ramein komennya bund, hihii

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

ayo ramein komennya bund, hihii

Happy Reading!

Sudah se-siang ini ayah masih tak kunjung mendapatkan job untuk menjadi badut dan datang ke pesta ulang tahun anak-anak. Kadang ayah lebih memutuskan untuk pergi dan mencari kerja sambilan di kedai sebagai pencuci piring atau membantu mengangkat barang dari tempat ini, ke tempat yang lain, sampai ia bisa menghasilkan uang untuk biaya hidup ke dua putranya.

Seperti sekarang, ayah masih sibuk mencuci piring di kedai bakso yang tempatnya lumayan jauh dari rumah. Awalnya ayah tidak mau meninggalkan Fano sendirian di rumah karena keadaannya yang masih belum membaik. Tapi sepertinya sebentar lagi Hilal akan pulang, jadi ayah tidak terlalu khawatir.

Iya, Fano tidak ayah ijinkan untuk berangkat sekolah hari ini, alhasil ia sendirian di rumah, mengingat Hilal harus pergi ke sekolah pagi-pagi.

“Pak, tolong ini cuci.”

Lamunan ayah terpaksa buyar, suara dari arah samping berhasil membuat ayah tersadar dari lamunannya. Lantas ayah menoleh, tangannya bergerak untuk mengambil alih beberapa tumpuk piring kotor yang harus ia cuci kembali, sebab kedai ini lumayan banyak pengunjung.

“Nyuci nya dipercepat ya.”

Tidak banyak bicara, ayah hanya tersenyum dan mengangguk. Ia melangkahkan kakinya untuk segera mencuci piring dan mangkuk kotor itu di dapur. Dan jika boleh jujur, belakangan ini banyak sekali yang ayah rasakan di tubuhnya, dari sakit kepala, sakit pinggang, pegal-pegal, dan masih banyak lagi jika harus di sebutkan saru persatu. Tapi semua itu jelas tidak akan pernah ayah rasa, sebab ia masih mempunyai tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan ke dua putranya.

Ayah memijat pelipisnya kala mengingat banyaknya tanggungan biaya yang harus ia hadapi belakangan ini. Apa salah jika ayah mengeluh? Ayah lelah, tubuhnya kini tidak lagi sekuat dulu. Matanya semakin kesini semakin buram, juga tubuhnya yang mudah lelah. Namun nyatanya ayah tak pernah menampakkan semua itu di hadapan Fano dan Hilal. Ayah tetap sosok paling tangguh dan paling kuat di mata ke dua putranya, meski selama ini yang mereka lihat hanya kepalsuan. Tak ada satupun yang sadar kalau ayah selalu menjerit dalam diam, menangis dalam senyuman.

Tapi ayah sadar, semua itu memang sudah kewajiban. Ayah tidak akan pernah menyerah sampai tuhan sendiri yang menyuruhnya untuk berhenti.

Kaki itu kini melangkah, memberikan mangkuk yang sudah ia cuci sampai bersih. Tangan itu bergetar ketika menyodorkan tumpukan piring. Sudah serapuh dan selelah itu kah ayah? Ia sendiri tidak mengerti. Tetapi jika ini adalah petunjuk dari tuhan bahwa batas waktunya sudah berakhir sampai di sini, ayah berusaha ikhlas. Karena yang terbaik sudah pasti tuhan rencanakan untuknya dan putranya.

Dari ayah, untuk abang ✔ Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin