[Extra Part] L I M A

51.1K 2.3K 68
                                    

Hani berjalan mendekati Renjaka yang sedang berdiri di sisi panggung dan sedang memperhatikan Rendra yang bermain bersama dengan sepupu seumurannya. 

Hani menyenggol pundak salah satu sahabatnya itu, "Masih berlipet aja muka lo, Ja"

Renjaka mendengus mendengar perkataan Hani, "Gue masih nggak percaya, akhirnya gue kasih restu buat sahabat lo itu nikahin adek gue"

Hani tertawa kemudian melihat ke arah pelaminan, tempat Jaendra dan Adelia sedang menerima ucapan selamat dan salam dari para tamu yang hadir di acara pernikahan mereka. Setelah melewati bulan-bulan penuh lika-liku perjalanan Jaendra mencari izin dari Renjaka, akhirnya restu itu didapatkan dan tidak lama kemudian Jaendra langsung melamar Adelia secara resmi dan melangsungkan pernikahan. 

"Udah saatnya kalian semua bahagia sama pasangan masing-masing, Ja. Lo yang akhirnya keluar dari goa dan berhasil move on, Jae juga akhirnya punya satu pemberhentian terakhir dan siapa yang sangka ternyata malah jadi ipar lo" Hani kembali tertawa sedangkan Renjaka mendelik kesal. 

"Awas aja kalo dia berani macem-macem sama Adelia. Gue nggak segan buat menggal kepalanya" ancam Renjaka.

"Gue bantuin kalo lo mau eksekusi dia, Ja. Tenang" Hani menepuk pundak Renjaka, "Tapi yang gue tahu, dua sahabat gue kalo udah serius bakalan beneran serius sih, Ja. Elo, Jaendra juga. Masa lo nggak bisa lihat, gimana bucinnya Jaendra sama adek lo? Dia ngejar-ngejar Lia yang masih cuek aja gak pantang menyerah loh. Karena Lia emang nggak mau diajak serius kalau belum ada lampu ijo dari lo"

"Beneran?" tanya Renjaka tidak percaya.

"Yaelah, udah berapa lama sih, gue nih selalu jadi tempat sampah curhatan kalian berdua. Udah hapal di luar kepala gimana kelakuan kalian, terutama Jaendra kalau lagi serius dan kalau lagi main-main. Dan baru sama Adelia gue liat dia beneran serius, Ja"

"Lo yakin?"

"Lo kira cuma lo doang yang ngancem dia kalau dia berani main-main sama Adelia? Gue juga udah ingetin dia sampe bilang, mendingan kita nggak usah ketemu dan temenan lagi kalau sampe gue lihat Adelia nangis gara-gara kelakuan bejat Jaendra"

Renjaka kali ini ikut tertawa dengan Hani. Tidak lama kemudian, Renata mendatangi mereka sambil menggendong seorang balita perempuan  berusia satu tahun lebih. 

"Mau ke mana, Ta?" tanya Renjaka pada istrinya itu. 

Renata kemudian menyerahkan Renaya, nama anak perempuan mereka, pada Renjaka "Pegang Naya dulu, Mas, aku mau ambil makan buat Rendra"

Renjaka mengangguk lalu mengambil alih Naya dari gendongan Renata. Setelah menyapa Hani singkat, Renata lalu pergi ke meja makanan untuk mengambil makanan untuk anak pertama mereka. 

Hani menatap Renjaka yang menatap Renaya kemudian beralih pada Renata yang mendatangi Rendra untuk menyuapi anak laki-lakinya. Seulas senyum terpasang di wajah Renjaka, dan Hani menyadarinya.

"Tau nggak sih, Ja" ujar Hani kembali membuka suara, "Keputusan gue untuk tetap merekrut Renata walaupun lo menolak dulu itu, karena... you know lah... adalah salah satu keputusan terbaik gue sebagai HR Director"

Renjaka menatap salah satu sahabatnya itu, "Kenapa?"

"Kalau aja gue nurutin lo untuk ngebatalin Renata, mungkin lo belom sebahagia ini, Ja. Apalagi sekarang ditambah ada Naya juga" Hani mengelus rambut keriting anak perempuan dalam gendongan Renjaka.

"Thank you, Han. Untuk ngga menuruti gue saat itu"

Hani tertawa, "Akhirnya gue bisa terlepas dari curhatan 2 sahabat gue. Yang satu curhat galau terus karena kangen istri, yang satu curhat panik karena dikejar-kejar mantan pacar yang ada di mana-mana"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang