E N A M B E L A S

29.9K 2.9K 40
                                    

Di sinilah Renjaka dan Renata, duduk di salah satu kursi di restoran yang ada di rumah sakit tempat Ibu Renata dirawat. Sebenarnya Renata sudah mengajak Renjaka untuk mencari restoran yang lebih proper, namun Renjaka menolaknya. "Saya males nyetir, mendingan makan yang deket aja"

"Bapak yakin gak apa-apa makan begini?" tanya Renata setelah mereka duduk di restoran tersebut.

"Emangnya kenapa?" tanya Renjaka yang sedang mengelap tangannya dengan tisu setelah cuci tangan.

"Nanti Bapak diare makan di tempat yang biasa aja begini"

Renata terperangah melihat Renjaka yang tertawa mendengar perkataannya. Baru sekali ini, setelah hampir 6 bulan Renata bekerja menjadi sekretaris Renjaka, Ia melihat laki-laki itu tertawa lepas seperti tadi. Biasanya Renata hanya mendapatkan wajah merengut dan kata-kata singkat dari Renjaka.

Melihat tawa lepas Renjaka tadi, Renata baru melihat wajah tampan atasannya ini, yang walaupun terdapat gurat-gurat lelah di wajahnya, namun tidak menutupi ketampanannya. Renata langsung mengusap mukanya dengan kedua telapak tangannya, berusaha menyadarkan dirinya untuk tidak berpikiran macam-macam terhadap bosnya itu. 

"Kamu pikir saya selalu makan di restoran mewah bintang 5?"

Renata mengedikkan bahunya, "Mungkin" kemudian Ia melanjutkan, "Bapak langsung pulang atau nginep Bandung dulu?"

Renjaka melirik jam di pergelangan tangan kirinya untuk melihat waktu, "Kayaknya nginap aja semalam. Saya gak sanggup kalo harus nyetir lagi, takut ngantuk"

Renata mengangguk lalu membuka aplikasi yang ada di handphonenya. Renjaka yang sedikit melihat Renata yang langsung sibuk kemudian bertanya, "Kamu mau ngapain?"

Renata bolak-balik mengusap layar handphonenya untuk mencari penginapan yang pas untuk bosnya itu, "Biar saya booking-in hotel yang nyaman buat Bapak"

Renjaka tertawa lalu menarik handphone yang dipegang Renata lalu menelungkupkannya di meja di samping Renata, Renata yang bingung melihat sikap bosnya itu hanya diam dengan tatapan bertanya, "Saya bisa cari sendiri hotelnya"

Renata kembali mengambil handphonenya, namun segera direbut kembali oleh Renjaka dan memasukkan handphone Renata ke dalam saku bajunya, "Lebih baik kamu cepetan makan dan balik ke kamar Ibu kamu, kamu juga butuh istirahat"

"Tapi nanti Bapak nginep di mana? Atau mau di rumah saya aja, Pak? Walaupun gak bagus-bagus banget tapi lumayan nyaman kok, Pak. Nanti saya bisa antar..."

"Kamu cerewet sekali, Renata" hardik Renjaka yang membuat Renata langsung menutup mulutnya, "Saya akan cari hotelnya sendiri, gak susah cari hotel di Bandung kan. Dan saya yakin juga gak akan penuh karena ini bukan weekend. Jadi lebih baik sekarang kita makan, dan segera istirahat setelahnya. Jelas instruksi dari saya?" tanya Renjaka masih dengan nada tegas.

Renata mengangguk lalu merapatkan bibirnya, kemudian fokus terhadap makanan di depannya, "Jelas, Pak"

Renjaka tersenyum kecil melihat kepatuhan Renata terhadap semua kata-katanya. Ia menahan tangannya untuk tetap berada di atas meja di depannya agar tidak mengusap kepala sekretarisnya ini karena sikapnya saat ini terlalu menggemaskan.

***

"Lecek amat muka lo, abis ngapain?" tanya Jaendra setelah mereka mengadakan meeting antara tim konstruksi dan tim perencanaan. Jaendra dan Renjaka sedang berjalan bersama menuju lantai ruangan mereka. 

"Kurang tidur aja" jawab Renjaka sambil mengusap leher belakangnya.

Jaendra mengangguk-angguk, "Tadi pagi gue ke meja lo tapi kata Nia lo dateng telat, kenapa?"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang