22. The Suspect

692 75 93
                                    

Nyatanya, bukan pembunuhan yang dilakukan oleh Kang Seulgi.

-

-

-

Hai, semua!

Kali ini aku kembali dengan cerita yang bekum pernah aku buat sebelumnya. Dan lagi, aku harap kalian enggak menjadikan cerita ini sebagai patokan proses hukum. Ini aku nulis berdasarkan apa yang aku ngerti dari salah satu drakor. Jadi, tolong jangan dianggap serius dan fokus sama ceritanya.

Semoga suka, ya!

Selamat membaca!

@The Suspect@

"Pembunuhan di gedung apartemen A terjadi pada pukul delapan malam waktu setempat. Tersangka sudah diamankan oleh polisi. Sementara korban ditemukan meninggal dunia di tempat setelah ditikam oleh tersangka."

Pria dengan dasi di lehernya itu lantas menghela napas panjang, kemudian membalik kertas yang sedaritadi ada di tangannya. Sesekali dia menghembuskan napas panjang dan menaikkan kaca matanya. Berusaha untuk tetap fokus menyelesaikan tugasnya di antara ramainya kantor kepolisian, tempat orang-orang menyelesaikan masalah kecilnya.

"Aku bersumpah, aku tidak melakukan pembunuhan itu!" Suara gadis yang melengking membuat matanya terpejam, sejenak menahan emosinya yang mungkin akan menemui titik puncaknya sebentar lagi. "Aku mohon jangan kurung aku." Suaranya menjadi lirih dan membuat beberapa orang menjadi iba. Hal itu juga yang membuat kepalanya menoleh, menatap seorang gadis yang sekarang sudah memeluk sel tahanan sementara sambil menangis, memohon untuk dilepaskan. Gadis itu punya penampilan yang cukup berantakan dengan darah di sekitar baju dan tangannya. Dia juga bisa melihat noda darah itu di pipinya, sebenarnya apa yang gadis itu lakukan?

"Jimin-ssi, bisa kulihat berkasnya sekarang?" Jimin, atau pria bernama lengkap Park Jimin itu menoleh. Menatap sumber suara yang mendekat sembari menampilkan senyum tipisnya. "Ini." Tangannya bergerak, memberikan beberapa kertas yang berada di tangannya sejak tadi, lalu menarik senyuman tipis. "Setelah ini kau akan ke mana? Aku ada waktu luang, mau minum kopi?" Tapi belum sempat Jimin menjawab tawaran itu, suara gadis yang berada di dalam kurungan kembali terdengar. Membuat dua pria itu menoleh bersamaan, menatap gadis di dalam sana dengan tatapan yang berbeda.

"Ah, aku tidak tahu harus bagaimana dengannya. Sudah jelas kalau dia membunuh temannya sendiri, masih saja membela diri. Penjahat memang tidak akan pernah mengaku." Sampai pada kalimat itu, pandangan Jimin teralih sepenuhnya pada lawan bicaranya. Menatap pria itu dengan tatapan dingin khas miliknya, lalu melipat bibir ke dalam. Bukannya apa, hanya saja peristiwa belasan tahun yang lalu kembali berputar di kepalanya. Membuatnya mendadak muak dengan pria yang berada di depannya. "Kurasa aku tidak bisa minim kopi denganmu, mungkin lain kali, Seokjin-ssi." Merasa terpanggil, Seokjin menoleh. Menatap lawan bicaranya yang baru saja berujar. "Ah, ya sudah kalau begitu. Hati-hati."

Jimin menarik senyuman tipis ala kadarnya, lalu pergi dari kantor polisi tersebut. Melewati gadis yang menciptakan keributan sejak tadi. Gadis itu tampak sedih dengan dua tangan yang memegang sel tahanan, dia sudah duduk bersimpuh di lantai dengan air mata yang terus keluar dari sarangnya. Tapi Jimin tidak peduli, bahkan pria itu melewatinya begitu saja dengan acuh. Jimin pikir, gadis itu bukan tanggung jawab atau urusanya. Lagi pula gadis semacam itu tidak akan pernah menjadi urusannya, tidak akan pernah.

A RELATIONSHIP || SEULMIN ONESHOOT FFOnde histórias criam vida. Descubra agora