📖Bagian_01

9.5K 1.1K 74
                                    

LEE Haechan, seorang laki-laki manis berusia 23 tahun, memiliki wajah seperti beruang dan tahi lalat berbentuk rasi bintang dari wajah hingga lehernya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

LEE Haechan, seorang laki-laki manis berusia 23 tahun, memiliki wajah seperti beruang dan tahi lalat berbentuk rasi bintang dari wajah hingga lehernya. Dirinya baru saja mulai bekerja di bagian general affair di salah satu perusahaan besar di Seoul. Dikenal sebagai pegawai magang yang handal serta tekun, dan pada akhirnya membawa dia menjadi pegawai tetap di perusahaan ini.

"Haechan-na, kau dipanggil pak Kim. Sepertinya dia dalam mood yang buruk, aku berdoa demi keselamatanmu." Jaemin menyatukan telapak tangannya di depan wajahnya.

"Benarkah? Kau bersungguh-sungguh?"

Jaemin mengangguk.

"Aku saja baru dihajar habis-habisan olehnya. Astaga, aku harus merombak laporanku. Dasar pak tua bangka!" omel Jaemin yang kini kembali membawa jari-jari nya untuk menari di atas keyboard yang berada di atas mejanya.

Haechan menghela nafas panjang, ia bangun dari meja kantornya. Dan kini berjalan lurus untuk pergi ke ruangan pak Kim yang merupakan kepala bagian di devisi nya. Pak Kim itu terkenal sangat galak dan teliti sekali, dia tidak suka akan kelalaian.

TOK__

TOK__

TOK__

"Masuk!" dengar saja, bahkan suaranya sangat menyeramkan.

Dengan langkah pelan Haechan membuka pintu itu dan didorongnya kembali agar tertutup rapat. Di depan saja di meja kebanggaannya pak Kim duduk dengan membaca beberapa dokumen yang harus dia periksa.

BRUK__

Pak Kim menggebrak meja sangat keras membuat Haechan harus sedikit tersentak. Selamatkan jantung Haechan sekarang.

"Lee Haechan, kenapa dengan laporan ini? Anggaran yang kau masukkan kenapa bisa salah?! Bukankah dokumen pendukung sudah diberikan kepadamu! Kau dipekerjakan di sini bukan untuk menjadi beban. Paham!"

"Maafkan aku pak Kim," Haechan hanya menunduk dengan kedua tangan di masing-masing sisi.

"Saya tidak mau tahu, besok pagi laporanmu harus sudah siap. Dan saya tidak suka keterlambatan. Mengerti?!" sekali lagi Haechan dibentak.

Hati Haechan terasa dongkol, seandainya saja pak Kim bukan atasnya. Sudah dipastikan kepalanya itu akan mendapatkan satu pukulan dari tangannya yang sedari tadi sudah terasa gatal. Dimana lagi letak kesalahannya, Haechan jadi jengah. Tapi untuk menyambung hidupnya, mau tidak mau Haechan harus bertahan. Miris memang.

Wajah masam dan bibir cemberut, Haechan dengan membawa dokumen di tangannya kembali ke meja kantornya.

"Bagaimana? Kau menang?" tanya Jaemin yang baru saja melihat Haechan kembali duduk.

"Apa wajahku menunjukkan kemenangan? Yang benar saja, sepertinya nanti malam aku harus begadang lagi. Ya tuhan, kenapa aku harus mendapatkan atasan seperti itu?" Haechan mengusak surai coklatnya.

[07] The Magic BookWhere stories live. Discover now