18. Berubah

712 63 13
                                    

" Kamu nggak akan pernah bisa memulai kisah baru disaat kamu sendiri masih terjebak dengan kisah lama. "






*
*
*
*
*






Satu hal yang paling menyesakkan jiwaku adalah ketika aku pun harus tetap berpura – pura untuk ikut bahagia melihat orang yang kucintai sedang mencintai orang lain.

" Pak Bobby baik - baik aja? " Jari Anin menyentuh lengan Bobby pelan, membuat pemuda itu pun tersadar lalu menoleh kepadanya.

" Ya. " Jawabnya datar. Bobby langsung berbalik pergi meninggalkan tempat kopi tersebut dengan ekspresi wajahnya yang muram.

Bobby benar - benar sungguh tidak dapat menyangka diantara tempat - tempat kopi yang tersebar diseluruh Jakarta, ia tidak akan mengira bahwa akan bertemu dengan Shani, Gracia, dan juga .. Vino ditempat yang sama.

Dan teramat bodohnya setelah melihat keberadaan mereka semua, dia tidak langsung memilih untuk pergi. Pemuda berkacamata itu malah memutuskan untuk mendengar dan menyimak percakapan mereka dari awal sampai akhir.

Padahal dengan melakukan itu, ia hanya akan memperdalam sakit hatinya.

" Kasih aku alasan .. kenapa kamu tega meninggalkan aku untuk laki - laki itu? Kamu itu mencintaiku, Shan. Bukan dia. "

Bobby memejamkan matanya, pertanyaan Vino tadi terus terulang seperti kaset rusak didalam pikirannya. Bobby pun menarik napasnya dalam - dalam berusaha untuk mencoba menguatkan hatinya yang terasa begitu sakit saat ini.

Dan hal yang membuat hatinya merasa lebih kecewa lagi, pertanyaan Vino tadi bahkan tidak mampu dijawab oleh gadis itu.

" Pak Bobby? Kita mau langsung ke kantor? " Tanya Anin, gadis itu sedikit berhati - hati karena menyadari suasana hati bosnya itu sedang buruk - buruknya.

Bobby yang tengah menyetir saat ini pun hanya meliriknya tajam membuat gadis itu langsung kembali membungkam suaranya takut.

Bobby itu memang galak dan juga menyeramkan, tapi biasanya ia tidak semenakutkan ini menurut Anin.

Selang beberapa lama ponsel Bobby pun berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Pemuda berkacamata itu menaikkan satu alisnya usai melihat nama ' Veranda Is Calling ' tertera dilayar ponselnya.

" Hal- "

" Hai Bob! " Potong gadis itu sebelum Bobby menyelesaikan kalimatnya.

" Apa? "

" Jutek banget. "

" Saya emang selalu begini. "

Gadis yang berada dibalik telfon pun terkekeh mendengarnya. " Iya bener juga sih. "

" Nggak perlu basa - basi, Veranda. Katakan apa yang kamu mau? Saya lagi nyetir. " Seru Bobby datar.

"  Aku mau nyamperin sesuatu. Aku kayaknya .. mau nikah sama Keenan. "

Bobby terdiam mendengarnya. Dahinya mengerut tak suka, bukan karena ia itu memiliki perasaan terhadap Veranda. Tidak seperti itu. Tetapi karena Bobby tidak menyukai Keenan. Kekasih Veranda yang menurutnya cukup bajingan.

Apples Of The EyeWhere stories live. Discover now