5. Still With Me

785 75 20
                                    

Still With Me

Dia masih di sini, masih bersamaku.

-

Hai, kembali lagi. Cerita ini sendiri terinspirasi dari lagunya Jungkook. Jujur aja, aku gak seberapa nyambung sama lirik lagunya kecuali yang lirik terakhir. Aku cuman ngeh sama bagian itu, yang lain enggak, huhu. Tapi walau gitu, tetap saja aku berhasil baper sama suaranya. Dan jadilah seperti ini.

Maunya aku kasih judul Still With You, sama kayak lagunya. Tapi karena ini diambil dari sudut pandang Seulgi, jadinya gak pas gitu. Makanya aku ganti jadi Still With Me. Siapin tisu, sih kalau aku. Soalnya aku nangis pas ngetik ini, hehehheh.

Di sini aku juga terinspirasi dari ceritaku sendiri yang judulnya Not A Human. Kalian bisa baca di akun ini, hehe. Terus juga drakor 49 Days, terus sama cerita FF lainnya yang pernah aku baca. Jadi campur-campur gitu.

Dan maaf kalo penggambaran Jimin di sini bener-bener manis banget karena aku lagi mode kangen sama dia pas ngetik ini, jadi kalian gak boleh protes! Hehe. Emang tuh, ya, Jimin itu ngangenin banget, padahal ketemu aja beloom astagaaa. Dan aku gak bosen-bosen mengingatkan kembali kalau ini sepenuhnya fiksi, ya. Aku takutnya itu ada pembaca Wattpad yang usianya masih belum cukup terus mikir kalau aku nulis kisah mereka yang beneran. Terus aku dihujat, kan serem. Jadi aku selalu sempetin bilang kayak gini, hehehehe.

Thanks

-

-

@STILL WITH ME@

"Memangnya kau harus benar-benar pergi sekarang, ya?" rengekku, aku sudah berusaha sekeras mungkin agar Jimin tetap di sini dan tidak pergi ke mana-mana. Bukannya aku egois dengan tidak membiarkannya pergi bekerja ke luar kota, hanya saja perasaanku buruk soal itu. Sementara Jimin sendiri sudah menghela napas dan berjalan mendekatiku, menatapku dengan senyuman manis yang selalu menjadi kesukaanku. Tangannya yang berjari pendek mengusap pipiku, menyematkan rambut ke belakang telingaku.

"Aku tidak akan lama, hanya tiga hari. Kenapa kau sangat khawatir?" Aku mengenggam tangannya yang masih berada di pipiku. "Perasaanku tidak enak, aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi. Aku mohon, jangan pergi." Jimin menggeleng di sana, terlihat seperti harus pergi sekarang juga. "Tidak bisa, aku harus pergi. Aku janji akan selalu mengabarimu kalau pekerjaanku sudah selesai. Jangan terlalu memikirkan hal buruk, pikirkan hal yang baik, oke?"

Jimin mengakhirinya dengan senyuman manis lalu mengecup keningku lama. Membuatku memejamkan mata kemudian mengangguk saat dia sudah menjauhkan wajahnya. "Aku akan bawakan oleh-oleh, kau minta apa?" Aku tertawa kecil dan menggeleng beberapa kali. "Tidak usah dibawakan apa-apa, cukup kau saja yang pulang cepat."

"Oke." Jimin lalu memakai jasnya, aku membantu untuk memakai pakaian yang akan membuatnya tampak gagah itu. Ia lalu mengambil tas kerjanya dan bersiap untuk pergi dari rumah. "Aku pergi, kau hati-hati di rumah." Aku mengangguk dan hanya bisa menarik senyuman tipis saat dia memelukku erat sembari mengusap punggungku lembut. Aku semakin tidak rela saat melihatnya melangkah mundur sambil membawa tas jinjing dan melambaikan tangan ke arahku. Jimin lalu masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil itu menuju kota yang ditujunya.

Entah kenapa, perasaanku sungguh tidak enak. Aku memang sedikit berlebihan, tapi aku memang sedang setakut itu. Ucapan Jimin benar, aku tidak harus terlalu memgkhawatirkannya seperti ini. Jimin hanya akan pergi selama tiga hari lalu kembali ke rumah seperti yang seharusnya. Apa yang aku khawatirkan sekarang? Lucu sekali.

A RELATIONSHIP || SEULMIN ONESHOOT FFWhere stories live. Discover now