📖Bagian_15

6.1K 786 20
                                    

HARI sudah malam ketika Mark sampai di apartemen miliknya, dia masuk ke dalam dengan jas di tenteng di tangan kiri. Bibirnya langsung melengkung ke atas ketika melihat Haechan yang tertidur di atas sofa ruang tengah, dia gantung terlebih dahulu jas miliknya dan perlahan mendekati Haechan yang tengah tertidur.

Ia duduk di bagian sofa yang masih kosong, ditatapnya lama wajah itu yang sedang tertidur, wajah Haechan tidak pernah membosankan baginya, semakin ditatapnya semakin besar rasa yang tertanam pada hatinya. Haechan nya, permaisurinya. Tangan kanannya terangkat mengelus pipi Haechan menggunakan punggung tangannya.

"Dasar bayi." ucapnya terkekeh kecil. Matanya yang tajam melihat sebuah buku yang terbuka lebar di atas lantai, bibirnya semakin menampilkan senyuman yang sangat lebar. Dibiarkan saja buku itu di sana, bukankah dia sudah tahu apa keinginan dari permaisuri nya? Jadi dia tidak perlu untuk membacanya lagi.

Karena merasa tidak nyaman melihat posisi Haechan yang sekarang, Mark dengan inisiatifnya akan mengangkat tubuh Haechan yang sedang terlelap, tangan kanannya di selipkan dibawah punggung Haechan dengan kepala sang laki-laki manis bersandar pada dadanya, sedangkan tangan kirinya di selipkan di bawah kedua lutut Haechan yang ditekuk.

Haechan tidak bergeming, mungkin dia terlalu lelah.

Diletakkan tubuh Haechan di atas tempat tidur kamarnya, ya. Kamar Mark, bukan kamar Haechan.

Tanpa membilas tubuhnya terlebih dahulu, Mark pebih memilih langsung membuka kemeja yang dikenakannya dan dibuangnya ke sembarang tempat. Tanpa pikir panjang, Mark langsung saja berbaring di dekat Haechan, tangannya kirinya merengkuh tubuh Haechan di bagian pinggang, kepalanya ditelusupkan di ceruk leher sang laki-laki manis yang sudah diakuinya.

"Wangi, harum tubuhmu tidak pernah mengecewakan Haechan-na, itu membuatku sangat betah. Kenapa kau sangat sempurna, tidak ada celah bagiku untuk melirik yang lain. Aku akan selalu menjagamu, Lee Haechan. Aku mencintaimu." ucapnya pelan, tidak lupa dikecupnya pelipis itu dengan ujung bibirnya yang tipis. Dia benar-benar sangat mencintai permaisurinya.

Perlahan mata itu terpejam, mengikuti Haechan ke alam mimpi.

Di sisi lain, Haechan tengah tersenyum simpul mendengar perkataan dari Mark pada dirinya. Sebenarnya, sejak Mark membawa tubuhnya, dia tidak pernah tidur sama sekali. Dia diamkan saja Mark melakukan hal yang dia mau, dan Haechan tidak menyangka Mark akan bersikap sangat manis padanya, terlebih lagi kalimat terakhir yang baru diucapkannya membuat perutnya dan jantungnya seperti sedang dihinggapi ribuan kupu-kupu, katakan saja ia berlebihan. Tapi memang seperti itu adanya, siapa yang tidak akan jatuh dalam pesona dan perilaku Mark yang begitu manis khususnya pada dirinya seorang.

Semoga saja Mark tidak merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang, tapi Haechan rasa. Mark merasakannya, mengingat laki-laki tampan itu tengah memeluk dirinya. Tapi Haechan tidak peduli.

"Aku juga mencintaimu, Mark."

Pagi ini Haechan menyiapkan sarapan yang cukup lengkap. Dia tidak akan membiarkan Mark menyentuh dapur, dia ingat kemarin bagaimana boss nya itu menyiapkan ramyeon dan berakhir di tempat sampah.

Okey. Itu tidak sepenuhnya kesalahan dari Mark.

GREPP

Sepasang tangan kekar kini melingkar di perutnya yang sedang menggunakan celemek rumahan. Dia sudah hafal pemilik tangan tersebut, dan itu sudah menjadi kebiasaan seorang Mark.

"Aromanya enak."

"Ya, seperti aroma nasi goreng kimchi. Hyung lebih baik kau mandi terlebih dahulu, bukankah kau hari ini juga bekerja."

[07] The Magic BookWhere stories live. Discover now