23. Fear

23 4 0
                                    

Happy reading~

Abis itu vote ya hihi 🤭

.

.

Asha menatap layar ponsel dengan cemas, semuanya berawal dari kejadian dua hari yang lalu sebelum ia pulang kantor.

From: Kutu

Hai cantikku 🥰

Bagaimana bisa pria menyebalkan bernama Alva itu menghilang dari kehidupannya nyaris sebulan dan menawarkan jemputan seakan tak terjadi apa-apa.

"lo dijemput lagi sama dia?" tanya Ezra, "... beneran dijemput kan, ngga di PHP in lagi?"

Asha mendelik seraya menempelkan telunjuk di bibirnya, "berisik amat lu eugh." Keluhnya.

"itu namanya gue kuatir Sha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"itu namanya gue kuatir Sha." Ezra berkilah, "gue akan mastiin dia jemput lo, kalo engga... gue bilang ke bang Irwan kalo dia harus di eliminasi dari kehidupan kalian."

Setelah ucapan Ezra berakhir muncul mobil SUV di hadapan mereka, Alva turun dari mobil untuk membukakan pintu.

"duluan ya Ez." Pamit Asha seraya Alva melajukan mobil menuju jalan raya.

"makan dulu ngga?" tanya Alva ramah, "rada macet nih takutnya nyampe rumah lo udah pada tidur."

"... coba minggir dulu, gue mau ngomong." Titah Asha dengan suara dibuat setenang mungkin dan syukurnya Alva segera menemukan tempat untuk menepi.

"mau ngomong apa Ashayang?" Alva tersenyum jahil, Asha ingin sekali menggebuk pria di sebelahnya tapi isi pikiran mengaduk aduk mood nya.

"... lo... abis nikah ya?" tanya Asha final.

"... nikah? Maksudnya?" balas Alva tak kalah heran. "dari mana lo bisa bilang kaya--"

"terakhir kali gue ditinggalin Rion, dia nikah sama cewe lain." potong Asha melempar pandangan penuh kekesalan, "lo ngelakuin hal yang sama kan ke gue?"

Mata Alva membulat, sejujurnya ia ingin membicarakan perihal penyakitnya tapi Asha terlanjur gusar. Hari ini bukan waktu yang tepat.

"jawab!" tegur Asha menghela nafas agar airmatanya tak jatuh, "lo kemana??"

"jawab!" tegur Asha menghela nafas agar airmatanya tak jatuh, "lo kemana??"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"gue... dapet kerjaan baru." Alva berharap kebohongnya tak dicurigai. "k—kan kita mau cuti lagi buat ketemu temen kita buat minta maaf, jadi ya... gue harus kerja keras nabungin cuti... maaf ya pasti lo kesel banget sama gue?"

Asha menutup wajahnya dan menangis, lega karena Alva kembali sekaligus kesal karena berpikiran negative, terlalu banyak yang ia pikirkan membuatnya cemas setengah hidup.

"maaf... maaf Sha." diraihnya tangan perempuan itu, diusapnya lembut dengan ibu jari membiarkan tangis Asha mereda. Setelah tenang Alva melepas sabuk pengaman dan memeluknya.

"gimana... udah lega?" tanyanya, Asha mengangguk kecil seraya beringsut lebih dalam ke pelukan pria itu. Dikecupnya lembut puncak kepala Asha berharap kecemasan perempuan itu menurun.

"terus... mau makan dulu?" tanya Alva lagi.

"... terserah yang penting lo sama gue." Jawab Asha yang enggan menampakkan wajah yang sembap

.

Alva akhirnya mengajak Asha jalan-jalan di pantai terdekat setelah menelpon Irwan agar pria itu tidak mengkhawatirkan sang adik yang pulang larut.

"Sha..."

"Hm?"

"Hm?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"... kenapa tadi sedih banget?" tanya Alva seraya menatap tangan besarnya yang menggenggam jemari Asha.

"kan gue bilang kalo gue ada trauma." Cetus Asha dengan wajah cemberut meski hatinya hangat saat indera peraba merasakan kehadiran Alva di genggaman tangannya.

"... lo takut keilangan gue?" tanya Alva lagi-lagi dengan ekspresi jahil.

"gue punya hak untuk ngga jawab." Balas Asha

"udah mewek kayak tadi masih gengsi aja." Alva terkekeh. "Kalo gue nih ya.. rada takut sih kalo kehilangan lo, kita misah pas SMP dan gue usaha nyari lo buat bales dendam sampe pada akhirnya kita ketemu dan.... Misi gue gagal."

"lo berhasil karena buktinya gue jadi sayang sama lo." Asha menyingkirkan semua gengsinya.

"rencana awal adalah mau PHP aja." Alva merapihkan rambut Asha yang diterpa angin malam, "tapi disini lah gue... gangguin lo, gandeng lo, nikmatin kebersamaan kita sampe rasanya gue ngga mau pergi kemanapun."

Alva menundukkan leher seraya mencium bibir Asha lamat-lamat, kali ini bukan Watermelon Sugar yang dirasa; hanya bibir lembap yang baru saja menangis cemas teringat luka masa lalu. Seharusnya Alva bergairah namun yang ia rasakan malah dada yang sesak ditambah rasa takut harus meninggalkan Asha cepat atau lambat.

"Sha... gimana kalo kita ngomong sama abang-abang tentang hubungan ini?" tanya Alva. "toh kita udah jujur satu sama lain."

Asha menatap sesaat kemudian membenamkan wajahnya di dada Alva, "kasih gue waktu."

.

.

.

"Iya deh apasi yang engga buat Asha" -Alvaro Mahendra-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Iya deh apasi yang engga buat Asha" -Alvaro Mahendra-

Thursday, 8th July 2021

Watermelon Sugar • SEVENTEEN MINGYU ✓Where stories live. Discover now