2. senandika

593 84 6
                                    

Kebanyakan orang mengenal Senandika hanya sebatas nama.

Kata orang-orang, namanya unik dan memiliki arti yang bagus, juga banyak buat penasaran namun kemudian cukup ingin tahu siapa gerangan Senandika itu ketika mereka sudah tahu siapa pemuda yang dimaksud setelahnya.

Ia tertutup, sangat. Hanya terbuka pada satu orang bernama Mahesa Raka yang telah menemaninya selama ia duduk di bangku SMA. Ia dingin dan cuek, lebih memilih untuk selalu sendirian meskipun ada banyak orang yang ingin dan mencoba menjadi temannya.

Senandika Aditya nama lengkapnya, pemuda manis pendiam yang menyukai hujan dan senja.

Menurutnya, hujan dan senja adalah suatu perpaduan yang pas. Ketika langit jingga yang sudah indah semakin indah dihiasi pelangi selepas hujan, itu adalah momen favoritnya dimana ia bisa menenangkan pikiran dan merasa menjadi dirinya sendiri. Apalagi jika ditemani oleh secangkir kopi dan sebaris lantunan dari Kunto Aji. Wah, senja hari seorang Senandika sudah terasa paling sempurna.

Banyak alasan dibalik sikap pendiam dan cueknya Senandika hingga di usianya sekarang ini. Karena dengan diam dan cuek, ibunya tidak perlu menguras emosi untuk memarahinya, memukulinya, atau mencaci makinya dengan kata-kata kotor. Awalnya, Senandika adalah sosok yang ceria, hingga saat dimana keluarganya runyam dengan hadirnya orang ketiga.

Senandika lahir dari sebuah keluarga—itu sebelum ibu kandungnya memutuskan untuk bercerai dengan ayahnya saat ia berumur delapan tahun dan ayahnya yang terpaksa mengambil hak asuh Senandika (karena ibunya pun tidak menginginkannya) memilih untuk menikah lagi dengan seorang perempuan rekan kerjanya, membawakannya seorang adik lelaki yang begitu ia sayangi sepenuh hati.

Namun, ternyata kasih sayang ibu tirinya tidak bisa dibagi begitu saja untuk Senandika. Ayahnya bercerai lagi dengan ibu tirinya empat tahun kemudian ketika Senandika lulus sekolah dasar, nasib menjadikannya hanya hidup bertiga bersama ibu tiri dan adiknya, karena sang ayah pun juga memilih pergi jauh darinya untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dengan keluarga kecil barunya (mungkin).

Yah, ayahnya adalah pria yang cukup aneh, menurut Senandika. Tapi, hari itu, hari dimana ayahnya menyeret seluruh barangnya meninggalkan rumah adalah hari paling buruk yang pernah dialaminya. Ia trauma akan ingatan itu, hingga berdampak pada pribadinya yang kini menjadi pendiam dan tertutup. Hati Senandika selalu sakit ketika mengingatnya. Sosok yang begitu ia panut selain ibu kandungnya ternyata juga tidak menginginkannya selayaknya ibu tirinya.

Senandika merasa kecil dan sendirian di semesta yang begitu luas ini. Senandika paham bahwa hidupnya berjalan begitu keras selama empat tahun belakangan. Namun, Senandika sadar bahwa ia tidak bisa merasa terpuruk terus. Ia tidak bisa merasa sedih terus menerus. Senandika sadar ia harus bangkit. Senandika sadar bahwa ia masih punya masa depan dan ia sadar bahwa ia harus menjadi contoh yang baik bagi adiknya, satu-satunya manusia berharga yang Senandika punya, yang tak lagi membuatnya merasa sendiri di detik adiknya mulai fasih mengucapkan namanya.

Senandika bisa dikatakan tidak bisa memiliki perasaan, karena bahkan dirinya sendiri tidak pernah merasakan kasih sayang yang begitu nyata dari sosok orang tua. Hatinya sudah beku dan sekeras batu, ruangnya tertutup rapat dan kosong tanpa isi, seolah mati rasa. Senandika tumbuh besar seorang diri. Meskipun adiknya tampak dihujani kasih sayang dan cinta, Senandika tidak memperbolehkan dirinya untuk iri. Anak tertua itu harus tegap bahunya dan lapang dadanya, begitu prinsip hidup Senandika selama ini.

Senandika pikir, dengan menjadi mandiri adalah salah satu jalan hidupnya. Menjadi mandiri adalah takdirnya. Dan Senandika tidak pernah protes. Kalau Tuhan memang berkehendak demikian, Senandika bisa apa?

"Kakak..."

Senandika terbuyarkan lamunannya begitu mendengar suara pelan dari adiknya yang mengintip dari celah pintu kamarnya, menatapnya takut-takut seraya masuk setelah menutup pintu dengan pelan.

Senandika - [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang