12. What's Wrong?

545 55 13
                                    

Aku anak kandung ayah dan ibuku. Tapi perlakuan mereka tidak lebih baik dari perlakuan mereka pada adikku. Dia selalu dibanggakan dan selalu menjadi yang nomor satu di hati mereka. Aku hanya seseorang yang terlihat, namun tidak dianggap.

Sebenarnya, apa yang salah?

-

-

-

Hai semuanya!

Kali ini aku buat cerita yang beda dari yang sebelum-sebelumnya. Di sini, Seulmin bakal aku buat jadi kakak-adik. Sama kayak cerita sebelumnya, cerita ini juga mengandung beberapa hal yang aku alami sendiri.

Semoga kalian suka sama cerita ini.

Selamat membaca!

@What is Wrong?@

Namaku Park Jimin. Seseorang berusia 17 tahun yang hidup di sebuah keluarga yang hangat. Aku punya orangtua, dan seorang adik perempuan. Namanya Seulgi. Dia sangat cantik dan menggemaskan di mataku. Usianya 14 tahun dan dia selalu dibanggakan oleh orangtuaku. Jujur saja, aku merasa iri melihatnya.

"Oppa, ini bagaimana, ya?" Aku menoleh, menatap Seulgi yang baru masuk ke dalam kamarku dengan sebuah buku di tangannya. Dia terlihat bingung dengan soal yang ada di sana, membuatku mengambil bukunya da membacanya dengan serius. Di buku itu, tertulis beberapa soal yang sebenarnya tidak seberapa sulit. "Ini pelajaran sekolah dasar, masa kau sudah lupa?"

Seulgi menautkan alis dan berakhir duduk di tepian ranjangku. Kepalanya menggeleng beberapa kali tanda tidak mengerti. "Aku sudah lupa tentang materi itu." Membuatku menghela napas panjang lalu mengetuk meja belajarku dua kali dengan pensil. "Sini, aku ajari." Seulgi mendekat, lalu menggeret kursi hingga dia bisa duduk di sebelahku.

Aku menatapnya sekilas. Melihat wajah menggemaskannya yang penuh rasa ingin tahu. Walaupun dia terkadang menyebalkan, dia tetap adikku dan tetap menyayanginya. "Jadi, sebenarnya ini bukan soal yang sesulit itu. Soal nomor satu, kau harus mengetahui berapa diskon yang diterima pembeli jika harga barang seratus ribu sementara diskon yang diberikan 15% dari harganya." Aku meliriknya lagi, dan Seulgi sudah mengangguk beberapa kali.

"Kalau sudah seperti ini, kau tinggal mengalikan 15% dengan seratus ribu. Kalau sudah, nanti hasilnya dikurangkan dengan seratus ribu. Nah, itu jawabannya. Coba, kau kerjakan sendiri." Seulgi mengangguk beberapa kali dan mengambil pensil dari kotak pensilku tanpa permisi. Gadis itu lalu mulai menulis jawaban serta caranya di buku tulisnya.

"Seulgi-ya, kau di sini rupanya. Ibu mencarimu daritadi." Kami sama-sama menoleh pada pintu kamarku yang baru saja terbuka. Memperlihatkan seorang wanita yang tidak lain adalah ibuku sendiri. "Sedang apa?" Ibuku berdiri di belakang Seulgi, melihat apa yang ditulis Seulgi lalu menatapku. "Kau yang mengajarinya?" Aku mengangguk beberapa kali, membuat ibuku lalu mengusap kepalaku sekilas.

"Ini pekerjaan rumah atau hanya belajar biasa saja?" Ibuku menatap Seulgi, membuat gadis itu lalu menatap ibuku dan menjawab, "Ini pekerjaan rumah, Bu. Kenapa?" Ibuku lalu menghela napas dan tersenyum. "Kau lupa kalau harus les piano sebentar lagi?"

Ah, iya, les sialan itu. Selanjutnya, Seulgi tampak mengerucutkan bibir dan meletakkan pensilnya. "Tapi ini harus selesai besok. Kalau aku mengerjakan setelah les piano dan les pelajaran tidak akan sempat." Bisa kutebak, aku akan disuruh mengerjakan tugas anak ini nanti. Sementara ibuku sudah menatapku, terlihat sedikit bimbang untuk mengatakan sesuatu.

A RELATIONSHIP || SEULMIN ONESHOOT FFNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ