📖Bagian_24

4.1K 566 10
                                    

JAMUAN pagi ini sangat mewah, makanan yang tersedia di meja panjang itu hampir setiap sisi sudah di isi oleh makanan dan minuman, padahal. Hanya mereka berlima yang duduk di meja makan. Ibu suri berada di tengah, kursi je dua di isi oleh Haechan dan Mark. Dan kursi selanjutnya di isi oleh Jeno dan Jaemin. Mereka saling berhadapan.

"Mengapa makanan ini sangat banyak hanya untuk kita berlima? Ini pasti tidak akan habis." tanya Haechan pada Mark yang duduk di hadapannya.

"Tidak apa, kau makan saja. Ini semua tidak seberapa." jawab Mark, dia memberikan kode pada satu pelayan yang berbeda di dekat Haechan untuk menyiapkan makanan bagi sang ratu.

"Tenang saja Haechannie, makanan ini tidak perlu kau khawatirkan. Setelah kita selesai makan para pelayan dan yang lain akan memakan makanan yang sama." Ten yang duduk di sebelah Haechan menjelaskan.

"Baik eomma, maksudku yang mulia. Hahh____maafkan aku. Aku belum terbiasa dengan sebutan formal seperti ini." Haechan menghela nafas panjang, diambilnya satu garpu dan sendok yang sudah disiapkan.

"Tidak apa-apa sayang. Eomma juga seperti itu, panggil saja seperti biasa, kehidupan kita benar-benar berubah."

Haechan mengangguk pelan.

"Sekarang santaplah sarapan kalian sebelum semuanya menjadi dingin."

"Baik yang mulia." jawab keempat orang yang ada di sana.

Tidak ada perbincangan setelahnya, yang ada hanya suara dentingan garpu dan sendok yang beradu dengan piring sertan mangkuk sup yang dihidangkan, semua pelayan juga senantiasa mengambilkan sesuatu yang mereka butuhkan, semua dilayani dan dihormati di sini.

"Ow ya, Haechanie dan yang mulia." ucap Jaemin memecah keheningan di sana.

"Ada apa?" jawab Mark menghentikan aktivitasnya sebentar, ia tarus sendok yang dia gunakan. Menumpu kedua sikunya di atas meja dengan tangan yang di satukan.

"Setelah sarapan berakhir aku ingin kalian meminum ramuan yang sudah aku siapkan, Haechan yang berwarna kuning dan yang mulia raja berwarna hijau. Aku sudah menyiapkan semuanya, setelah ini pelayan akan membawakannya untuk kalian. Satu lagi, jangan lupa diminum juga nanti malam." ucap Jaemin panjang lebar.

"Ramuan apa? Kenapa hanya aku dan Mark hyung saja?" tanya Haechan penasaran.

"Itu bukan ramuan biasa Haechannie. Ramuan itu memang khusus untuk pengantin baru, lagipula aku tahu kalian berdua tadi malam tidak melakukan itu, sayang sekali. Tapi tidak apa, aku tahu kalian pasti kelelahan karena upacara yang  sangat banyak."

"Lalu ramuan apa yang kau siapakan untuk yang mulia ratu dan raja?" kali ini sang tunangan yang bertanya padanya, pasalnya dia tidak tahu menahu soal Jaemin yang meracik sebuah ramuan rahasia.

"Astaga Jeno kenapa kau tidak mengerti, dua obat itu masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Yang aku racik untuk yang mulia adalah obat kuat dan untuk Haechanie adalah obat kesuburan." Jaemin dengan bibir lemasnya, dia mengucapkannya begitu mudah tanpa tau sekarang dia sedang berada di mana.

"Uhukkk-uhukkk." Jeno tersedak makanannya sendiri, dia menyesal menayangkan itu pada sang tunangan. Dia lupa jika Jaemin sedikit gila jika menyangkut tentang Haechan.

Di sisi lain Haechan juga hampir tersedak makanannya sendiri jika saja dia tidak menahannya, dia mengambil segelas minuman dan langsung diteguknya hingga tandas. Di sisi lain Ten hanya tersenyum kecil menangkap pembicaraan yang barusan. Sedangkan Mark. Tentu saja sang raja terlihat antusias.

"Bagus, kau memang sangat pengertian Jaemin. Kau sangat tahu keinginanku untuk memiliki banyak anak." ucapnya kembali menyantap makanan yang dihidangkan dengan ekor mata yang melirik ke arah sang ratu yang kini tengah menunduk malu menyembunyikan semu merah yang memenuhi pipinya yang bulat.

[07] The Magic BookWhere stories live. Discover now