E N A M D U A

25.6K 1.9K 43
                                    

Dua minggu menuju pegelaran acara pernikahan Renjaka dan Renata, mereka kini tengah duduk di restoran langganan Renjaka dan teman-temannya yang juga pernah mereka datangi beberapa waktu lalu. Setelah mengambil undangan dan souvenir yang sudah selesai, mereka mampir ke sana untuk makan siang dan sekedar beristirahat karena sejak pagi mereka sudah mondar-mandir ke sana-sini untuk mengurus berbagai hal.

Sebenarnya mereka juga tadi pergi bersama dengan Adelia, namun karena Lia memiliki hal lain yang perlu diurus untuk acaranya yang lain, mereka berpisah setelah urusan dengan percetakan undangan selesai. 

Setelah mennyelesaikan makan siangnya, mereka duduk-duduk santai di restoran tersebut sambil mengobrol banyak hal. Kesibukan Renjaka dan Renata dalam pekerjaan dan mengurus pernikahan, membuat mereka tidak punya banyak memiliki waktu untuk sekedar mengobrol santai seperti saat ini. Maka, ketika memiliki kesempatan itu, mereka memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 

"Mas" panggil Renata membuat Renjaka yang sempat mengecek layar handphone untuk memeriksa beberapa email yang masuk, kemudian menoleh pada Renata. Ketika dilihatnya wanita itu hanya diam, tidak melanjutkan perkataannya, Renjaka lalu meletakkan handphone-nya ke atas meja kemudian menghadapkan tubuhnya pada Renata.

"Kenapa, hmm?"

"Soal kerjaan aku..." Renata melanjutkan, melihat Renjaka memperhatikannya menunggu kelanjutan perkataannya, "kalau misalnya aku resign gimana, Mas?"

Renjaka terlihat terkejut, "Kenapa, Ta?"

"Mmmm, kan Mas bilang, setelah kita nikah nanti, kita pindah ke rumah sendiri. Kalau misalnya kita berdua masih kerja, nanti Rendra nggak ada yang nemenin di rumah, Mas"

"Kalau begitu, kita nggak usah pindah. Tetep tinggal di rumah Mama aja, biar kamu tetep bisa kerja"

"Eh, nggak gitu, Mas. Sayang rumah Mas kosong terus, padahal bisa kita tempatin"

"Daripada kamu yang resign" Renjaka menatap Renata lalu menggenggam tangan wanita itu, "Ta, saya nggak mau setelah menikah sama saya, kamu merasa terkekang. Kebebasan kamu terambil karena ada Rendra yang harus kamu jaga. Kamu tetap bisa bekerja seperti biasa setelah kita nikah nanti. I know your passion in your work, Ta. Saya nggak mungkin memenjarakan keinginan kamu yang ingin terus berkembang"

"I know, Mas nggak mungkin mengekang aku. Kan ini juga keinginan aku buat resign. Aku pengen banyak ngabisin waktu sama Rendra, Mas. Kalau aku masih kerja, i can't do that"

"Emang kamu nggak bosen kalau nanti resign?"

Renata tersenyum lebar, "Sebenernya aku sempet ngobrol-ngobrol sama Adelia sih, Mas. Lia ngajak aku buat ikut urusin WO sama dia. Awalnya dia cuma ngajak pas weekend aja kalau aku nggak kerja, terus aku mikir, kenapa nggak aku full time aja di WO nya Lia, toh aku nggak akan setiap hari sibuk kaya kerja kantoran. Aku masih bisa temenin Rendra, tapi aku juga tetep kerja"

Renjaka mengerutkan dahinya, "Semenjak kapan ada obrolan ini sama Lia? Kok saya nggak tahu?"

"Obrolan iseng aja kalo lagi ngurusin nikahan. Terus kok aku jadi kepikiran semenjak kamu bilang mau pindah ke rumah sendiri" Renata tertawa. 

Renjaka ikut tertawa, "Ta, sekali lagi, saya nggak pernah mau memaksakan apapun  sama kamu. Saya membebaskan kamu kalau kamu memang mau tetep kerja. Kita bisa tambah suster buat nemenin dan urus Renja kalau kita kerja, atau kita bisa titip di rumah Mama kaya biasa. Not a big deal, mereka juga pasti nggak keberatan. Tapi kalau kamu memang punya rencana lain, resign terus kerja sama Lia, atau apapun, saya juga akan tetep dukung. Yang penting kamu seneng jalaninnya"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang