38. Our Baby

833 57 60
                                    


" Sayang.. Berjuanglah. Demi keluarga kecil kita. "











*
*
*
*
*












" Awhh! "

" Bee! Awh! Perutku! Awh! "

" Bee, Bangun! Perutku sakit banget! " Rintih Shani tertatih memegangi perutnya yang terasa sakit.

Dengan reflek kedua mata Bobby pun langsung terbuka. Agak terkejut, ia segera menolehkan kepalanya, " Eh? Kenapa? Kamu ketendang aku? " Tanya Bobby masih dengan wajah bantalnya, sepertinya nyawanya memang belum benar terkumpul penuh.

Shani menggelengkan kepalanya.

" B-Bukan kamu. Arghh! S-Sakit! " Ringis Shani lagi.

Wajahnya yang terlihat kesakitan tentu membuat Bobby seketika cemas. " Loh? Terus siapa yang buat kamu sakit? Disini gak ada orang lagi masalahnya. " Balasnya spontan menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri.

Shani melayangkan pukulan pada lengan Bobby kesal karena kebodohan suaminya itu dalam membaca situasi.

Sungguh, Bobby memang benar - benar orang paling tidak terpeka sedunia.

" Dasar idiot! G-gak ada yang nyakitin aku! "

Bobby menaikkan alisnya bingung, " Loh terus kok bisa sakit? " Tanyanya heran.

Sekali lagi ia benar - benar tidak tahu situasi.

" ASTAGA! AKU INI MAU MELAHIRKAN KAK! " Teriak Shani sangat geram.

Bobby membulatkan kedua matanya terkejut setengah mati. Sekujur tubuhnya turut bergetar, ia bahkan sampai meneguk ludahnya sendiri.

" K-Kamu serius? " Tanya Bobby.

Shani mengangguk. Mulutnya bahkan tak bisa bersuara karena menahan sakit.

" ASTAGA! "  Mendengar hal itu Bobby seketika panik dan segera turun dari ranjang.

" Tahan sebentar ya Shan. Aku panggil Dokternya dulu. " Tambah Bobby langsung berlari pergi dari kamar dengan cepat.

Perasaan Bobby kian bercampur aduk. Jantungnya berdegup cepat tak beraturan. Dipenuhi rasa gugup, bingung, takut, dan panik yang menyatu dengan sempurna didalam rongga dadanya.

Bukti aliran keringat yang sukses mengalir deras dipelipisnya rasanya sudah dapat mewakili seberapa cemas dan paniknya Bobby sekarang ini.

" Tahan sayang. Tahan ya. " Ucap Bobby dalam hatinya.

Bobby terus berlari cepat menuju ruangan Dokter yang biasa menangani Shani selama hamil. Sungguh ia bukan lah seorang pelari, bukan juga seorang atlet namun kecepatannya berlari seakan hampir mengimbangi seorang atlet pelari.

Dengan wajah gusarnya, Bobby segera membuka pintu ruangan Dokter dengan kasar, " Dokter! Istri saya mau melahirkan! " Ucap Bobby napasnya tersengal - sengal menatap Dokter Gaby.

" Dia kesakitan Dok. Tolong istri saya. " Tambahnya dengan suara melemas.

Dokter Gaby pun langsung buru - buru bangkit usai mendengar ucapan dari Bobby barusan. " Baik Pak Bobby. Ayo kita kesana! Suster tolong siapkan ruang bersalin. " Perintah Dokter Gaby pada suster didalam ruangannya.

Apples Of The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang