L I M A D U A

26.9K 2.2K 28
                                    

Renata berbaring di tempat tidurnya, di kamar masa kecilnya dulu di Bandung. Menatap langit-langit kamar berwarna putih, sambil memikirkan berbagai hal yang terjadi di hidupnya akhir-akhir ini. 

Renata sukses menghindari Renjaka di kantor. Segala macam komunikasi yang dilakukan oleh lelaki itu tidak ada satupun yang direspon olehnya. Untungnya pekerjaannya pun tidak ada lagi yang mengharuskannya untuk bertemu dengan Renjaka, kalaupun memang ada, Ia akan menitipkannya saja pada Nia tanpa harus bertemu dengan lelaki itu. 

Tidak ada yang tahu soal kondisi hubungan Renata dan Renjaka sampai saat ini, Renata belum menceritakannya kepada orang lain. Ibu, Mina, Nia, apalagi kakaknya. Ia menghindari Abi mengetahui kondisi hubungan mereka sekarang. Walaupun Renata kini meragu pada Renjaka, Ia tidak ingin Abi semakin tidak menyetujui hubungannya dengan Renjaka, walaupun lelaki itu telah membuat Renata menangis beberapa hari terakhir ini. 

Setelah pertemuan dengan Renjaka beberapa waktu lalu, dan setelah menurunkannya di kost, Renata meluruhkan badannya di balik pintu kamarnya. Ia menangis. Meratapi hubungannya dengan Renjaka kenapa harus mengalami keadaan seperti ini. 

Beberapa waktu Ia memang sempat bingung kenapa Renjaka tidak pernah sama sekali menyinggung soal Nina kepadanya, Renata berpikir mungkin itu karena Renjaka menghargai perasaan Renata dengan tidak mengungkit wanita lain. Tapi ternyata, ada hal besar yang disembunyikan oleh lelaki itu. Entah takdir Tuhan seperti apa yang membuatnya harus menemukan fakta bahwa mendiang istri Renjaka sangat mirip dengannya. 

Keresahan dalam diri Renata kembali muncul, saat di awal hubungan mereka Renata merasa bahwa Ia tidak pantas bersanding dengan Renjaka karena perbedaan status sosial dalam pekerjaan mereka, sekarang ditambah lagi dengan situasi kemiripan antara dirinya dan mantan istri Renjaka yang membuatnya sangsi dengan ketulusan perasaan Renjaka padanya. Walaupun Renjaka sudah mengatakan bahwa laki-laki itu melihat Renata sebagai dirinya sendiri, tapi tidak mungkin kan kalau Ia tidak memikirkan atau membayangkan istrinya ketika melihat dirinya.

Renata menutup matanya dengan lengan kanannya, berusaha untuk sedikit saja melupakan keresahan hatinya yang sudah menganggunya beberapa hari belakangan ini. Sampai kapan keadaan seperti ini akan terus berlanjut? Akan seperti apa hubungannya dengan Renjaka nantinya? Apakah harus berakhir? Atau bagaimana?

Terdengar pintu kamarnya diketuk dan terlihat Ibunya menyembulkan kepalanya di antara celah pintu kamarnya, "Neng, jadi mau ikut Ibu ke resto nggak?" tanya Nirmala pada anak gadisnya itu. 

Renata mendudukan tubuhnya, "Jadi, Bu" jawabnya lirih.

Nirmala masuk ke dalam kamar anak perempuannya itu, lalu duduk di sisi tempat tidur dekat paha Renata, kemudian menatap Renata. Ia sadar ada yang tidak baik-baik saja pada Renata sejak melihat kedatangannya kemarin malam. Wajahnya tampak kuyu. Tidak bersemangat seperti beberapa waktu terakhir setiap Ia pulang ke Bandung. Namun, Nirmala belum menanyakan ada apa, Ia menunggu Renata sendiri yang menceritakannya.

Tapi sepertinya anaknya ini masih tidak mau bercerita, maka Ia yang mengambil inisiatif terlebih dahulu, "Kerjaan di kantor lagi banyak banget ya, Neng? Bagian yang baru enak nggak suasananya?"

Renata tersenyum mendengar pertanyaan Ibunya, Ia menyadari bahwa sang Ibu sedikit banyak pasti bertanya-tanya mengenai kondisinya yang tidak biasa ini, "So far so good, Bu. Banyak kerjaan tapi masih bisa Ata handle"

Nirmala mengangguk, "Rendra apa kabar?"

Renata terdiam mendengar pertanyaan Ibunya kali ini, menghela nafas pelan, Ia menjawab, "Kemarin sih sempet demam, Bu. Tapi sekarang kayaknya udah sehat"

Nirmala mengernyit bingung, namun Ia mempertanyakan hal lainnya, "Kalau Renja?"

Renata kembali terdiam. Tanpa bisa ditahannya, matanya tampak berkaca, air matanya siap tumpah. Sebenarnya Ia belum mau membicarakan ini dengan siapapun, termasuk Ibunya. Namun sepertinya memang Ia tidak bisa menyembunyikan apapun dari mata tajam Nirmala. Renata hanya menunduk.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang