11. Bertahan

959 118 6
                                    

"Sekuat apa pun aku, ada saatnya aku berada di posisi yang lemah," -ap(njm)

_o0o_





Kondisiku kini makin melemah. Kata dokter aku harus segera menemukan donor jantung. Aku tak tau sampai kapan jantungku ini akan bertahan.

Aku tak memberitahu siapa pun bahkan Rendi sekalipun. Aku tak mau dia khawatir. Beberapa hari ini aku juga membohongi dia jika aku ada urusan di tempat paman dan bibiku.

Saat ini aku baru saja dari rumah sakit. Hasilnya masih sama seperti yang sebelumnya. Aku pasrah dengan apa yang akan terjadi padaku.

Aku menunggu bus di halte dekat rumah sakit. Tiba-tiba dadaku berdenyut keras. Aku merasakan sesak di sana. Aku berusaha bangkit untuk kembali ke rumah sakit. Namun, baru selangkah aku sudah terjatuh.

Ku rasakan ada orang yang membantuku sebelum kesadaranku hilang penuh. Setelah itu aku tak tau apa yang terjadi denganku.



Ku buka mataku. Ku arahkan pandanganku ke sekitarku. Hal pertama yang ku lihat adalah Haikal yang sedang tertidur. Pikiranku berkecamuk. Untuk apa Haikal ada di sini dan tunggu, apa dia yang menolongku?

Ku mencoba untuk bangun. Namun sepertinya gerakanku tadi membuat Haikal terbangun. Mata indahnya menatapku yang juga menatapnya. Ia berjalan mendekat ke ranjangku.

"Kau sudah bangun? Apa ada yang sakit? Biar ku panggilkan dokter,"

"Terima kasih,"

Ku lihat dahinya berkerut lalu detik berikutnya ia menghembuskan nafasnya.

"No problem, anggap saja itu bantuan dari teman lama,"

"Teman lama ya?"

Aku tertawa dalam hati. Ku lihat dia juga tertawa canggung.

"Maaf, bukan maksudku begitu,"

"Tak apa aku tau,"

Dokter masuk ke ruanganku. Aku tersenyum ke arahnya. Dia itu dokter yang sudah merawatku sejak kecil makanya aku sangat akrab dengannya.

"Dasar anak nakal, baru saja keluar sudah masuk lagi,"

"Aku terlalu mencintai tempat ini sampai tak mau meninggalkannya,"

"Kau ini,"

Biar ku kenalkan, dia adalah dokter Surya. Dia teman baik ayah. Dia yang selalu ada di sisiku selama ini. Dia adalah tempatku berbagi.

Ku lihat dia mengerutkan dahinya saat menyadari atensi Haikal. Mungkin dia bingung siapa pemuda itu.

"Apa dia teman barumu? Biasanya kau di sini selalu bersama Rendi, kemana anak nakal itu?"

"Dia Haikal, tadi aku bertemunya di halte. Untuk Rendi, ku mohon jangan beritahu dia, aku tak mau merepotkan dia terus,"

"Walaupun kau tak memberitahunya, dia pasti akan tau sendiri,"

"Setidaknya tidak untuk sekarang,"

"Jadi sekarang kau ingin merepotkan pemuda itu begitu?"

"Bukan begitu ishh,"

"Haha, aku hanya becanda, kalo begitu aku tinggal dulu. Anak muda tolong jaga si nakal ini. Jika ia takau minum obatnya pukul saja,"

Aku menatap dokter Surya datar sedangkan Haikal tertawa mendengar leluconnya yang tak lucu itu. Setelah kepergian dokter Surya keadaan di sini begitu awkard. Baik aku dan Haikal sama-sama diam.

"Yan,"

Pada akhirnya dia memulai percakapan. Mungkin ia lelah jika diam-diaman terus. Aku menoleh ke arah Haikal.

"Ya?"

"Maafkan aku karna meninggalkanmu dulu,"

"Haha, itu sudah lama dan aku sudah memaafkanmu,"

"Aku sangat bodoh Yan,"

"Apa maksudmu?"

"Aku meninggalkan teman yang benar-benar tulus padaku dan memilih mereka yang hanya memanfaatku. Aku terlalu naif untuk memahaminya,"

"Kau tau? Semua hal yang ada di dunia ini tidak ada yang sesuai kehendak kita. Kita di sini hanya pemerannya dan Tuhanlah yang mengatur lakon kita. Semua yang terjadi di luar kendali kita. Aku tak pernah marah dengan apa yang kau lakukan karna aku tau kau pasti ada alasanya. So, dont talk about it again,"



Semenjak saat itu, aku dan Haikal kembali dekat. Tentu tanpa sepengatahuan Fano dan juga Rendi. Ngomong-ngomong tentang Rendi, dia sudah tau kalau aku di rawat. Benar kata dokter surya kalau Rendi pasti akan tau tanpa ku beti tau. Atau jangan-jangan dokter Surya yang memberitahunya.

For your Information aja kalo dokter Surya itu pamannya Rendi. Jadi kalo Rendi tau dari dia aku tak kaget.

Sudah hampir dua minggu aku di rawat di sini. Karna ku bosan aku putuskan untuk pergi ke taman. Taman yang sama seperti 15 tahun lalu, yang membedakan hanya adanya tambahan kursi dan juga bunga-bunga.

Aku duduk di tempat biasanya. Ini adalah tempat favoritku dari dulu. Tempat di mana aku dan dia bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Di sinilah aku menunggu dia selama 15 tahun.

Harapanku masih sama sampai sekarang. Menghabiskan waktu dengannya walau sebentat di tempat ini. Tanpa ku sadari ternyata dia juga ada di sini. Sedang apa dia di sini? Begitulah isi pikiranku. Aku ingin mendekat tetapi aku ragu. Ku amati dia dari kejauhan. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.



_o0o_
@tbc...

Halo aku bek nih, gimana nih cerita kali ini? Voment ya, biar aku makin semangat nulisnya. Makasii yang udah mau baca cerita aku.
See you di next chapther😁

07/02/2021
©choe_


Bayangan | Na JaeminWhere stories live. Discover now