23. Letter to God

8.1K 1.5K 174
                                    

Pukul lima pagi, mata hazel itu tebuka. Mulai terbebas dari rasa kantuknya, Lisa memandang sosok Jennie yang tertidur di sampingnya. Tersenyum kecil, Lisa merasa beruntung karena mengenal Jennie dalam kehidupannya.

Semalam, gadis itu melakukan segala cara agar Lisa tertidur nyenyak. Mulai dari mendongeng, bernyanyi hingga memeluknya sampai terlelap.

Tangan yang hendak merapikan surai milik Jennie, seketika menggantung melihat seseorang masuk. Itu adalah perawat yang berniat mengganti cairan infusnya.

"Nona, aku akan mengganti infusmu karena hambir habis."

Lisa memandang botol infus yang memang sudah hampir habis. Lalu menggeleng pelan.
"Kau tidak perlu menggantinya. Lepasnya saja jarum infus ini."

"T-Tapi Nona---"

"Aku sudah baik-baik saja," ujar Lisa meyakinkan.

Setelah mempertimbangkannya dengan matang, akhirnya perawat itu melakukan apa yang Lisa mau. Bukan mengganti, dia melepas jarum infus itu dari lengan Lisa. Setelahnya pamit dan pergi dari ruangan.

Katakan saja jika Lisa memang egois. Dia tak mau jatuh sakit lebih lama. Dia tak mau membuang waktu berharganya. Walaupun dia tahu bahwa pengobatan Chaeyoung bahkan dirinya sudah diselesaikan oleh Jisoo dan Jennie.

Dirinya harus tetap bekerja. Selamanya, dia tak bisa bergantung pada kebaikan Jennie maupun Jisoo. Dia harus berjuang sendiri untuk kehidupan kakak dan ibunya.

Perlahan tanpa mengganggu tidur lelap Jennie, gadis berponi itu turun dari ranjang. Sejenak dia memandangi wajah damai Jennie penuh dengan senyuman.

"Gomawo, karena telah hadir di dalam hidupku yang berantakan ini." Mengusap kepala Jennie sebentar, Lisa mulai berjalan keluar setelah meraih ponsel dan hoodienya.

..........

Berjam-jam mata itu tertutup, tepat pukul tujuh pagi akhirnya Chaeyoung terbangun. Dia menelan salivanya susah payah karena rasa sakit yang menyerang. Berusaha mengendalikan diri, dia menatap sekitar.

Sang ibu yang melihat Chaeyoung sadar, segera menghampiri. Dia juga melihat sosok Jisoo yang berjalan di belakang ibunya. Lalu, kemana Lisa? Apakah anak itu sudah pergi bekerja?

"Nak, apa ada yang sakit? Ayo katakan pada Eomma."

Chaeyoung membasahi bibirnya yang kering. Ingin sekali bicara jika seluruh tubuhnya terasa sakit bukan main. Tapi yang dia lakukan hanya menggeleng lemah. Tak mau membuat Ibunya bertambah khawatir.

"Aku akan---"

"Dimana Lisa?"

Langkah Jisoo yang hendak pergi memanggil dokter atau setidaknya perawat kini terhenti dengan kaku. Dia saling berpandangan bersama Hanna. Karena sejak kemarin mereka tak tahu kabar Lisa.

Sebenarnya Hanna ingin mencari gadis berponi itu dan meminta maaf. Tapi Jisoo meyakinkan Hanna jika sudah ada Jennie yang menjaga Lisa.

"Itu... Eomma---"

"Dia bekerja. Kau tau ini jam berapa Chaeyoung-ah? Lain kali, jangan terlalu lama tidurnya eoh?" suara lembut itu mengalun secara mendadak. Bersamaan dengan sosok Jennie yang masih menggunakan pakaian kemarin.

Jisoo berpikir adiknya itu tidak tidur di rumah mereka ataupun rumah sewaan Hanna. Membuatnya bertanya-tanya, tidur dimana Jennie dan Lisa semalam. Karena saat dia berhasil menghubungi Jennie tadi malam, adiknya itu hanya bicara jika Lisa aman bersamanya.

"Kau baru saja mengantarnya, Unnie?" Chaeyoung dengan suara serak.

"Tentu saja." Bohong Jennie.

Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang