14. Sick

10.8K 1.9K 519
                                    

Hari sudah menjelang siang. Lisa masih enggan bangun dan mengisi perutnya. Gadis itu hanya tertidur dengan sesekali meringis tak nyaman tanpa sadar.

Sampai sinar matahari itu mampu membuat Lisa terpaksa membuka mata. Menatap samar pada kamarnya bersama Chaeyoung.

Gadis itu menelan salivanya susah payah. Tenggorokan itu terasa kering bukan main. Hendak bangkit untuk mengambil segelas air di dapur, tapi tubuh itu rasanya sungguh berat.

Lisa mendesah kesal. Tanpa sengaja menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas siang. Matanya membulat, dia terkejut dan memaksakan diri untuk bangun walau kepalanya berdenyut bukan main.

"Kau ingin kemana?" Bahunya ditahan ketika Lisa berusaha untuk berdiri.

Chaeyoung yang datang dengan wajah marah membuat Lisa mengerjab. Dia tentu ingat sekali bagaimana tak berdayanya Chaeyoung semalam. Tapi kini, kakaknya itu seakan tak sakit sama sekali.

"A-Aku harus---"

"Tidak ada bekerja hari ini!" Tahu apa jawaban Lisa, Chaeyoung mulai mengeluarkan nada dinginnya.

Entah kenapa, dia selalu saja merasa emosi setiap kali Lisa hanya memikirkan pekerjaan. Apalagi dikala tubuh adiknya itu sedang sakit. Chaeyoung sampai berpikir bahwa adiknya itu kurang waras.

"Tapi, Unnie---"

"Jika kau tak menurutiku, kali ini aku akan benar-benar marah."

Lisa diam tak berkutik. Jika biasanya dia akan berdebat karena Chaeyoung melarangnya bekerja, tapi kali ini tidak. Tatapan itu berbeda. Lisa sungguh takut dengan Chaeyoung sekarang.

"Pilihanmu hanya dua, sekarang. Makan atau tidur." Lisa mulai melirik tanpa minat bubur panas yang dibawa Chaeyoung.

"Aku ingin tidur. Bersamamu."

Chaeyoung mengangguk. Dia tahu bagaimana selera makan orang sakit. Tidak dapat memaksakan Lisa untuk makan, karena pasti sang adik sangat tidak berselera atau bahkan sedang merasa mual.

"Satu jam lagi Unnie akan membangunkanmu." Chaeyoung beralih meletakkan mangkuk di tangannya.

Mulai berbaring di samping Lisa dan membawa tubuh panas sang adik ke dalam dekapannya. Dia mengusap pelan kelapa Lisa, hingga adiknya itu kembali tertidur.

"Lihatlah. Sebesar apa pun kau tumbuh, kau tetap adik kecilku." Chaeyoung terkekeh melihat wajah damai Lisa. Lalu mengecup sekilas hidung sang adik.

"Jangan sakit. Unnie sangat resah sekarang." Chaeyoung menghela napas. Rasa khawatir di hatinya tidak akan pernah hilang sampai Lisa sembuh.

Tidak jarang sekali jatuh sakit. Bahkan Chaeyoung sampai lupa, kapan terakhir kali adiknya itu sakit. Tapi rasa khawatir itu, Chaeyoung mengingatnya cukup jelas. Rasa khawatir yang sama, ketika mereka masih kanak-kanak. Ketika Lisa tidak sekuat sekarang.

..........

Kopinya mulai dingin karena terlalu lama di abaikan. Jihyun sibuk menatap iba pada gurat kelelahan di wajah adik lelakinya. Kantung mata yang terlihat, serta raut tak bersemangat itu terpampang nyata.

Jihyun sangat jarang bertemu dengan adiknya. Sepuluh tahun lalu, lelaki itu memilih tinggal di Amerika. Setelah pulang ke Korea pun, mereka sulit untuk bertemu karena sang adik tak memiliki waktu luang.

Perusahaan adiknya sedang dalam masalah. Jihyun ingin membantu sedari awal, tapi lelaki Han itu tak menerimanya. Dia ingin memyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan Jihyun atau ibu mereka.

"Ku dengar, Eomma mencari tahu tentang dia." Setelah sekian lama, akhirnya Jihyun buka suara.

Napas Han Seonho mendadak tercekat di tenggorokan. Walau tak menyebutkan nama, tapi Seonho tahu siapa yang dimaksud oleh Jihyun.

Puzzle Piece ✔Where stories live. Discover now