S A T U

92.1K 4K 25
                                    

Seorang wanita dengan pakaian formal berwarna krem, serasi antara atasan dan bawahannya, berjalan menuju salah satu ruang di lantai 21 gedung perkantoran. Langkah kaki yang dialasi dengan sebuah stiletto hitam menimbulkan bunyi teratur di lorong ruangan yang sunyi itu. Begitu mendekati pintu ruangan yang menjadi tujuannya, wanita itu berhenti dan menghadap sebuah meja yang dibelakangnya tengah duduk seorang wanita dengan kacamata bertengger di wajahnya.

"Nia, Renja ada kan?" tanya wanita itu.

Wanita yang sedang duduk menghadap layar komputer yang ada di depannya, mengangkat kepalanya, kemudian memasang senyum lebarnya sambil mengangguk, "Ada, Bu. Silahkan langsung masuk saja"

"Oke, saya masuk ya"

Wanita itu kemudian mendorong pintu di depannya dan melihat seorang laki-laki yang duduk di belakang meja kerja dalam ruangan tersebut sedang berbicara melalui telepon genggamnya. Mata mereka bertemu dan si lelaki mempersilahkan wanita yang baru masuk ke ruangannya itu untuk duduk di bangku di depan mejanya dan secara tidak langsung memintanya menunggu sampai Ia menyelesaikan bicaranya.

Hani Alexandra. Nama wanita yang sedang duduk sambil melihat sekali lagi berkas yang dibawanya, sebelum Ia serahkan kepada laki-laki di hadapannya. Wajah Hani tampak sedikit gusar saat matanya bolak-balik menatap berkas di tangannya dan laki-laki di hadapannya.

Setelah menyelesaikan pembicara di telepon genggamnya, laki-laki yang hari ini memakai kemeja berwarna abu-abu dipadu dengan celana panjang bahan berwarna hitam itu kemudian mengalihkan pandangannya kepada Hani. Mengangkat kedua alisnya seolah bertanya apa maksud tujuan Hani datang menghadapnya.

"Gue udah dapet kandidat buat calon sekretaris lo, yang bakal bantu Nia juga" Hani menepuk beberapa lembar kertas yang ada di dalam map plastik di meja di depannya.

Laki-laki itu, Renjaka Putra Permana, seorang direktur bagian perencanaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti, menyandarkan tubuhnya di kursi yang didudukinya lalu menengadahkan tangannya meminta berkas mengenai informasi calon pegawai yang akan menjadi sekretarisnya yang sedari tadi dibawa oleh Hani.

Hani tampak ragu menyerahkan berkas tersebut, yang tentu saja membuat Renjaka tampak bingung.

Hani kembali membuka suara, "Tapi lo jangan kaget ya, pas liat profil kandidatnya"

Renjaka semakin bingung mendengar perkataan Direktur SDM sekaligus sahabatnya yang duduk di depannya ini, "Kaget kenapa?"

Hani menggeleng, "Pokoknya gue udah ngingetin lo, jangan kaget. Jangan fokus sama fotonya, lo harus liat pengalamannya sebagai bahan pertimbangan lo"

"Sejak kapan sih, gue kalo pilih pegawai yang dilihat fotonya dulu?" Renjaka menarik berkas yang ada di tangan Hani. Sempat terjadi proses tarik menarik diantara keduanya sebelum akhirnya Renjaka berhasil mengambil berkas profil calon sekretarisnya dari tangan Hani.

Renjaka langsung membuka map tersebut dan tiba-tiba saja nafasnya sedikit tercekat saat Ia melihat foto yang terpasang di pojok kanan atas bagian depan berkas tersebut. Belum sempat melihat informasi lainnya, Renjaka kembali menatap Hani dengan tatapan mata yang sulit dijelaskan.

"I've warned you, Ja" ujar Hani pelan.

Renja kembali menekuri berkas dari calon kandidat sekretarisnya. Namanya Renata Abigail, seorang wanita lulusan administrasi negara dari salah satu universitas negeri terbaik yang ada di Indonesia. Background pendidikan sudah jelas unggul, pengalaman pekerjaan sebagai asisten menteri di salah satu kementerian negara menjadi sebuah tambahan nilai plus lagi. Ditambah lagi dengan sekian banyak list pengalaman organisasi dan info lainnya yang membuat kandidat ini sangat potensial bagi Renja untuk bisa mengisi posisi sekretarisnya.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang