3. A Tick

41 5 0
                                    

selamat hari senin~

gimana masih kuat puasanya? :D

.

.

Throwback..


"Pah, liat lipstick Mama ngga?" tanya perempuan berusia akhir 30 yang duduk di meja rias, tangan dan matanya sibuk mencari lipstick favorite nya

"Ngga Ma, kan Papa gapernah duduk situ." Ucap pria separuh baya sibuk membetulkan dasi, "Jatoh kali dibawah."

"ga mungkin Pah, Mama narohnya udah yang paling rapih kalo lipstick~ Papa kan tau Mama kosmetik favorite nya lipstick?" ucap Mama mulai gusar, "Masalahnya ini udah yang kesekian kali, masa ada maling nyuri lipstick sih?"

"Hhhh nanti Papa beliin lagi deh." Bujuk Papa frustasi, "Ayo Ma anak anak udah nunggu tuh keburu mereka telat."

Dibalik pintu kamar orangtuanya Asha menatap Mama dengan sejuta makna kemudian tertawa pelan. Tidak ada yang memperhatikan betapa senangnya Asha karena Irwan dan Will telah sibuk dengan urusan mereka.

.


"Asha.... jangan!!" pekik siswa laki laki dengan airmata bercucuran sementara perempuan yang dipanggil tak menghiraukan seraya tangan mungilnya sibuk menggambar di wajah siswa itu.

"Kan aku bilang... kamu gaboleh jahat sama perempuan." Ucap Asha enteng, "Nanti.... Kalo orang yang lebih jahat.... kamu cuman bisa nangis, kaya gini."

Wajah anak laki laki itu dipenuhi oleh lipstick merah dan tulisan tak senonoh, entah darimana Asha bisa tahu kalimat tersebut dari pergaulan sang kakak atau dari media social.

"Ke--Kenapa muka aku merah merah??" ucap siswa itu mengusap wajah penuh goresan lipstick yang terlihat seperti darah, "Ashaaaa ini apaaaa huhuhuhu..."

"Kamu dikutuk karena jahat sama perempuan, makanya muka kamu berdarah." Ucap Asha menakuti, "Tau ga, temen temenmu yang suka ngeledekkin perempuan semuanya kena kutukan makanya mereka berubah jadi baik kan? Nah sekarang kamu yang kena kutukan.... Semoga kamu besok masih bisa berangkat sekolah ya."

Asha menyumpal mulut anak itu dengan tisu seraya bangkit, "Kalo tisunya berubah jadi merah berarti kamu meninggalnya hari ini, dengan gitu... temen temen perempuanku gabakal diganggu lagi sama kamu yang udah jadi roh hahahaha~"

Siswa itu menangis tak mampu berteriak minta tolong karena mulutnya disumpal tisu, setelah beberapa menit Asha pergi sesosok laki-laki berkulit coklat dengan tubuh mungil muncul membawa tisu dan segayung air bersih.

"Hendraaa.... Hendraaa.... Aku bakal mati besok huhuhu" ratap siswa itu. "Padahal hari minggu aku mau jalan jalan sama ayah ibu keluar kota, nanti kalo mereka sedih gimana? huhuhuhu~"

 "Padahal hari minggu aku mau jalan jalan sama ayah ibu keluar kota, nanti kalo mereka sedih gimana? huhuhuhu~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ngga bakal mati, liat ini cuman...." Alva kecil -yang dulu dipanggil Hendra- menatap tisu penuh bekas lipstick di tangannya, "Emm... gatau, ini bukan krayon tapi bisa diapus juga, jadi kamu tenang aja ya udah stop nangisnya."

"Aku takut huhuhuhu~" anak itu meratap kemudian memeluk Alva, "Aku janji gabakalan jahat lagi sama perempuan, gabakal gangguin mereka lagi huhuhuhu~"

Alva menepuk punggung temannya berusaha menenangkan, ia tidak bisa tinggal diam karena sudah banyak korban perundungan Asha khususnya teman laki laki. Bahkan selama beberapa tahun mereka sekelas banyak siswa yang pindah karena perundungan yang tidak terbongkar oleh pihak sekolah sampai suatu hari Alva menjadi saksi mata yang menyaksikan perbuatan Asha.

.

"Sampe kapan kamu mau ngerundung temen laki laki kita?"

Asha memandang rendah Alva yang tubuhnya waktu itu masih lebih pendek seraya tertawa meremehkan. "Kayak ada yang ngomong." ledeknya.

"Kamu gabisa gitu terus sama temen temen, mereka tuh ketakutan tau ga?" Alva tetap mengutarakan keresahan siswa yang jadi korban perundungan Asha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu gabisa gitu terus sama temen temen, mereka tuh ketakutan tau ga?" Alva tetap mengutarakan keresahan siswa yang jadi korban perundungan Asha.

"Terus... kamu bisa ga berentiin mereka yang ngerundung temen-temen aku?" tanya Asha balik, "Heh... bahkan kamu aja ngga punya kekuatan buat ngehadang mereka, kayak kutu begini gimana mau ngelindungin perempuan?"

 bahkan kamu aja ngga punya kekuatan buat ngehadang mereka, kayak kutu begini gimana mau ngelindungin perempuan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagai disambar petir, keberanian Alva serta merta merosot dan kepercayaan dirinya menurun. "Ku... kutu??" ucapnya merasa sakit hati.

"Iya.. kutu." Jawab Asha memandangnya dari atas sampai bawah, "item, badannya kecil, ganggu pula. Kan kutu salah satu jenis hama; ngga berguna."

Airmata mengambang di sisi wajah Alva, "Ja.... Jahat banget mulut kamu!" pekiknya yang malah ditertawakan oleh Asha seraya perhatian seluruh siswa di kelas tertuju pada pertikaian mereka.

"Nangis gih biar selamanya jadi kutu kamu." Umpat Asha seraya bangkit dari kursi, "Udah waktunya pulang, minggir kamu... ngalangin jalan aja."

Setelah kejadian naas itu sebenarnya Alva masih punya kepercayaan diri untuk berangkat sekolah, tapi takdir membuatnya harus pindah rumah keluar kota. Sejak itu mengganti nama panggilannya jadi Alva dan terus mengembangkan kemampuan diri dengan niat balas dendam pada perempuan jahat yaitu Asha.


End of throwback

.

.

.

AU nya masih sepi niiii

ramaikan kuy dear CARAT~

Monday, 26th Apr 2021

Watermelon Sugar • SEVENTEEN MINGYU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang