9. Teman

706 121 9
                                    

"Tak butuh teman yang banyak, yang ku butuh hanya teman yang selalu ada bersamaku dalam kondisi apa pun," -ap(njm)

_o0o_






Aku ingin menceritakan sedikit tentangku dan Rendi. Bagaimana kita bisa bertemu dan saling mengasihi. Rendi yang dulu tidak sama seperti yang sekarang. Dulu dia benar-benar tak terurus bahkan ia hampir memakai barang haram. Untung saja waktu itu aku datang dan menghentikannya.

Flashback on

Aku selalu berangkat sekolah dengan sepeda kesayanganku. Walaupun terlihat usang tapi aku sangat menyukai sepeda itu.

Setiap pulang sekolah aku tak langsung ke rumah. Aku biasanya pergi ke perpustakaan kota sekedar untuk membaca atau mencari sumber referensi untuk tugasku. Saat aku sedang mengayuh sepedaku itu, aku tak sengaja melihat teman satu kelasku bersama dua orang pria paruh baya. Aku liat dia menerima sesuatu dari dua orang tadi. Samar-samar ku mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku terkejut mendengar bahasan mereka. Ku ayuhkan sepedaku mendekatinya yang tinggal sendiri kini. Dia nampak terkejut saat melihatku. Aku lihat dia menyembunyikan barang tadi.

"Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Aku mau ke perpustakaan kota dan tidak sengaja melihatmu,"

"Jangan coba-coba untuk melaporkan kepada guru!"

"Kenapa kau memakai barang itu?"

"Bukan urusanmu,"

"Apa sudah lama?"

"SUDAH KU BILANG BUKAN URUSANMU!"

"Ren, tolong berhenti memakainya, itu tidak baik untukmu. Setidaknya kasihani tubuhmu. Kau diberi kesempurnaan oleh tuhan. Jangan sia-siakan pemberian itu,"

"Kau siapa berani-berani mengatur hidupku hah!"

"Aku hanya ingin kau tau Ren, barang itu tidaklah baik. Kau mungkin memang punya alasan tapi bukan ini caranya kau melampiaskannya. Jika kau memang tak peduli dengan tubuhmu silahkan saja,"

Aku berlalu meninggalkan Rendi yang terdiam membisu. Aku berharap semoga dia sadar. Aku tak ingin dia kenapa-kenapa.



Aku duduk di bangku kesayanganku, bangku dekat jendela dengan pemandangan lapangan utama. Saat aku baru duduk tak sengaja netraku melihat Rendi masuk dari pintu. Dia menatapku kemudian memalingkan wajahnya saat aku ikut menatapnya.

Aku tak tau alasan apa yang membuat Rendi mengajakku bertemu di rooftop sekolah. Ku langkahkan kakiku menuju rooftop. Saat ku buka pintunya, aku dapat melihat dimana Rendi berada. Aku berjalan mendekat ke arahnya.

"Kau sudah sampai?" tanyanya tanpa mengubah posisinya yang memunggungiku.

"Iya, kenapa kau mengajakku bertemu?"

"Terima kasih,"

"Untuk?"

"Karna kau sudah menyadarkanku. Ku tak tau bagaimana diriku ini jika tidk bertemu denganmu. Kau pasti tau banyak tentangku dari gosip-gosip yang beredar,"

Gosip yang dia bilang adalah tentang dia yang suka balapan, tawuran, keluar masuk club, bolos kelas sampai gonta-ganti pasangan. Untung dia tampan jadinya banyak yang mau dengannya coba kalo tidak. Aku sebenarnya kurang percaya gosip itu tapi semenjak melihat yang kemarin dan pengakuan ia langsung aku jadi percaya. Ternyata hidup memang benar-benar rumit.

"Semua itu karna dirimu sendiri bukan karna aku. Aku bersyukur kalo pada akhirnya kau sadar juga. Aku harap kedepannya kau jauh lebih baik. Aku tau kau anak yang baik, hanya saja keadaan memaksamu untuk menjadi yang sekarang,"

"Aku malu Yan. Aku selalu merasa hidupku yang paling menderita sampai menutup mata pada sekitarku. Seandainya aku bisa memahaminya dengan baik aku mungkin tak akan seperti ini,"

Aku lihat dia menangis. Ku peluk dia, memberi kehangatan dan ketenangan untuknya. Ku biarkan bajuku basah olehnya. Aku tau seberapa besar penderitaan yang ia rasakan.



Sejak pertemuanku dengan Rendi tempo hari, aku dan dia kini semakin dekat. Desas desus tentang Rendi si anak nakal yang telah berubah terdengar jelas di telingaku. Rendi yng mendengarpun tak ambil pusing.

"Itu sudah biasa, aku kan artis sekolah makanya banyak yang omongin,"

Aku memutar bola mataku jengah. Bisa-bisanya dia bicara seperti itu di saat seperti ini. Aku benar-benar tak tau lagi dengan sikap Rendi.

Aku juga punya satu teman lagi selain Rendi. Namanya Haikal, aku mengenalnya di perpustakaan kota. Saat itu aku dan dia akan mengambil buku yang sama. Karna kesamaan kita itulah aku dan dia berteman sekarang.

Saat ini aku ingin mengenalkan Rendi dan Haikal. Kenapa aku mengenalkan mereka? Ya, karna Rendi belum kenal Haikal. Haikal berbeda kelas denganku dan Rendi. Oleh sebab itu, mereka tak saling kenal.

Di sinilah kami bertiga duduk di bangku perpustakaan.

"Haikal ini Rendi dan Rendi ini Haikal,"

"Oh hai, aku Haikal,"

"Aku Rendi,"

"Aku sudah tau itu, kau kan sangat terkenal,"

Rendi tertawa canggung mendengar penuturan Haikal. Aku juga ikut tertawa melihat itu.

Kami bertiga menghabiskan waktu di perpustakaan sampai sore.

Flashback off

Begitulah kiranya aku bertemu dengan Rendi dan Haikal. Tak ada yang istimewa memang. Tapi aku bahagia jika mengingat saat itu.

_o0o_



Halo aku kembali lagi. Gimana nih chapther kali ini?

Maaf ya kalo ada typo. Untuk yang udah baca cerita aku, makasii kalian.
Mau ngingetin buat jangan lupa voment ya biar aku tambah semangat 😂

Makasii sekali lagi, see you di next chapther😉

05/02/2021
©choe_

Bayangan | Na JaeminWhere stories live. Discover now