5. Titik terendah

1.1K 154 20
                                    

"Untuk bertahan hidup mengapa terasa sulit bagiku," -ap (njm)

_o0o_





Pernahkah kalian berpikir untuk menyerah?

Jika pernah, kita sama.

Sudah seminggu ini aku di rawat di rumah sakit. Penyakitku kambuh lagi. Sebenarnya dokter sudah memperingatkanku untuk jangan kecapean tapi aku tetaplah aku yang tak mendengarkannya. Maka dari itu aku berdiam diri di tempat ini lagi.

Kesepian? Tentu saja. Tak ada yang menemaniku di sini. Rendi sedang kuliah, dia akan berkunjung kalau sudah selese mata kuliah dan akan menemaniku disini. Keluargaku? Entahlah kemana mereka. Mereka hanya datang untuk memakiku kemarin.

Flashback on

Saat ini aku dan keluargaku sedang berkunjung di kampung paman dn bibiku. Aku senang bisa bertemu dengan mereka. Aku bahkan sampai melupakan sakit hatiku kemarin.

Selama dua hari aku selalu tersenyum karna paman dan bibi sangat memanjakanku. Tanggapan ayah, ibu dn Fano masa bodo denganku. Aku juga tak memedulikan mereka.

Sepulang dari kampung halaman paman dan bibi kondisiku memburuk. Mungkin karna aku di sana yang terlalu bersemangat sampai lupa untuk istirahat. Dan berakhirlah aku di sini, di ruangan putih berbau obat. Aku merutuki diriku yang lupa untuk beristirahat sehingga hal fatal ini terjadi. Sudahlah, mau bagaimana pun nasi sudah menjadi bubur.

Pintu ruanganku dibuka, menampakkan dua orang paruh baya berbeda kelamin. Aku menunduk takut. Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.

"Sudah berapa kali aku peringatkan untuk menjaga dirimu hah!" bentaknya.

Plak

Tamparnya padaku, sampai sudut bibirku mengeluarkan darah. Demi apa pun tamparan ini sangatlah sakit dan aku hanya bisa diam menerima perlakuannya.

"Tak bisakah dirimu menjaga dirimu sendiri?"

Plak

Lagi, tangan itu jatuh di pipiku yang putih ini. Jika dilihat pasti akan ada bekas tangannya di tanganku.

"Kau memang bisanya merepotkan kami, kenapa kau terlahir ke dunia ini hah! Seharusnya aku menggugurkanmu saja waktu itu. Bahkan kau hampir mengambil nyawaku waktu itu karna berusaha melahirkanmu tapi lihat sekarang, tak ada gunanya melahirkan dirimu,"

Runtuh sudah pertahananku. Ini lah salah satu alasan lain ayah dan ibu membenciku. Aku memang menyusahkan, ku akui itu.

"Dengar! Aku tak peduli bagaimana kondisimu yang kupedulikan hanya uangku yang habis hanya untuk pengobatanmu yang tak murah ini. Mulai sekarang kau keluarkan sendiri uangmu untuk pengobatanmu. Jangan berharap aku dan istriku akan membantumu lagi dan juga jangan pernah meminta pada Fano. Kau mengerti hah!" ucapnya. Aku hanya mengangguk pasrah.

Setelah mengatakan itu mereka keluar. Dadaku tiba-tiba sesak. Untungnya Rendi segera datang dan menolongku.

Flashback off

Air mata lolos dari pelupuk mataku. Mengingat malam itu benar-benar membuat dadaku sesak.

Ku raih buku yang biasa ku bawa kemana-mana. Ku tuliskan bait demi bait di kertas putih polos itu.

Haruskah aku menyerah sekarang? Aku sudah terlalu lelah berjuang.

Tuhan salahkah aku yang terlahir tak sempurna ini?

Jika salah kenapa kau membiarkanku hidup selama ini?

Aku tak sekuat yang kau kira, ku mohon jangan menghukumku terlalu lama. Aku tak tau kesalahan apa yang ku perbuat di masa lalu tapi aku mohon biarkan aku menyelesaikan semua ini. Aku sudah lelah dengan semua yang aku alami.

Ayah, ibu, Fano, aku menyayangi kalian. Aku tak peduli sebenci apa kalian padaku tapi aku tetap menyayangi kalian.

Ibu, terima kasih sudah berjuang melahirkanku. Maafkan aku karna membuat ibu hampir kehilangan nyawa ibu. Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu.

Ayah, maaf karna aku menjadi lelaki lemah yang banyak bergantung. Aku tak bisa seperti Fano yang selalu membanggakanmu. Namun, kau perlu tau satu, semua hal yang kau lakukan padaku bukanlah sebuah kejahatan, kau hanya ingin aku belajar hidup mandiri dan lebih tegas dalam menghadapi setiap persoalan yang ada. Ayah terima kasih karna sudah menjadi ayahku.

Fano, kau satu-satunya saudara bagiku. Kau adalah panutanku. Maafkan aku karna selalu membuatmu malu karna memiliki saudara yang lemah sepertiku. Terima kasih juga karna setidaknya kau pernah menjadi satu-satunya orang selain nenek yang menyayangiku. Aku tau kau anak yang baik. Fano, aku menyayangimu, kakaku.

Ku tutup buku itu. Ku peluk erat. Air mataku kembali menetes. Ku arahkan pandanganku ke jendela kamar rawatku. Hatiku teriris melihatnya.

Di sana berdiri seorang anak laki-laki bersama ayah ibunya. Betapa sabarnya sang ayah yang membantunya berjalan dan ibunya yang selalu tersenyum melihat interaksi anak dan suaminya itu. Seandainya keluargaku sepertinya, aku pasti akan bahagia.

Aku sedang ada di titik terendah. Titik dimana aku ingin menyerah. Namun, aku ingat janjiku pada nenekku dan juga dia yang akan tetap berjuang sampai tuhan yang memintaku untuk berhenti. Oleh karna itu, aku akan tetap berjuang sesuai keinginan mereka.



_o0o_
@tbc...

Haloo ketemu lagi sama aku, gimana nih chapter terbarunya? Masih ngebosenin kah?

Ngga dapet feelnya yah?😢
Haruskah aku takedown book ini?
Aku jadi ngga percaya diri sama book ini.

Maaf ya kalo banyak typo. Makasii buat yang udah baca. Jangan lupa buat voment ya😁

01/02/2021
©choe_

Bayangan | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang