2|Takanobu Aone

946 145 12
                                    

Dinding besi dengan hati seempuk teddy bear ♡

Episode 2
- Diam -
Ft. Takanobu Aone

°●-----------------------------------●°

"Hoaaaaahm...."

Entah kesambet apa, (Name) bangun lebih awal daripada alarmnya. Samar samar dia denger suara emaknya lagi masak di dapur. Sebentar lagi jam tiga, dia keluar kamar buat bangunin penghuni rumah lainnya.

Pertama, dia bangunin ayahnya dulu.

"Ayah... bangun.. sahur dulu..."

"Iya, otw"

Otw nya ayah (Name) ini harus dicek dua kali. Karena kebiasaannya ayah itu abis bilang otw, biasanya tidur lagi. Maklumlah, Ramadhan juga tetep aja lembur kerja.

Tapi siapa tau hari ini ayahnya lagi bangun siap siap buat sahur gitu kan. Jadi (Name) pergi dulu ke kamar abangnya.

Tok tok tok..

"Bang.."

"Abang..."

"Abang Aone.."

"Bang, sahur bang..."

Ceklek! Pintu terbuka. Sang abang yang tingginya ga kira kira itu menatap (Name). Banyak yang bilang wajah abangnya nyeremin. Tapi kalo liat kelakuannya di rumah, mana ada serem seremnya.

"Hm?" Tanya Aone.

Waw.. Aone tampangnya seger sekali. Ga ada wajah wajah ngantuk yang terlihat. (Name) ngintip dikit kamar abangnya dari luar.

"Bang.. akutuh ga bisa diginiin.." kata (Name).

Aone naikin sebelah alisnya ga paham.

Eh iya lupa. Dia kan ga ada alis.

Oke Mocha ganti jadi..

Aone memiringkan kepalanya ga paham.

//dilempar Aone

"Nanti aku makin dibanding bandingin hue..." (Name) nunjuk apa yang dia liat di dalem kamar Aone.

Aone ngikutin arah telunjuk (Name) yang mengarah ke sajadah di dalam sana. Betul sekali. Aone habis shalat tahajud. Betapa solehnya abang kita yang satu ini. Sekarang dia paham kenapa adeknya bilang gitu.

"Ikut aja" ajak Aone.

"Apa anda tidak mengantuk?" Tanya (Name).

"Kalau udah biasa, ga akan ngantuk" jawab Aone.

(Name) mengingat kegiatan Aone. Habis sahur, Aone ke masjid. Pulang dari masjid, dia olahraga. Aone baru tidur lagi siangnya. Itu pun cuma dari jam 2-3.

Hati (Name) menangis dalam diam terhura sendiri melihat abangnya yang rajin.

Kamunya kapan woi

//mocha tidak bercermin

"(Name)! Aone! Sahur dulu!" Teriak mama dari dapur.

"Iya, ma!" Sahut (Name).

Aone menepuk pundak (Name). Setelah (Name) menoleh, Aone menunjuk kamar ayah mereka. Nah kan belum bangun nih kayanya.

"Tidur lagi kayanya" kata (Name).

"Kamu turun" suruh Aone. Aone menggantikan tugas (Name) untuk membangunkan ayah.

"Oh oke. Makasih bang".

(Name) turun ke ruang makan. Mama lagi nyiapin makanannya. (Name) bantu bantu ngambilin piring sama rapihin meja.

"Ma, mau tanya bole?"

"Tanya aja.." kata mama.

"Kenapa sih bang Aone pendiem banget?" Tanya (Name).

"Lah abangmu dari sononya emang pendiem kan" Jawab mama.

"Ih tau ga sih ma... abang tuh ya ga sekolah onlen atau offlen dieeeem banget. Pake isyarat isyarat segala. Yang ngerti tuh cuma temen seper-voli-annya dia. Kasian juga kak Futakuchi jadi harus ngintilin bang Aone terus" jelas (Name).

"Futakuchi?"

"Iya. Jadi semacam kamus Aone berjalan gitu lah, ma.." lapor (Name) lagi.

"Eh.. segitunya.. coba nanti kamu ngobrol sama abangmu. Kalau mama yang bilang, dia biasanya ga mau jawab" kata mama.

"Okelah".

Tadinya mau ditanya pas sahur. Tapi ga jadi. (Name) juga ga tau kenapa dia ga jadi nanya.

Abis sahur, Aone nya pergi ke masjid.

Nah ini Aone baru pulang. Dia langsung ke kamarnya. Kayanya buat ganti baju mau olahraga pagi. (Name) buru buru nyamperin Aone. Mumpung inget.

Tok tok tok..

"Abang oh abang.." panggil (Name).

"Masuk" kata Aone.

(Name) membuka pintunya, dan mendapati abangnya lagi serius banget baca buku.

"Tumben ga olahraga".

"Istirahat".

"Oooh..."

(Name) duduk di kasur Aone. "Boleh nanya ga?"

"Hm?" Aone nutup bukunya, lalu menatap (Name).

"Bang Aone kenapa diem banget sih? Apalagi di sekolah. Sampe Kak Futakuchi harus jadi kamusnya abang" tanya (Name).

"Waktu itu pernah denger, katanya kalau ga bisa ngomong yang bermanfaat, lebih baik diam"

Waw.. (Name) malah jadi kaget abangnya bisa ngomong panjang lebar lagi. Dan ternyata, alasannya hanya karena itu. (Name) agak tertohok sih--mengingat sifatnya yang bawel nan cerewet--tapi ya.. kayanya penafsirannya ga gitu deh.

"Aku pernah denger juga. Tapi kayanya pengertiannya ga gitu deh" kata (Name).

Aone langsung duduk tegak di kursinya. Dia siap dengerin pendapat adiknya.

"Ini mah menurut (Name) ya. Kayanya maksudnya tuh gini. Misalnya, kalau ada orang yang nyebelin, kelakuannya non-akhlak gitu, kan suka bikin kita emosi. Bener ga bang?"

Aone ngangguk ngangguk.

"Nah kita kan suka pengen ngumpat tuh sama orang kaya gitu"

Aone ngangguk lagi.

"Ngumpat kan tidak berfaedah. Nah daripada ngumpat, atau ngomentarin apa yang orang itu lakuin, karena tidak ada faedahnya, lebih baik kita diam gitu." jelas (Name).

Wajah Aone berbinar banget. Seperti baru aja mendapatkan pencerahan. Aone nepuk nepuk kepala adiknya.

Terus Aone senyum.

Kayanya udah lama banget (Name) ga liat Aone senyum secerah itu.

"Makasih" ucap Aone.

"Hehe.. sama sama bang.."

(Name) pun keluar dari kamar abangnya. Mission complete.

###

"EH ABANG ABANG ABANG AONE"

"Ya?"

"Bukan berarti harus cerewet juga lho ya. Biasa aja gitu biasa aja.."

"Oh oke"

(Name) tadi balik lagi ke kamar abangnya mengingat Aone yang kadang penerjemahannya terlalu berlebihan.

Kalo Aone cerewet kan malah jadi ngeri ya.

°●-----------------------------------●°

Ngabuburit With Abang HaikyuuWhere stories live. Discover now