📖Bagian_03

7.9K 1K 103
                                    

DUA hari sudah berlalu, dan keinginan itu belum juga terwujud. Pikir Haechan, mungkin saat itu dirinya hanya beruntung. Tidak mungkin karena hanya dia menulis sebuah permintaan di sebuah buku usang, permintaannya akan terkabul. Keajaiban dan sihir atau semacamnya hanya terdapat di buku-buku dongeng dan hanya sebuah karangan saja. Sepertinya dia harus berhenti bermain-main dengan buku itu.

Pagi ini salju masih turun walau tidak selebat hari-hari sebelumnya, tapi dia masih takut menggunakan sepeda yang masih terbungkus rapi di rumahnya. Selain jalanan yang licin, dia masih tidak tahu asal sepeda itu. Mungkinkah ada seseorang yang memberikan pada dirinya secara cuma-cuma atau dia hanya beruntung memenangkan sebuah undian? Entahlah.

Pagi ini dia bisa sedikit santai, karena dia bangun cukup pagi. Kakinya dia bawa ke dalam lift untuk naik ke lantai lima. Baru saja pintu tertutup, pintu lift itu kembali terbuka karena seseorang akan masuk ke dalam.

Mark Jung.

Mark kini tepat berdiri di sebelah Haechan dengan posisi yang lebih maju dari posisi Haechan.

"Pagi, Lee Haechan?" sapanya ramah.

Haechan menunduk pelan.

"Pagi juga pak, ya. Saya Lee Haechan."

Tidak ada percakapan lagi diantara mereka, jujur Haechan merasa sedikit canggung. Dia tidak tau harus memulai pembicaraan seperti apa, daripada salah bicara lebih baik Haechan diam saja.

BRUKK__

Tiba-tiba lift yang dinaiki Haechan dan pak Jung bergetar hebat dan membuat bunyi yang cukup keras. Macet.

"Pak kau tidak apa?" Haechan menahan tubuh Mark yang sedikit kehilangan keseimbangannya. Tidak lama setelahnya Haechan melepas tangannya pada tubuh Mark dan kini maju untuk menekan tombol intercom yang terdapat di dalam lift.

"Hallo? Ada orang di sana? Hallo? Kami terjebak di dalam lift, hallo?"

"Ya hallo? Maaf ada kesalahan sistem sedikit, tunggulah sebentar teknisi sedang berusaha memperbaikinya."

TUK__

Tangan orang lain menekan tombol intercom itu kembali, dan tidak lain adalah Mark Jung, namun dilihat dari posisi manapun. Sekarang posisi mereka seperti Mark sedang memeluk Haechan dari belakang.

"Hallo? Ini Mark Jung, tolong matikan cctv-nya, jika kau mendengarkan, tolong jawab aku."

"Maaf pak itu tidak bisa kami lakukan."

"Matikan, atau kalian akan berurusan denganku. Kau tau kan aku siapa?" nadanya lebih ditekankan.

"Baiklah pak, maafkan saya. Saya akan mematikan cctv-nya."

Sambungan intercom sudah terputus.

"Baiklah karena cctv-nya sudah dimatikan. Jadi sekarang aku bisa lebih leluasa."

DEG__

DEG__

DEG__

Tidak tau kenapa jantung Haechan tiba-tiba saja berdegup kencang. Apa karena nada dari Mark yang terlalu mengintimidasi. Tubuh Haechan diputar. Kini dirinya tepat berhadapan dengan seorang Mark Jung, dan jangan lupakan posisi mereka yang masih dibilang cukup dekat.

"Maaf pak, kau sedang apa? Kita sedang direkam cctv, aku tidak ingin salah satu pegawai salah paham dengan kita." Haechan mencoba untuk mendorong dada Mark namun tidak bisa.

"Apa kau belum paham juga? Cctv-nya sudah dimatikan__jadi. This is no problem, aku hanya ingin memastikan sesuatu saja." Mark mendekatkan wajahnya semkain dekat, bahkan iris matanya kini menatap ke bagian bibir Haechan yang sedikit terbuka karena keterkejutan.

"Memastikan? Memastikan apa?" Haechan memundurkan wajahnya, namun sialnya. Kepalanya sudah menempel dengan dinding lift.

Tangan kiri Mark tiba-tiba saja merengkuh pinggang Haechan dengan pelan, sedangkan tangan kanannya menarik dagu Haechan agar sedikit mendongak.

"Aku ingin memastikan sesuatu dibagian tubuhmu."

"A-ap___"

Belum sempat Haechan menyelesaikan kalimatnya, bibirnya terlebih dahulu dibungkam. Bukan dengan tangan melainkan dengan bibir. Bibir seorang Mark Jung! Astaga! Kepalanya masih belum bisa mencerna kejadian ini. Matanya bahkan masih bertemu tatap dengan iris kelam milik Mark.

Mark mulai menggerakkan bibirnya.

Mark meraup bibir atas Haechan terlebih dahulu, dihisapnya pelan agar Haechan lebih bisa untuk menyesuaikan diri. Tidak ada perlawanan dari Haechan, itu membuat Mark semakin gencar untuk melumat bibir plum itu.

Lembut. Bibir Haechan benar-benar lembut, jujur saja Mark sudah membayangkan bagaimana rasanya bibir Haechan, dan ini benar-benar terasa manis.

"Eunghh__" Haechan melenguh pelan.

Dalam ciuman yang dilakukan Mark tersenyum kecil. Dengan lebih beraninya Mark kini menelusupkan lidahnya pada rongga mulut Haechan, dan itu benar-benar terasa hangat. Tangan kirinya menarik pinggang Haechan hingga bagian selatan mereka kini menempel cukup intim.

"Ngghh___pak." ucap Haechan disela-sela sesi ciuman mereka.

"No, no sir, but. Call me Mark or daddy."

Mark semakin melesatkan lidahnya, bahkan tangan kanannya kini berpindah ke belakang tengkuk Haechan, ia tarik pelan agar ciuman itu semakin dalam. Rasanya benar-benar memabukkan.

"Ounggg__Mark." Haechan benar-benar terlena, Mark adalah pencium yang handal.

Haechan semakin terbawa suasana, tanpa dia sadari dia mulai membalas ciuman Mark untuknya. Lidah mereka saling beradu, menimbulkan bunyi kecipak yang cukup identik.

DUKK___

Haechan tiba-tiba mendorong tubuh Mark karena lift yang mereka naiki sudah kembali bergerak. Datar. Haechan dapat melihat wajah Mark yang sangat datar dan dingin, seolah marah karena ciumannya haris dipaksa berhenti.

"Hehhh___biar aku rapikan." ucap Mark mengusap wajahnya pelan.

Ia menyisir pelan rambut Haechan menggunakan jarinya. Merapikan sedikit penampilan Haechan yang berantakan karena ulahnya sendiri. Mark tersenyum puas.

Ibu jarinya mengelus pelan bibir Haechan yang nampak bengkak, dan bekas salivanya masih mengkilat memoles permukaan bibirnya yang plum.

TINg___

Pintu lift terbuka.

"Ingat, urusan kita belum selesai. Dan___" Mark menepuk pelan pucuk kepala Haechan.

"Terimakasih untuk sarapannya." Setelah berucap seperti itu, Mark menarik kecil jas yang digunakannya agar tampak rapi kemudian keluar dari dalam lift.

"Sialan! Apa aku baru saja berciuman dengan pak Jung?! Astaga, dia sexy sekali. Pesonanya benar-benar susah untuk ditolak." Haechan menggeleng ribut, dengan segera dia juga keluar dari dalam lift. Dia tidak ingin orang-orang curiga padanya.

 Dia tidak ingin orang-orang curiga padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be Continue
salam _dwaekki🐻

[07] The Magic BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang