23. My December

543 57 13
                                    

"Aku tidak akan membuat mereka menganggapku sebagai ayah yang jahat, atau kau yang menganggapku sebagai suami yang buruk. Kau bisa pegang kata-kataku."

-

-

-

Hai, semua!

Maaf untuk keterlambatan update yang bener-bener lama banget. Setelah cerita ini up juga aku gatau bisa up kapan lagi, soalnya minggu depan aku PTS, jadi sudah jelas gak bisa bikin cerita, huhu.

Kalau udah selesai, mungkin aku bakal up lagi.

Semoga suka semua!

Selamat membaca!

@My December@

"Aku turut berduka atas kematian ibumu."

Kalimat itu sudah didengarnya puluhan kali hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terberat selama hidupnya 20 tahun di dunia. Wanita yang telah melahirkannya dengan susah payah, lalu merawat, juga selalu meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja menutup mata untuk selamanya hari ini. Sebuah kecelakaan yang terjadi di persimpangan jalan adalah penyebabnya. Tidak, dia tidak sepenuhnya membenci mobil yang sudah menabrak dan mnghilangkan nyawa ibunya, gadis itu lebih membenci pria yang sedang duduk d sana.

Seorang pria yang duduk di teras rumah dengan beberapa botol minuman alkohol di sebelahnya. Hal yang paling membuatnya membenci pria itu adalah aktingnya yang teramat bagus. Sudah jelas kalau pria itu tidak mencintai ibunya lagi, bahkan juga menjadi penyebab kenapa kecelakaan itu terjadi. Namun, pria itu tetap menampakkan wajah sedih dengan air mata palsu yang perlahan turun dari sarangnya.

Memuakkan sekali, batinnya.

Perkenalkan, namanya Kang Seulgi. Seorang gadis berusia 20 tahun yang baru saja kehilangan orang tersayangnya. Dia anak pertama sekaligus terakhir dalam keluarganya. Terkadang, Seulgi juga menyesali kehidupannya sendiri. Pria yang menjelma sebagai ayahnya itu tidak mencintai ibunya, dia hanya menikahi wanita itu karena dia yang sudah berada di dalam kandungan ibunya. Waktu itu ibunya bersikeras untuk tidak membunuhnya, padahal menurut Seulgi hal itu adalah pilihan yang bagus. Jika saja dia tidak dilahirkan 20 tahun yang lalu, sudah jelas kehidupan ibunya tidak akan seperti ini. Mungkin ibunya masih hidup hingga sekarang, atau memiliki takdir lain yang tentu saja jauh lebih baik dari sekarang.

"Kang Seulgi, ambilkan air untukku." Seulgi mengambil napas panjang, kemudian bangkit dari duduknya. Kaki jenjangnya perlahan melangkah menuju dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Sungguh, jika pembunuhan bukan sesuatu yang akan dihukum, maka dia pasti sudah mengisi gelasnya dengan racun dan membuat pria itu mati. Seulgi sudah muak, muak sekali.

"Ya, kenapa wajahmu begitu? Kau tidak tahu sopan santun dengan orang tua?" Seulgi sadar, mungkin pria itu sadar kalau tatapannya itu menatap pria itu benci. Seulgi memang tidak bisa menutupi emosinya sama sekali. "Aku tidak heran jika kau menatapku begitu, Soohe memang tidak becus mendidik anak." Sampai pada kalimat itu, kedua tangan Seulgi lantas terkepal kuat begitu saja. Sudah dibilang bahwa ayahnya adalah seorang yang tidak mau mengakui kesalahan sama sekali.

Pengecut, sialan.

"Soohe memang bodoh, kenapa dia harus mempertahankan anak tidak berguna sepertimu?" Kali ini pria itu meliriknya remeh, lalu kembali menatap ke depan. Menatap taman di teras rumah mereka yang terlihat rapi karena ibunya yang membersihkannya tadi sore. "Jika saja kau tidak dilahirkan, maka dia pasti masih hidup sekarang." Seulgi ingin sekali menjawab, namun dia tahu kalau hal itu tidak akan membuat perubahan apa pun. Ayahnya tetap ayahnya, pria itu tidak akan mau mengalah dan mengakui kesalahannya, apa lagi pada anak perempuannya sendiri.

A RELATIONSHIP || SEULMIN ONESHOOT FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang