14. Berubah

759 116 7
                                    

"Mungkinkah keajaiban itu datang? Aku tak tau pasti apakah ini bisa dianggap keajaiban," -ap(njm)

_o0o_






Kalau air bisa berubah menjadi es maka es juga bisa kembali menjadi air. Mau sekeras apa pun batu, dia akan lapuk pula. Dan sekeras apa pun hati pasti akan luluh juga. Hal itu sudah pasti.

Percaya atau pun tidak aku tak bisa mengelaknya. Nyatanya semua itu ada buktinya.

Entah mengapa aku merasa kali ini banyak yang berubah. Bingung? Tentu saja. Aku tak tau harus bahagia atau sedih. Semua ini terlalu tiba-tiba untukku.

Sepulang dari berlibur kemarin entah mengapa Fano terlihat berbeda. Ia tak seperti sebelumnya. Ia yang biasanya acuh kini menjadi perhatian. Apa ada sesuatu yg salah terjadi? Entahlah, aku pusing memikirkannya.

"Na,"

"Ya?"

"Lu balik dari kampus ada kegiatan?"

"Tidak, ada apa?"

"Ada sesuatu yang pengin gue omongin sama lu,"

"Tentang?"

"Gue, lu sama Zhelva,"

Mendengar namanya disebut membuatku benar-benar penasaran. Apakah Fano ingin menyuruhku untuk menjauhi Zhelva atau sebaliknya? Fano benar-benar sulit di tebak.

"Ada hubungan apa aku dengan kau dan Zhelva?"

"Gue pengin ngomongin masa lalu,"

"Masa lalu katanya?" batinku berbicara.

Sampai di sini aku benar-benar masih sulit mencerna perkataan Fano. Ada hubungan apa aku, dia dan Zhelva di masa lalu. Seingatku Fano dan Zhelva tak saling kenal lalu mengapa Fano mengatakan masa lalu.

"Baiklah, aku akan menunggumu di cafe sebrang kampus,"

Fano hanya mengangguk lalu meraih kunci motornya dan pergi dari kawasan rumah. Aku berjalan ke arah halte. Memang sudah biasa jika aku berangkat menggunakan bus. Selain karna aku tak punya kendaraan ke sekolah aku juga tak mungkin meminta diantar oleh ayah maupun ibu apalagi sekedar menumpang pada Fano, aku tak seberani itu.

Aku menunggu bus sekitar 10 menit dan akhirnya bus pun sampai. Aku memilih duduk di dekat jendela. Entah mengapa aku suka duduk di sana.



Ku langkahkan kakiku ke arah fakultasku. Ku lihat Haikal dan Rendi di sana. Kalian bisa menebak mereka sedang apa? Kalian pasti tau jawabanya.

Aku mendekat ke arah mereka. Kedatanganku tak membuat mereka meliriku. Oke kali ini aku di acuhkan.

"Ekhmm,"

"Eh Nana, udah lama datang?"

"Sekitar 15 menit yang lalu maybe,"

Mereka hanya menyengir tanpa dosa. Ingatkan aku bahwa mereka temanku sebelum aku memukul mereka. Eh tidak maksudnya menyeret mereka ke jurang. Bukan juga, maksudku tuh ah sudahlah.

Lama-lama bersama merek memang membuatku gila. Tapi aku memang sudah gila tapi tidak juga. Jadi bagaimana yang benar?

"Kau sedang apa di sini Kal?"

"Berkunjung,"

"Nyari masalah yang benar,"

"Ya! Gue ini serius ya,"

Bayangan | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang