39. Her Words

10.3K 1.7K 635
                                    

Dunianya terasa berputar ketika baru saja menginjakkan kaki di aspal itu. Rasa mual dan sesak mulai merayapi Jisoo tatkala matanya menatap lokasi kecelakaan beruntun yang ikut menjadikan adiknya sebagai korban.

Disana, banyak sekali mobil dengan keadaan mengenaskan. Bahkan para petugas kepolisian dan medis cukup kesulitan mengvakuasi para korban karena mobil-mobil yang berhimpitan.

Para korban meninggal yang telah di evakuasi, sebagian masih tergeletak di pinggir jalan dengan keadaan mengenaskan. Darah-darah mengalir bersama air hujan yang diturunkan awan saat ini.

Memaksakan kaki lemasnya, Jisoo berlari kesana kemari untuk mencari sosok sang adik. Membiarkan tubuhnya basah karena air hujan. Juga mengabaikan jantungnya yang terus berdetak tak karuan.

"Kau dimana Lisa-ya!" Gadis itu menjerit dalam hati. Merasa frustasi karena tak juga menemukan mobil milik sang adik.

Tubuhnya basah kuyup. Matanya memerah, dan napasnya tersengal karena berlari kesana kemari. Kecelakaan beruntun itu benar-benar luar biasa. Karena ada puluhan mobil yang terlibat.

Sampai akhirnya dia mendapati sebuah mobil sedan putih yang masih terguling mengenaskan di sana. Kepala Jisoo beedenyut bukan main ketika melihat kondisi mobil itu secara langsung.

Jisoo berjalan mendekat. Ketika sudah sampai di dekat mobil itu, dia mulai terduduk untuk melihat kondisi di dalam sana.

Seketika, jantungnya terasa seperti ditarik paksa saat melihat betapa menyedihkannya kondisi sang adik bungsu di dalam mobil.

Sekujur tubuhnya bahkan lemas dan bergetar hebat. Tak bisa membayangkan rasa sakit yang Lisa terima karena sebuah payung menancap cukup dalam di dada itu.

"L-Lisa," panggil Jisoo lirih.

Lisa yang semula memejamkan mata menikmati rasa sakitnya, kini mulai membuka hazel itu dan menoleh susah payah menghadap sang kakak.

Air matanya seketika meluruh melihat Jisoo ada di dekatnya. Apalagi ketika tangis kakaknya pecah. Lisa merasa sesak bukan main.

"Ul-jima," ucap Lisa dengan susah payah.

Jisoo menggigit bibir bawahnya, mulai melihat ke sekitar. Dimana tak ada sama sekali bantuan yang akan datang pada adiknya.

"C-hogiyo! Chogiyo! To-long adikku disini!" Dia berteriak ditengah isakannnya.

Tapi sayang, suara itu tertelan oleh deru hujan yang deras. Semua masih sibuk mengevakuasi korban yang tidak sulit untuk di gapai. Berbeda dengan Lisa, yang pasti akan membutuh waktu untuk keluar dari dalam mobil ringsek itu.

Jisoo merasa putus asa. Dia kembali menunduk, masuk ke dalam mobil itu melalui celah pintu yang sudah hancur. Mulai menggenggam tangan dingin adiknya dengan tangan bergetar miliknya.

"Lisa-ya, Unnie disini. Unnie ada untukmu. Kau... Bertahan ya?" Jisoo meniup tangan adiknya yang terjulur ke arahnya itu agar tak kedinginan.

Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Dia tak tahu harus bagaimana selain berada di sisi adiknya. Ingin membawa Lisa keluar dari situ pun akan sulit. Tak ada jalan keluar selain sisi kanan dan kiri pintu yang sudah ringsek. Hanya menimpulkan lubang kecil yang bahkan Jisoo saja sebenarnya sulit untuk masuk ke sana.

"C-Chae-young." Lisa mulai kembali berusaha bicara. Sejenak menelan salivanya karena terlalu sulit.

"T-Tira-misunya."

Jisoo menggeleng keras. Tak sengaja mendapati sebuah kue tiramisu yang keluar dari kotaknya dan tergeletak secara malang di dekat tubuh Lisa.

"Dia tidak akan marah. Dia tidak akan marah selama kau baik-baik saja. Jadi, tetap bersama Unnie. Jangan tidur, jangan pejamkan matamu." Jisoo berujar dengan kepanikannya. Dia sungguh takut, jika mata hazel itu terpejam. Dan semuanya akan berakhir.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang