37. The Struggle Ended

8.8K 1.7K 716
                                    

Seonho menggeleng keras. Dia menggigit bibir bawahnya hingga terluka. Menatap sosok Lisa yang bersembunyi di balik dekapan Aeri. Anak itu tampak ketakutan dengan kalimat yang ingin dia lontarkan.

"Lisa-ya," Seonho melirih.

"Kakakmu akan melakukan operasi sebentar lagi. Donor itu... Sudah tersedia."

Kedua mata Lisa mengerjab. Dia berusaha memahami kalimat ayahnya. Karena saat ini gadis itu sulit sekali berpikir.

Setelah mampu memahaminya, Lisa tak peduli dengan dua orang di dekatnya itu. Dia melompat dari atas ranjang dan berlari keluar bahkan tanpa alas kaki.

Napasnya memburu, ketika melihat sebuah brankar baru saja keluar dari ICU. Dia menahannya, dengan mata terus menatap seseorang yang terbaring dengan berbagai selang disana.

"Aku tau, kau adalah kakak yang baik. Kau tidak akan pergi, karena janji-janjimu belum ditepati." Lisa mengatur napasnya sejenak.

"Berjuanglah dengan keras. Aku disini, menunggumu. Aku akan terus menunggu, Unnie."

Lisa menunduk, memberikan kecupan kucup lama di bibir pucat nan dingin milik kakak kembarnya. Satu tetes air mata milik Lisa mengenai wajah Chaeyoung.

"Aku menunggumu. Aku menunggu perjuangan terakhirmu," bisik Lisa tepat ditelinga Chaeyoung.

Setelah itu dia mundur beberapa langkah untuk menjauh. Membiarkan brankar itu kembali didorong oleh para perawat untuk menuju ruang operasi.

Tidak lama, kedua kakaknya hadir. Bahkan Jisoo tampak berjongkok. Bergerak memakaikan sepasang sepatu Lisa yang tertinggal di ruang perawatan.

Kedua gadis itu sebenarnya ada di belakang Seonho untuk menghampiri Lisa dan memberitahu kabar baik yang mereka dapat. Tapi Lisa tak peduli pada sekitarnya dan memilih berlari secepat mungkin untuk menemui Chaeyoung.

"Sekarang Lisa tidak perlu memikirkan hal berat lagi. Chaeyoung akan sembuh, dan puzzle kita akan tetap utuh." Jennie mulai memeluk adiknya dari samping. Membiarkan kepala Lisa bersandar pada celah lehernya.

"Lisa ingin melakukan sesuatu setelah ini? Bepergian mungkin? Kita akan melakukannya bersama." Kali ini Jisoo yang berbicara, sambil mengusap rambut cokelat Lisa yang panjang.

"Paris. Bagaimana dengan menara Eiffel? Aku dan Chaeyoung sangat ingin pergi kesana."

Kedua kakaknya mengangguk cepat. Memeluk tubuh Lisa secara bersamaan. Mereka terlalu bahagia, hingga rasa sakit yang semua terasa kini hilang tak berbekas. Yang ada hanya bayang-bayang indah untuk mereka lalukan di masa depan.

"Tentu. Kita akan kesana bersama saat Chaeyoung sudah pulih." Jawaban Jennie membuat perasaan Lisa lega bukan main.

Janji Chaeyoung memang hanya ingin pergi berdua bersamanya ke Eiffel. Tapi jika dipikir lagi, rasanya tak akan lengkap jika kedua kakak mereka tak ikut. Bagaimana pun juga, puzzle akan terus saling melengkapi satu sama lain.

..........

Rumput-rumput hijau itu hampir tak terlihat karena ditutupi oleh salju yang masih terus turun tanpa henti sejak tadi malam. Matahari pun terlihat tak berani menampakkan diri karena hujan salju masih merajalela.

Jajaran makam itu terlihat lebih damai karena hanya beberapa orang yang datang kesana. Musim dingin benar-benar membuat sebagian besar orang enggan untuk mengunjungi orang terkasihnya yang telah berbeda rumah itu.

Tapi tidak dengan Lisa. Menahan dingin yang sudah membuat tubuhnya bergetar, Lisa melangkah pelan menelusuri jalan setapak di pemakaman umum yang terkenal mewah itu.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang