2. Umbrella

11.3K 2.1K 615
                                    

Jam pulang kerjanya sudah tiba sejak satu jam lalu. Lisa tak langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui sang kakak. Dia terlebih dahulu pulang untuk mengambil uang simpanannya dan beberapa pakaian ganti untuk sang kakak.

Sore yang amat ramai, Lisa berlari terburu-buru memasuki gedung rumah sakit yang megah itu. Dia harus bergerak cepat, agar tidak terlambat bekerja sebagai pengantar makanan nanti.

Karena tidak begitu memperhatikan sekitar, Lisa tanpa sengaja menambrak seorang wanita paruh baya yang sedang menggenggam sebuah minuman.

Akibat dari tabrakan itu, baju wanita tadi basah terkena minuman manis. Lisa yang sontak sadar akan kesalahannya langsung membungkuk berulang kali.

"Jeosonghamnida. Jeosonghamnida."

"Ku tahu seberapa mahalnya bajuku ini? Dasar orang miskin! Apa kau mampu untuk menggantinya?" Mendapat bentakan itu, Lisa meringis dalam hati.

Untuk membayar perawatan kakaknya saja, Lisa harus bersusah payah. Bagaimana dia bisa mengganti rugi baju itu? Lagi pula, menurut Lisa baju yang kotor bisa dicuci hingga bersih. Tidak perlu membeli yang baru. Apakah pola pikir orang kaya berbeda?

"Kenapa diam? Bajuku ini tak bisa kembali utuh hanya dengan maafmu, Arra?" Tanga wanita itu terangkat, hendak memberi tamparan untuk Lisa. Sebelum akhirnya ada tangan lain yang menahannya.

Kedua mata bulat nan jernih milik Lisa mengerjab melihat siapa yang sudah menyelamatkannya. Jika tidak salah ingat, gadis berpipi mandu itu pernah dia temui kemarin.

"Siapa kau?---"

Plak~

Tanpa berniat mendengarkan suara wanita paruh baya itu, Jennie tanpa diduga memberikan tamparan pada seseorang yang bahkan lebih tua dari orang tuanya.

Lisa yang menyaksikan tentu ternganga. Dia tak bisa berkata apa pun karena untuk pertama kalinya melihat kejadian langka.

"Kau perlu uang untuk ganti rugi?" Dengan wajah angkuh, Jennie mengeluarkan seluruh uang kertasnya dari dalam dompet. Lalu meletakkannya di atas telapak tangan wanita itu.

Jennie yakin, bahwa jumlah uang yang berikan bahkan lebih banyak dibandingkan dengan harga baju itu. Tapi Jennie tak peduli, lebih tepatnya uang itu tak cukup berarti untuknya.

"Jangan pernah menghakimi seseorang hanya dari kastanya saja, Ahjumma." Jennie berkata dengan penuh penekanan, lalu menarik lengan Lisa. Mengajak gadis itu pergi.

Tidak tahu situasi apa yang terjadi padanya, Lisa hanya terus bergantian memandang sosok wanita paruh baya tadi dan punggung Jennie secara bergantian. Sampai akhirnya langkah Jennie terhenti di dekat lift.

"I-Itu... Apa yang kau lakukan?" Lisa sungguh merasa bingung harus bersikap seperti apa. Dia ingin berterima kasih tapi tak membenarkan sikap Jennie yang kasar terhadap wanita tadi.

"Memberinya pelajaran. Apalagi?" sahut Jennie mengedikkan bahu ringan.

"Kenapa kau memberikannya uang sebanyak itu? Aku tak bisa menggantinya," ujar Lisa yang merasa tetap tidak tenang walau sudah terselamatkan dari makian.

Sebelum menjawab, Jennie terkekeh lebih dulu.
"Aku tidak memintamu untuk mengganti uangku."

Lisa diam. Dia memandang penuh tanya. Sosok seperti apa gadis berpipi mandu itu? Yang jelas, Lisa dan dia tergolong dari nasib yang berbeda. Sangat jauh berbeda.

Sibuk dengan pemikirannya. Lisa mulai sadar jika dia sudah menyia-nyiakan banyak waktu. Tanpa meminta izin sang pemilik, Lisa meraih lengan Jennie dan menatap jam tangan milik gadis itu.

Puzzle Piece ✔Where stories live. Discover now