33. Her Story

9K 1.6K 483
                                    

Sinar matahari tampak cerah pagi ini, menyinari tubuh tak berdaya Chaeyoung di kursi roda serta Jisoo yang menemaninya berjemur pagi ini. Menikmati indahnya taman mansion yang sungguh sempurna karena awan tak dibiasi oleh kelabu.

Setiap pagi, Jisoo memang selalu membawa Chaeyoung ke taman agar mendapat pancaran sinar matahari yang cukup baik untuk kesehatan.

Pulang dari rumah sakit, kondisi Chaeyoung tidak semakin membaik. Justru semakin hari, kondisi gadis itu tampak buruk.

Dokter memang bilang, bahwa Chaeyoung tidak bisa untuk pergi dari rumah sakit dengan kondisinya seperti itu. Tapi mendengar bahwa harapan hidup Chaeyoung tidak lama,  Seonho ingin sekali memperlihatkan pada Chaeyoung bagaimana indahnya istana mereka. Apalagi saat itu, Chaeyoung lah yang meminta untuk pulang.

Dia ingin Chaeyoung paham, dimana rumah gadis itu sesungguhnya. Dia ingin Chaeyoung menikmati keindahan di dalam sana, walau hanya sebentar.

Jisoo yang semula menikmati bagaimana indahnya bunga mawar di hadapan mereka, mulai mengalihkan pandangan ke arah ang adik.

Di matanya, Chaeyoung tidak terlalu menikmati keindahan disana. Tatapan itu tampak kosong. Sampai akhirnya Jisoo terkaget karena tiba-tiba dada Chaeyoung tersentak kasar.

"Hei, hei. Gwenchana?" Dengan khawatir Jisoo mengusap dada sang adik yang tampak tersengal.

Tak hanya itu, mulut Chaeyoung juga mulai terbuka lebar. Seakan nasal canula yang bertengger di hidungnya tidak berfungsi sama sekali untuk pernapasannya.

"Hahhhh~" Kepala Chaeyoung mendongak. Hingga setetes air mata turun karena tak taham dengan rasa sakitnya.

"Hhgr~" Darah kembali keluar dari mulutnya.

Jisoo berteriak tak karuan. Karena disaat seperti ini, dia tak akan bisa mengatasinya sendiri. Biasanya ada Hanna yang akan tetap tenang, tapi wanita itu entah pergi kemana setelah selesai sarapan satu jam lalu.

"Chaeyoung-ah, jangan seperti ini." Jisoo merintih, mengusap wajah Chaeyoung yang terasa panas bukan main.

Bibir pucat itu bergetar. Ingin sekali dia mengatakan pada Jisoo agar tidak menangis. Tapi dia tak mampu, bahkan napas gadis itu kini terdengar memekik kesakitan.

Tak lama, Hanna dan Seonho berlari menghampiri. Meraih tubuh Chaeyoung yang tak berdaya dari kursi roda, Seonho hendak membawanya ke kamar.

"Appa akan membawanya ke kamar, tolong hubungi Dokter---"

"Bawa dia ke rumah sakit, Appa." Suara bergetar itu muncul dari pintu masuk menuju mansion.

Lisa baru saja pergi sekitar tiga puluh menit lalu untuk mengumpulkan tugas. Tapi sekarang gadis itu sudah kembali tiba di mansion. Karena sedari tadi Lisa memang tak bisa merasa tenang.

Dia bahkan mengendarai mobil barunya dengan kecepatan tinggi. Tak takut sama sekali jika mobil yang bahkan belum tersentuh goresan itu akan rusak jika mengalami kecelakaan.

"Bagaimana kau bisa berpikir jika Chaeyoung hanya akan dirawat di rumah jika kondisinya seperti ini?" Lisa frustasi dengan suara tingginya. Dia menangis, tak tahu lagi bagaimana menghadapi ayah serta ibunya.

"Nak, waktu Chaeyoung---"

"Persetan dengan pikiranmu tentang waktu yang Chaeyoung punya! Dia sedang kesakitan, Han Seonho! Dia butuh pengobatan di rumah sakit!"

Lama dia menahan perasaan marah itu, hari ini Lisa tak bisa mengendalikannya lagi. Dia tahu, bahwa ayah dan ibunya sudah menyerah. Yang mereka utamakan hanya kenyamanan untuk Chaeyoung.

Puzzle Piece ✔Where stories live. Discover now