S E M B I L A N B E L A S

29.4K 2.7K 21
                                    

Jadinya aku update sekarang karena khawatir weekend mager buka laptop :)))

enjooyyy~~

---------

Siang hari setelah mengikuti Renjaka menghadiri meeting di luar kantor, Renata kembali duduk di mejanya setelah menerima beberapa instruksi apa yang harus dilakukan oleh Renjaka. Sebelum masuk ke ruangan, Renjaka sempat berkata, "Bisa bagi tugas sama Nia" kemudian pria itu masuk ke dalam ruangannya.

Begitu Renjaka sudah tidak terlihat, Nia langsung mendekatkan bangkunya ke arah Renata, "Ren, pucet banget muka lo. Kenapa? Diomelin lagi sama Pak Renja?"

Renata menggeleng lemah sambil mengelus pelan perutnya, "Hari pertama, Ni. Gue emang suka lemes begini kalo pas hari pertama terus kecapean"

"Emang lo abis ngapain?"

"Weekend kemarin gue ke Bandung, nyetir sendiri. Pas dari pagi tadi emang udah agak pusing sih, cuma gue kira pusing biasa aja"

Nia melihat jam di pergelangan tangannya, "Pesen maksi aja yuk, makan di meja. Atau gue anterin ke klinik kantor aja, biar lo dapet obat"

"Gak usah, Ni. Ini gue istirahat sebentar juga sembuh kok"

"Beneran?" tanya Nia masih dengan suaranya yang penuh dengan kekhawatiran.

Renata mengangguk lagi, "Beneran"

"Yaudah, gue pesenin makan dulu deh. Lo mau makan apa?"

"Kalo bisa yang anget-anget biar enakan perut gue"

Nia mengangguk lalu mengetik di layar handphonenya. Membiarkan Renata menelungkupkan kepalanya di atas mejanya sambil mengelus pelan perutnya.

"Ren, kalo sakit banget lo bisa selonjoran bentar deh di mushalla sana, siapa tau bisa enakan"

Tidak beberapa lama, Nia beranjak dari tempat duduknya, "Gue ambil makanan dulu di lobby ya"

"Eh, gue aja, Ni. Kasian lo naik turun"

Nia tertawa sambil menahan pundak Renata untuk tetap duduk, "Please deh, Ren. Gue tuh hamil, bukan lumpuh. Lagian naik turun pake lift bukan tangga. Kalo lo yang ambil ntar lo malah pingsan di lift"

Renata tertawa kecil, "Yaudah, hati-hati jalannya, gak usah buru-buru"

Nia mendelik, "Persis suami gue deh, mau buru-buru juga udah susah, Ren. Makanya jalan gue jadi kaya pinguin sekarang" Nia lalu berjalan meninggalkan Renata.

Sepeninggal Nia, Renata menyandarkan tubuhnya di kursinya. Matanya baru saja memejam saat Ia mendengar pintu ruangan Renjaka terbuka. Renata langsung menegakkan tubuhnya, berusahan menampilkan senyumnya walaupun pusing di kepalanya semakin menyiksanya.

Renjaka terdiam melihat wajah pucat Renata di tempatnya. Sebenarnya Renjaka sudah menangkap bahwa sekretarisnya ini sedang tidak baik-baik saja, tapi Ia bingung apa yang harus Ia lakukan.

"Kamu sakit?" tanya Renjaka akhirnya.

Renata menggeleng pelan, "Gak enak badan sedikit aja, Pak. Biasa... urusan wanita" Renata berkata masih dengan senyum yang berusaha Ia tampilkan.

Renjaka tampak berpikir sebentar, kemudian setelah sedikit mengerti apa maksud Renata, Ia kembali berkata, "Gak perlu ke klinik?"

"Masih bisa ditangani, Pak"

Renjaka mengangguk, "Saya makan siang sama Jaendra, setelah itu ada meeting sebentar dengan tim konstruksi"

Renata kemudian berdiri, "Perlu saya atau Nia dampingi untuk meetingnya, Pak?"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang