27. pernyataan sulit

98 21 0
                                    

Senandika sedang menikmati kue keju begitu Saujeno melangkah menuruni panggung sembari menenteng gitar dan kaleng berisi uang hasil donasi para pelanggan.

Dengan senyum lebar, ia menghampiri Senandika yang duduk di meja dua belas, melahap kudapan favoritnya itu sembari balas tersenyum menatap kekasih tampannya.

"Banyak ya fansnya," Senandika berujar menggoda, buat Saujeno terkekeh sebelum menarik kursi di hadapannya seraya menuang lembaran uang dari dalam kaleng ke atas meja. "Woah, bahkan sampai ada uang warna biru... woah! Merah muda!"

Saujeno tertawa, meletakkan kaleng di dekat kaki meja.

"Itulah kalo pacarmu parasnya ganteng, Na. Mereka rela ngasih aku berapa aja buat dapet nomor hapeku. Tapi kamu tau aku jawab apa?"

Senandika menumpu wajah dengan lengan di atas meja, tersenyum miring menatap kekasihnya, "Apa?"

"Aku—"

"Dia nolak halus dengan muka sok dibuat manis, katanya 'maaf ya, saya takut pacar saya marah' gitu. Mentang-mentang fansnya banyak jadi pamer ya, Saujeno."

Keduanya mengalihkan pandang pada Juan yang baru datang mengantar sepotong kue dan segelas es kopi susu untuk Saujeno.

"Loh, iya dong? Punya pacar secantik ini masa gak aku pamerin, Kak?"

Pemuda pemilik senyum bulan sabit itu kemudian tertawa sementara Senandika merona tanpa bisa ia kira.

"Buna, Kakak punya bingkisan buat kamu. Nanti pulang ambil di dapur ya."

"Makasih banyak, Kak Juan."

"Anytime. Kakak balik ke kasir dulu ya."

Mengangguk dan melambaikan tangan, Senandika lantas memerhatikan kekasihnya yang sedang menghitung uang hasil manggungnya malam ini.

"Apa ini?" Senandika menaikkan alis bingung ketika mendapati setumpuk kertas putih yang dilipat kecil berada di sela-sela lipatan uang yang hendak Saujeno hitung.

"Biasalah~"

Senandika mendadak meringis begitu sadar lipatan-lipatan kertas tersebut berisi nomor ponsel para perempuan yang menonton penampilan Saujeno tadi.

"Gak perlu khawatir, Nana. Aku gak akan berpaling dari kamu." Katanya sembari memasukkan semua uang yang sudah ia hitung ke dalam dompetnya.

"Perasaan 'kan gak ada yang tau, Saujeno. Barangkali nanti aku jadi jelek sehabis melahirkan adik bayi karena pasti aku bakal menggendut, badan aku melebar, dan isinya lemak semua. Terus kamu gak cinta lagi sama aku."

Senandika manyun, buat Saujeno terkekeh gemas seraya mengusak surainya lembut.

"Gak lah, Sayang. Masa iya aku ninggalin kamu dan adik bayi cuma karena kamu menggendut? Setelah anak kita lahir, aku sebagai ayah bakal bertanggung jawab sesuai—"

PRANGG!!

Sontak keduanya menengok ke sumber keributan dan Saujeno hampir aja terjungkal di kursinya begitu melihat sosok yang tadi menjatuhkan piring dan gelas, berdiri persis dua langkah dari meja dua belas.

Senandika menatap Saujeno dan pemuda jangkung itu bergantian dengan bingung. Kenapa kekasihnya itu kelihatan kaget dan seketika menatap pemuda jangkung itu dengan horor?

"K-kamu bilang apa, Lio?"

Dada Saujeno berdebar keras begitu melihat kakaknya yang berdiri tiga langkah dari tempatnya duduk. Wajahnya sudah pucat pasi begitu sadar tatapan kakaknya beralih ke arah kekasihnya, lalu turun ke perutnya yang terlihat sedikit membesar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senandika - [nomin]Where stories live. Discover now