26|Ushijima Wakatoshi

473 106 13
                                    

Episode 26
-Kesal dan Sayang-
Ft. Ushijima Wakatoshi

---

Satu keluarga unggulan semua? Kira kira itulah julukan yang diberikan untuk keluarga Ushijima.

Punya ayah pemain voli, dan seorang ibu yag bekerja sebagai dokter. Anak sulung ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi pemain voli profesional. Sedangkan si bungsu akademiknya tak perlu diragukan.

Keempat anggota keluarga tersebut juga bersekolah di sekolah unggulan yang sama, SMA Shiratorizawa.

Mereka terlihat sempurna, namun tetap saja ada hal yang membuat mereka tidak sempurna.

Sayangnya, kebersamaan keluarga yang didapat kurang sekali. Ibu mereka jarang sekali pulang karena harus merawat pasien covid.

Ayah? Mereka sudah tidak tinggal bersama ayah lagi. Sang Ayah tinggal di luar negeri sekarang.

Sepi.

(Name) kali ini sudah bosan belajar. Buku buku itu sudah berkali kali ia baca. Tugas juga sudah selesai ia kerjakan. Apa lagi?

(Name) merubah posisinya menjadi berbaring. Tidak nyaman. Ia duduk lagi. Tambah tidak nyaman. Berdiri. Pegel juga kalau main hp sambil berdiri.

Cuma ada suara jam dinding. Dia sudah terbiasa dengan hal ini. Lagipula, suara apa lagi yang akan terdengar selain itu? (Name) dan Wakatoshi, si anak sulung tidak terlalu menyukai televisi.

(Name) berjalan ke balkon kamar. Menengok ke arah luar, mencari udara segar.

Tak sengaja, ia melihat sebuah kekuarga yang berjalan bersama. Lengkap dua orang tua, kakak, dan adik.

(Name) spontan masuk lagi ke kamar. Menutup pintu balkon, bahkan menutup tirainya juga. Entahlah, dia tak suka melihatnya. (Name) keluar, dan pergi ke kamar kakaknya.

"Kak..."

"Kak Toshi.." panggil (Name).

Tidak ada jawaban. Tapi tak lama, terdengar suara pintu depan terbuka. Rupanya Wakatoshi habis dari luar. Wakatoshi mencuci tangannya. Sepintas ia lihat adiknya sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada apa?" Tanya Wakatoshi.

(Name) menghampiri Wakatoshi. "Mau ngobrol dulu, ada waktu ga?" Tanya (Name).

Wakatoshi mengangguk. Mereka berdua berjalan ke ruang keluarga, dan duduk bersama.

"Kapan kita bareng lagi kak?" Tanya (Name).

"Bukannya kita lagi bareng ini?" Tanya balik Wakatoshi.

"Kakak..." gerutu (Name). Kadang ia kesal sendiri dengan cara berpikir Wakatoshi. Tapi ya mau di bagaimanakan lagi?

"Kak, kangen ayah ga?" Tanya (Name).

Wakatoshi menatap (Name) sebentar. Dia baru mengerti arah pembicaraan (Name).

"Ya bisa dibilang begitu" jawab Wakatoshi. Tentu saja, ayahnya sudah menjadi panutan hidupnya.

"Pengen ketemu ayah" gumam (Name) lagi.

"Tidak bisa. Ayah di luar negeri. Sekarang ini pandemi, kita tidak bisa kesana. Ayah juga tidak bisa mengunjungi kita" jelas Wakatoshi panjang lebar.

"Iya aku tau".

Keheningan terjadi lagi diantara mereka. Satu sama lain kurang terbiasa mengobrol bersama.

"Bagaimana dengan ibu?" Tanya Wakatoshi.

(Name) menoleh. "Kau tidak rindu dengannya?" Tanya Wakatoshi lagi. Dia tau kalau (Name) sendiri lebih mengikuti ibunya.

"Pasti kangen. Banget malah" jawab (Name) sambil sedikit tertawa.

"Kak"

"Hm?"

"Apa aku berdosa jika aku kesal dengan ayah dan ibu?" Tanya (Name).

"Bukankah kamu baru saja bilang kalau kau merindukan mereka?"

"Aku kesal dan menyayangi mereka secara bersamaan" jawab (Name).

"Soal itu.. mungkin selama kau masih memperlakukan mereka dengan baik? Tapi lebih baik lagi kalau kau membuang rasa kesal itu. Entahlah, aku juga tidak terlalu yakin" jelas Wakatoshi.

"Susah, kak. Susah banget buat buang perasaan kesal itu" keluh (Name).

"Aku tau, karena aku juga sama denganmu".

Hening lagi. Lagi dan lagi hanya jam yang berdetak yang mengisi seluruh ruangan. Ingin rasanya (Name) banting saja jam dinding itu. Biar hening sekalian, ga usah ada suara sama sekali.

Wakatoshi mengeluarkan ponselnya. Dia mencari sesuatu di sana. Menggulir layarnya beberapa kali.

"Aku rindu saat kita berdua masih anak anak" kata Wakatoshi tiba tiba.

"Aku juga. Kita main kejar-kejaran dan kakak tak pernah berhasil melawanku" tambah (Name).

Wakatoshi tersenyum. Ah, dia sudah menemukan yang dia cari di ponselnya. Dia menunjukkannya pada (Name).

"Aku juga rindu ini" ucap Wakatoshi.

Satu satunya foto yang seluruh anggota keluarga ada di sana. (Name) dan Wakatoshi kecil sedang bergandeng tangan di sana. Ayah dan Ibu tersenyim di belakang mereka.

Mata (Name) berkaca-kaca. Tapi senyumannya juga terukir.

"Kak Toshi, jangan buat aku nangis dong. Nanti puasaku batal" kata (Name) mengusap sedikit air mata yang sempat keluar.

Wakatoshi merangkul (Name). Ada dua alasan mengapa kakak beradik ini sangat berbakat. Pertama, mereka memang menyukainya. Kedua, mereka ingin mengalihkan perhatian diri mereka masing masing.

Karena kedua orang tua mereka bercerai. Dan mereka tak pernah sedikit pun tau alasannya mengapa.

°●-----------------------------------●°

Maaf baru update lagi :))

Ngabuburit With Abang HaikyuuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin