19. Let Her Go

791 69 17
                                    

" Bagaimana mungkin saya bisa bertahan, disetiap kali saya mencoba untuk menatap matanya .. ada oranglain didalam sana. "







*
*
*
*
*








Bobby menarik napasnya dalam - dalam lalu menghelanya perlahan. Setelah itu pemuda berkacamata itu kembali menyesap kopi hitamnya, sembari matanya tengah asik menelusuri keindahan langit malam yang sedang diramaikan oleh bintang dan juga rembulan yang terang.

Bobby tersenyum tipis, ia berusaha untuk menikmati keindahan malam hari ini dengan rasa sakit yang merajalela didalam hatinya.

Kalian boleh menyebut Bobby adalah seorang pengecut.

Dia sedang lari dari masalahnya.

Dia tengah kabur akibat letihnya.

Dan dia memilih pergi, karena tak lagi bisa menahan cintanya yang semakin lama justru tumbuh terlalu dalam.

" Kita pernah memandang langit ini bersama. Lalu apakah pantas bila aku berharap para bintang dan rembulan berbaik hati menyampaikan rasa rinduku yang sejak tadi telah menggebu - gebu? " Lirihnya pelan.

Sesekali Bobby memejamkan matanya. Namun bayang - bayang wajah cantik dan senyuman manis Shani terus terlintas dipikirannya. Seolah sedang memecut matanya dari waktu ke waktu. Siapa yang bilang jika rindu itu tidaklah kejam? Jantung Bobby bahkan terus dirajam olehnya.

Malam seolah menuntun bayangmu mendekat padaku, yang awalnya kukira hanya helai-helai dari rambutmu .. namun nyatanya hanya sebuah kalimat rinduku yang tak kunjung selesai.

Ah rupanya aku benar - benar begitu merindukanmu ..

Seandainya aku ini dapat menukar rindu dengan waktu, maka akan kupilih pelukanmu.

Sepertinya rasa rindunya hanya dapat kembali ke dalam rusuknya. Cinta yang memang selalu menunggu, di balik bilik detak jantungnya itu tampaknya memang tak mungkin dapat pergi ke penghuninya.

Bobby hanya tersenyum didalam diamnya. Walau cinta yang ia miliki tak akan pernah berujung. Tidak mungkin juga tersampaikan pada gadis itu. Tak apa, ia harap doa baiknya itu akan selalu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan-Nya.

Ya, ketika cinta tidak lagi tahu maknanya.

Begitupun rindu yang berbayang semakin tak jelas tujuannya.

Maka, cukup kembalilah pada-Nya ..

Tanyakan setiap inci dari arah yang akan berlabuh.

Biar bagaimanapun, Tuhan tetaplah pemilik sebaik-baik tempat untuk berteduh.

" Aku pernah merasa begitu lengkap, Shani. Meski kita ini memang belum sempurna. Aku tetap merasa senang, meski selama ini hatimu pun belum juga bisa kugenggam. " Gumam pria itu pelan, sembari tangannya membenarkan tengger kacamatanya.



Tokk Tokk Tokk


Bobby mengernyitkan dahinya begitu mendengar suara ketika pintu. Lalu tanpa berpikir panjang ia pun memilih untuk beranjak pergi membuka pintunya kamarnya.

Apples Of The EyeOnde histórias criam vida. Descubra agora