17. Terbongkar

977 122 4
                                    

"Mau seberapa lama pun rahasia dipendam lama kelaman akan terbuka juga," -ap(njm)

_o0o_






Kejujuran memang kadang menyakitkan tapi kebohongan lebih menyakitkan. Aku tau kini kenapa Zhelva bersikap aneh kepadaku kemarin. Aku tak menyangka jika Fano akan berbuat demikian. Aku pikir dia sudah berubah tapi nyatanya dia hanya pura-pura kemarin.

Sebegitu cintakah dia kepada Zhelva sampai melakukan hal itu. Aku tak sengaja mendengar pembicaraan ayah, ibu dan Fano kemarin. Fakta menyakitkan yang ku dapat dari pembicaraan mereka.

Flashback on

Aku berniat untuk ke dapur tapi langkahku harus terhenti karna tak sengaja ku dengar pembicaraan ayah, ibu dan Fano. Aku menguping di balik pintu ruang kerja ayah. Hatiku seperti terpukul mengetahui fakta satu ini.

"Kau sudah melakukan rencana kita dengan baik kan Fan?"

"Tentu saja, aku tak akan membuat dia dan Zhelva bersatu,"

"Apa pun itu, ayah akan membantumu untuk mendapatkan Zhelva, lagian ayah akan untung jika kau dan Zhelva bisa bersama,"

"Tapi, bagaimana kalau Zhelva ingat semuanya?"

"Kata dokter ingatan Zhelva akan sulit kembali,"

"Untuk jaga-jaga kita harus membuat rencana lain,"

"Rencana apa?"

"Mengirim Yana jauh dari negri ini dan membuat surat kepalsuan kematian dia,"

"Apa itu tidak keterlaluan yah?"

"Itu satunya cara agar Zhelva dan Yana saling melupakan,"

"Aku memang ingij mendapatkan Zhelva tapi kalau caranya begini aku takut Zhelva malah membenciku,"

"Kau percayakan semua itu pada ayah,"

"Kau tenang saja Fano, selagi ada ayah dan ibu semua akan baik-baik saja,"

Aku menangis di balik pintu itu. Sebenci itukah mereka padaku sampai membuat surat kematian palsu. Bagimana jika aku beneran tiada? Mereka akan senangkah?

"Nenek, Yana lelah nek. Yana ingin mengakhiri semua ini. Biarkan kisah Yana sampai di sini saja. Yana tak kuat lagi menahan semua sakit ini,"

Dada ku tiba-tiba berdegup kencang. Aku meringis menahan sakit. Buru-buru aku ke kamarku dan meminum obatku.

Flashback off



"Yana,"

Aku menoleh ke sosok yang memanggilku. Aku terkejut mengetahui siapa yang memanggilku. Dia berjalan mendekat ke arahku.

"Aku sudah tau sekarang,"

"Maksudnya?"

"Aku tau kau menyukaiku. Aku tau kau berniat menggagalkan pernikahanku dengan Fano. Kenapa kau melakukan itu?"

Apalagi kali ini. Aku berencana menggagalkan pernikahannya dengan Fano? Yang benar saja. Aku malah berniat membuat mereka lebih dekat.

"Aku tak pernah terpikir begitu, kau salah paham,"

"Jangan bohong, Fano sudah cerita semuanya,"

Ah jadi ini rencana Fano. Aku paham sekarang. Fano mengarang cerita yang membuatku terpojokan begini.

"Aku tak berbohong, yang ku katakan itu kebenaran. Aku memang menyukaimu tapi aku tak pernah berniat menggagalkan rencana pernikahanmu, aku tak peduli kau mau percaya padaku atau pun pada Fano,"

Setelah mengatakan itu, aku berjalan menjauh darinya. Ku lihat dia masih termenung di sana. Aku tak peduli akan hal itu.

Dadaku sesak mengingat tuduhannya untukku. Ingin menangis tapi air mata ini seakan tak ingin keluar. Sebegitu lelahkan aku untuk menangis.

"Ngelamun terus,"

"Aku gak ngelamun ya Ren,"

"Aki gik ngilimin yi Rin,"

"Apaan sih Ren?"

"Kamu ngelamunin apa sih Yan?"

"Aku gak ngelamunin apa-apa kok,"

"Aku dah sering bilang ke kamu ya Yan, jangan pernah tutupin sesuatu dari aku,"

"Aku gak nutupin apa-apa dari kamu Ren,"

"Kita temenan gak baru satu dua tahun ya Yan, aku dah tau tabiat kamu,"

"Untuk saat ini aku gak bisa cerita ke kamu,"

"Oke, aku bakal tunggu sampai kamu siap. Pokoknya kalo kamu dah siap kamu wajib cerita ke aku,"

"Iya Rendi Syaputra anaknya bapak Sahrul Gunawan dan ibu Laudia Marvalena,"

"Wow lengkap,"



Aku berjalan berdampingan dengan Rendi. Ku lihat sosok familiar di depan gedung fakultasku. Aku mendekat ke arahnya yang tengah tersenyum lima jari padaku.

"Ada apa Fan?"

"Aku mau mengajakmu bicara bertiga bersama Zhelva,"

"Untuk apa? Untuk mengatakan jika aku ingin menggagalkan pernikahan kalian? Aku pikir kamu dah berubah ternyata kamu itu bener-bener licik Fan,"

"Aku bisa jelasin Yan,"

"Aku tau aku punya banyak kekurangan tapi kamu, ayah dan ibu seakan-akan membuangku sebagai barang tak berguna. Jika kau mencintai dia lakukan dengan hal benar Fan,"

Aku mengajak Rendi pergi setelah mengatakan hal tadi. Ku lihat Rendi seperti orang bingung.

"Wow Na, aku terkejut melihatmu tadi,"

"Memang tadi aku kenapa?"

"Kau berani melawan setan berbentuk manusia tadi, itu hebat,"

"Aku hanya lelah untuk ditindas Ren, sudah cukup selama ini mereka menindasku kali ini aku tak akan membiarkan lagi. Aku ingin menjadi sosok yang kuat,"

"Kau pantas bahagia Na, kau hebat bisa melewati semua itu. Aku bangga padamu,"



_o0o_

@tbc...

Hai, gimana nih cerita kali ini? Flat ya? Aduh maaf ya😥

Btw makasih yang udah dukung cerita aku ini. Maaf kalo banyak typo ya😁

Jangan lupa buat voment😉

See you di next chapther

13/02/2021
©choe_

Bayangan | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang