📖Bagian_14

6.5K 847 69
                                    

HAECHAN merasa pantatnya seperti terbakar sekarang. Dia cukup terkejut melihat kondisi pantatnya yang memerah saat dia pergi untuk melihatnya di kaca kamar mandi, Mark benar-benar tidak bisa ditebak. Kadang manja seperti anak kucing, namun kadang liar seperti singa. Dan Haechan baru tahu itu tadi pagi. Mark mengatakan jika dia akan bermain pelan, tapi apa? Ternyata omong kosong.

Dia sudah tidak perawan lagi. Coret, perjaka maksudnya.

Dengan jalan tertatih dia pergi ke ruang tengah untuk mendudukkan dirinya, umtung saja makanan yang dipesan oleh Mark sudah datang, karena dia benar-benar lapar sekarang. Terutama dirinya sudah melakukan aktivitas pagi yang cukup menguras tenaganya.

Mark bukan main.

"Ashhh___pantatku masih perih astaga. Apa yang harus aku lakukan, hiks___eomma. Maafkan anakmu ini karena tidak bisa menjaga kesuciannya, tapi pesona Mark hyung sangat susah untuk ditolak. Tenang saja eomma. Aku akan membuatnya menjadi menantumu." Haechan terkekeh dengan apa yang dipikirkannya, tidak apa bukan jika Haechan berharap?

"Ow ya___dimana buku itu?" tangan Haechan meraba daerah sekitarnya dengan mata sesekali melihat ke sekeliling ruangan.

"Terakhir kali aku menaruhnya dimana? Astaga kenapa aku lupa?" tangannya terus saja bergerak sampai dia menemukan buku tersebut di bawah batal sofa yang berjejer di belakangnya. "Di sini kau rupanya." Haechan tersenyum melihat buku kesayangannya yang dapat mengabulkan segala permintaannya.

"Buku ajaib, sebenarnya siapa yang membuangmu? Dan kenapa harus aku yang menemukanmu? Apa aku sangat beruntung? Atau kau sengaja datang padaku karena merasa kasihan?" tanyanya pada buku usang yang kini dipangkunya.

Matanya kembali menatap ke arah televisi yang menyala, ah ya. Liburan, Haechan sangat ingin pergi liburan, dia lupa untuk menuliskan permintaan yang itu kemarin.

"Haruskah aku menulisnya? Siapa tahu aku tiba-tiba saja memenangkan sebuah undian bukan? Hmmmm____apa buku ini juga bisa?"

Haechan tampak ragu-ragu pada awalnya.

"Aku tulis saja, aku akan menulis pantai yang jauh. Ini kesempatan langka."

Haechan membuka buku itu untuk menuliskan permintaan selanjutnya. Tanpa harus mencari sebuah pulpen, ternyata benda yang dibutuhkan sudah ada di dalam. Ia tidak perlu harus repot-repot untuk mencarinya.

Daftar Permintaan:

1. Liburan
2. Pantai Miami
3. Romantis

"Sudah." Haechan tersenyum tipis kala membaca permintaan itu kembali, tidak apa pikirnya. Lagipula buku itu adalah miliknya sekarang.

Setelah menuliskan permintaannya, Haechan kembali meletakkannya di atas sofa, bersandar menikmati makanan yang sudah di pesan. Malam ini dia juga tidak perlu khawatir karena Mark menyuruhnya tidak memasak. Mark tidak ingin membuat Haechan kesusahan, terlebih lagi dalam kondisi seperti sekarang.

Boss yang pengertian memang. Tidak menyesal dia menerima penawaran dari boss barunya itu.

"Aku benar-benar beruntung."

Senyuman di bibir Mark tidak pernah luntur semenjak dia datang ke kantor. Setiap di sapa oleh pegawainya dia akan membalasnya dengan senang dan senyuman yang lebar, bahkan sekertaris pribadinya sampai keheranan melihat atasannya itu.

"Haechan-na, kenapa manis sekali anak itu? Tidak kusangka, aku pertama baginya. Ah___aku merasa sangat buruk. Terlebih lagi aku harusnya lebih lembut karena itu pertama kali baginya, aku malah menggagahinya di meja bar dapur. Bodoh kau Mark."

[07] The Magic BookWhere stories live. Discover now