L I M A P U L U H

27.1K 2.2K 44
                                    

Sebuah nomor tidak dikenal tertera di layar handphone Renata. Melihat jam yang tertempel di dinding menunjukkan waktu sebentar lagi memasuki jam istirahat, Renata memutuskan untuk mengangkat nomor tersebut.

"Halo" sapa Renata.

Terdengar suara cukup bising dari seberang sana, kemudian terdengar suara, "Halo, Renata"

Renata mengenal suara peneleponnya, "Adelia?"

"Oh, thank God, kamu jawab telepon aku. Sorry, tadi aku minta nomor kamu dari Nia. Aku bisa minta tolong, Ren?" tanya Adelia. Suaranya terdengar panik.

"What can i help you, Li?" Renata jadi ikutan panik mendengar suara Adelia yang terdengar tidak tenang.

"Kamu bisa mampir ke sekolah Rendra? Aku ditelepon sama Miss di sekolahnya katanya Rendra demam sampai menggigil di sekolah. Aku udah coba telepon Renjaka tapi daritadi dia nggak angkat, kayanya lagi meeting. Aku nggak berani telepon Mama karena dia pasti panik dan nggak ada yang bisa anterin beliau ke sekolah karena supir mama stand by di sekolah Rendra untuk anter jemput."

Renata otomatis mengangguk dan mengambil tasnya. Setelah pamit kepada teman yang duduk di sebelah kubikelnya, Renata berjalan ke lift untuk segera menuju sekolah Rendra, "Aku otw sekarang ke sekolah Rendra, Li"

"Kamu tahu alamat sekolahnya kan?"

"Pernah nemenin Renja anter Rendra pas ada field trip sekolahnya"

Adelia terdengar menghela nafasnya lega, "I owe you, Ren. Thank you. Aku lagi ada kerjaan di Bali, jadi nggak bisa datengin Rendra. Aku titip Rendra. Kabarin aku kalau udah ketemu Rendra ya, Ren"

Setelah memutuskan sambungannya dengan Adelia, dan tiba di samping mobilnya, Renata lalu menjalankan kendaraannya menuju sekolah Rendra. Untungnya lalu lintas saat ini masih bersahabat, sehingga dalam waktu 45 menit, Renata sudah sampai di sekolah Rendra. 

Setelah disapa oleh security di gerbang sekolah Rendra dan menanyakan letak kelas Rendra, Renata diantar oleh Pak Satpam menuju kelasnya. Di pintu dekat lobi, Renata bertemu dengan seorang wanita yang dia ingat sebagai wali kelas Rendra. Ia langsung disapa oleh wanita tersebut, "Bunda Rendra?" tanya Miss Ratri.

Renata dengan cepat mengangguk agar Ia segera bisa bertemu dengan Rendra. Selama perjalanan menuju klinik yang ada di sekolah tersebut, Miss Ratri menjelaskan mengenai kondisi Rendra yang tampak lemas sejak pagi, sampai akhirnya anak laki-laki tersebut menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan demam tinggi yang diderita dan tubuhnya menggigil, "Saya diinformasikan Bu Adelia kalau Bunda yang akan datang dan menjemput Rendra hari ini"

Renata mengangguk, "Iya, Miss. Bu Adelia sedang di Bali dan ayahnya Rendra sedang ada rapat, jadi saya yang jemput Rendra hari ini"

"Rendra sudah tidak menggigil, Bunda, tapi demamnya masih lumayan tinggi. Sudah diberi obat juga oleh dokter yang jaga di klinik. Sebaiknya dibawa pulang ke rumah untuk istirahat"

Mereka sampai di klinik tempat Rendra berbaring ditemani dengan suster Nining yang biasa menjaganya. Melihat kedatangan Renata, suster itu menundukkan kepalanya singkat menyapa Renata. Renata lalu menarik kursi dan duduk di dekat ranjang dimana Rendra tertidur. Diusapnya kening Rendra dan masih dapat dirasakan panas yang menguar dari tubuh anak laki-laki kecil tersebut.

Rendra yang tadinya memejamkan matanya, kemudian membukanya perlahan saat dirasakan usapan Renata di kepalanya. Renata tersenyum melihat Rendra yang menatapnya, tampak mata cpbah laki-laki itu tampak berkaca-kaca, mungkin efek demamnya, "Hey, sayang. Pusing ya kepalanya? Pulang sama Tante Renata ya?"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang