Bagian kedua puluh satu🌻; Dari ayah, untuk abang.

27.9K 5.2K 499
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Happy Reading!

Petang ini, tidak ada angin tidak ada hujan, sosok laki-laki yang paling Hilal tunggu-tunggu kedatangannya, tiba-tiba saja menampakkan diri dari sekian lamanya ia menelantarkan bayi laki-laki tanpa dosa di samping mushola, membiarkannya kedinginan di luar tanpa kehangatan sedikitpun.
Tanpa rasa bersalah dia datang, mencari-cari dimana bayinya kini tinggal, menanyakan dari tempat satu ke tempat yang lain sampai dimana dirinya di pertemukan dengan satu laki-laki paruh baya yang tengah duduk melamun di teras rumah.

Tubuh tinggi dan tegap itu sedikit menunduk saat kakinya mulai masuk dan mendekat pada sosok yang tengah duduk melamun sembari menghirup satu batang rokok di tangannya. Disitu juga mata mereka langsung bertemu, tak butuh waktu lama keduanya saling tukar senyuman sampai yang termuda memutuskan untuk membuka suaranya.

“Permisi.. Saya mau tanya, pak.”

Laki-laki yang jauh lebih tua, mengangguk kecil, lantas membuang puntung rokok di tangannya.

“Ada apa, mas?” tangannya bergerak, menepuk tempat duduk kosong di sampingnya. “Duduk dulu.”

Senyuman terpancar begitu saja, laki-laki itu mengangguk, mendudukkan bokongnya di kursi kosong yang ada di sebelah. Dalam satu kali hembusan napas, laki-laki yang lebih muda pun mulai bercerita, menceritakan semuanya tanpa ada yang tertinggal. Si yang lebih tua sempat terkejut ketika mendengar tentang bayi yang di buang belasan tahun lalu, kebetulan dia dan Chandra lah yang pertama menemukan Hilal di samping mushola, tanpa basa-basi Chandra langsung membawa nya ke rumah, mengasuh dan merawatnya seperti anak sendiri.

"Mas ayah kandung bayi itu?"

Laki-laki itu mengangguk kecil,
“Dulu Mami yang buang bayi nya tanpa sepengetahuan saya, karena suatu hal.”

“Nama Mas siapa kalau boleh tahu?”

Sembari mengulurkan tangannya, laki-laki itu mulai memperkenalkan diri.
“Saya Jonathan, panggil aja Jo.”

Yang paling tua mengangguk paham, kemudian mulai menceritakan semuanya.
“Dulu saya sama teman saya–Chandra yang temuin bayi itu di samping mushola Mas, Chandra yang bawa dan besarin dia. Tapi sampai sekarang ngga ada yang tahu kalau bayi itu bukan anak kandung Chandra, bahkan tetangga sekalipun."

Sebelum melanjutkan ucapan nya, pria paruh baya itu mengarahkan seluruh atensinya pada Jo.
“Kalau boleh saya tahu, kenapa bayi selucu itu harus di buang?”

Hembusan napas terdengar jelas, Jo sebisa mungkin menahan air matanya yang berlomba untuk keluar.
“Mami ngga pernah setuju sama pernikahan saya, dari awal istri saya hamil bahkan sampai dia meninggal, Mami ngga pernah suka. Mami buang bayi itu saat saya lagi tugas ke luar kota, disitu Mami bilang sama istri saya kalau bayinya meninggal, padahal tanpa sepengetahuan siapa pun, dia yang udah buang bayi itu.”

Dari ayah, untuk abang ✔ Where stories live. Discover now