33. Wedding Day

864 70 12
                                    

" Karena sesuatu boleh disebut gagal kalo seseorang itu gak sama sekali menerima sebuah pelajaran yang harusnya membuatnya belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya. "













*
*
*
*
*














Suara ricuh sorak ramai mulai bergemuruh terdengar dari mulut para tamu yang hadir ketika pandangan mereka yang otomatis teralih hanya karena melihat kedatangan Shani, si primadona sekolah yang memang selalu menjadi sorotan utama sejak kali pertamanya ia menginjakkan kakinya disekolah tercinta.

Meski waktu demi waktu telah terlewati, tampaknya sosok Shani rupanya tidaklah mudah hilang dari ingatan para alumni murid sekolahnya yang hadir dipernikahan. Shani mereka masih sama seperti dahulu, selalu tampil memukau dengan kecantikannya yang kian tak pernah sirna sejak remaja. Dan sekarang kehadiran si mantan idola para kaum adam itu disini, sepertinya jadi malah membangkitkan kenangan nostalgia bagi mereka yang seringkali mengagumi Shani dari kejauhan dan didalam keheningan.

Terutama untuk salah satu pemuda tampan yang saat ini berdiri dipojokan sembari menyenderkan punggungnya didinding dengan tenang. Senyum tipisnya diangkat, mata teduhnya tak beralih satu detikpun hanya memandang kagum sosok perempuan yang pernah mengisi relung hatinya bertahun - tahun lamanya.

Namun mirisnya, kisahnya tak berakhir bahagia seperti sebuah cerita cinta didalam novel favoritenya.

" Hati - hati nanti mata lo copot. Dia udah punya pawang masih aja terus diliatin. " Celetuk Ariel, ia menyenggol lengan sobatnya yang sejak tadi telah mencuri pandang ke arah Shani.

" Ck, bawel lo Riel. " Vino terlihat tidak memperdulikan omongan Ariel, matanya masih tetap tertuju pada Shani.

Sesungguhnya saat - saat seperti ini adalah waktu yang paling ditunggu oleh Vino. Dimana akhirnya pemuda tampan itu dapat kembali memandang Shani lebih lama tanpa ada perasaan tak enak ataupun bersalah. Karena bila boleh jujur selama hidupnya berlangsung, detik ketika mata Vino bertatapan dengan Shani adalah waktu yang selalu berharga untuknya.

Cukup menyedihkan.

Ketika seorang Shani itu masih tetap menjadi segalanya buatnya.

Meski ia sudah tak lagi menjadi miliknya.

Apakah kau tau Shani?

Bagi beberapa orang diluar sana senyummu itu layaknya sebuah mentari terbit.

Yang selalu membangunkan semangat.

Menjadi alasan untuknya tersenyum sampai hari akan pamit berganti.

Kau mungkin tak akan pernah tahu atau pun mengerti.

Betapa baginya ..

Senyummu itu, ternyata seberharga itu.

Ariel meletakkan jemari tangannya dipundak Vino. Niatnya ingin memberikan semangat untuk sobat terbaiknya sejak putih abu - abu itu. Yang sangat Ariel harapkan agar dapat segera lekas sembuh dari patah hatinya yang mulai terlihat tak berujung.

" Tenang, gue baik - baik aja kok. " Seru Vino, ia melirik Ariel sekilas.

Ariel memiringkan kepalanya memandang Vino cukup ragu. Entah apa mungkin karena Ariel sudah terlalu lama mengenal dan berteman dengan Vino, yang membuat dirinya begitu yakin bahwa kalimat barusan adalah kebohongan.

Bahkan jawaban dari sobatnya itu tak selaras dengan sorot matanya.

" Apa? "

Ariel mulai mengerutkan dahinya. Dari tatapan matanya itu, ia seakan berkata dengan maksud meminta Vino untuk tak terus berbohong padanya.

Apples Of The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang