D E L A P A N

31.1K 2.8K 12
                                    

"Saya harus periksa laporannya hari ini karena besok harus meeting pagi. Bagaimana bisa laporannya belum selesai?" 

Sore hari, di saat beberapa pegawai di gedung kantornya sudah mulai bersiap untuk pulang, Renata masih berada di ruangan bosnya dan sedang menerima amukan atasannya tersebut.

"Nia tidak menyerahkan laporan apapun ke saya sebelum pulang tadi, Pak" Renata berusaha membela diri dengan menjelaskan alasannya kemudian menundukkan kepalanya menghindari tatapan tajam dan galak dari Renjaka.

"Kok bisa kalian gak ada koordinasi? Kamu tahu kan besok saya ada meeting sama Prawiratama?"

Renata mengangguk kecil. Seingatnya, laporan yang diminta Renjaka hari ini masih dikerjakan oleh Nia tadi. Tapi tadi Nia tiba-tiba mengeluh kalau kepalanya sangat pusing dan Ia izin pamit pulang lebih dulu sebelum jam kantor. Renata juga tidak sempat menanyakan mengenai pekerjaan yang belum rampung dikerjakan oleh Nia karena melihat partner sekretarisnya itu sudah sangat pucat, jadi Renata buru-buru menyuruhnya pulang. Ternyata ada laporan yang belum disubmit Nia kepada Renjaka, dan hal ini terlewat oleh Renata yang juga tidak memeriksanya lagi.

"Kamu hubungi Nia soal laporannya, saya tunggu laporannya hari ini juga" suara Renjaka kembali memecah keheningan di ruang tersebut. 

Renata mengangguk cepat lalu berjalan keluar ruangan Renjaka dengan segera. Sudah dapat dipastikan, Renata harus lembur lagi hari ini untuk menyelesaikan laporan tersebut. Renata menghubungi ponsel Nia untuk menanyakan keberadaan laporan tersebut, namun Nia tidak menjawabnya. 'Mungkin masih mabok' ujar Renata dalam hati. Renata juga tidak mungkin menyalahkan keabsenan Nia dalam mengoper pekerjaannya. Nia pasti sudah tidak bisa konsentrasi karena keadaannya itu. 

Yang dilakukan Renata adalah mencoba mencari keberadaan laporan tersebut di folder-folder pekerjaan di komputer Nia, berharap bisa menemukan laporan yang dibutuhkan Renjaka, sambil juga masih terus menghubungi Nia melalui handphonenya. 

Jam sudah menunjukkan pukul 7 ketika akhirnya Nia mengangkat teleponnya. Hal yang dilakukan Renata saat mendengar sapaan dari Nia adalah menghela nafas lega.

'Reeenn.. sorry banget bener bener sorry. Gue lupa transfer laporan Prawiratama ke elo tadi sebelum pulang. Lo masih di kantor ya?' tanya Nia di seberang sana.

Renata hanya bisa tersenyum lelah, "Masih, Ni. Gak boleh pulang sebelum laporannya kelar"

'Maaf banget ya, Ren. Laporannya bisa lo cari di...." Nia kemudian menjelaskan letak laporan yang dibutuhkan Renjaka di komputernya. 

Setelah menemukannya dan mendapat penjelasan Nia apalagi yang perlu ditambahkan dalam laporan tersebut, Renata memutus sambungan telepon itu setelah mendengar permintaan maaf Nia untuk yang kesekian kalinya, dan Renata juga hanya bisa menjawab tidak apa-apa untuk yang kesekian kalinya. 

Renata segera menyelesaikan laporan tersebut secepat yang Ia bisa. Satu jam berlalu, dan Renata baru berhasil menyelesaikannya. Setelah mengirim laporan itu ke email Renjaka dan mencetaknya untuk diserahkan kepada tasannya itu, Renata bangkit berdiri untuk merenggangkan badannya yang pegal karena harus duduk tegak dan tegang untuk menyelesaikan laporan tersebut. 

Tidak disadarinya, saat sedang asyik memutar badan ke kiri dan ke kanan, saat badannya sudah mengarah ke depan lagi, Renata melihat Renjaka berdiri di depan mejanya yang membuatnya terkejut dan memundurkan badannya karena tidak menyangka kalau atasannya itu sedang berdiri di depannya. 

"Sudah selesai laporannya?" tanya Renjaka. Suaranya masih tegas, namun tidak sekeras tadi.

Renata menyusun laporan yang sudah selesai dicetak, kemudian merapihkannya dan memasukannya ke dalam map. Dengan senyum lebar, Renata mengangkat laporan tersebut agar dapat dilihat oleh Renjaka, "Selesai, Pak"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang